Bab 14. Aku Nggak Mau dicuntik

"Permisi nona kecil, sekarang nona kecil diperiksa dulu ya? Coba suster lihat dulu hidungnya."

Seorang suster membawa alat-alat medis untuk mengecek pasien.

"Kenapa hidungnya sampai merah kayak gini? Apakah tadi habis terjatuh?"

"Iya suster, tadi habis jatuh dari atas meja. Saya sendiri juga nggak tahu kronologinya kayak gimana, pulang-pulang anak saya sudah nangis aja, hidungnya berdarah," jawab Devina.

"Loh, namanya ibu tinggal di mana? Kok bisa lepas dari pemantauan. Anak usia segini masih aktif-aktifnya Bu. Kalau lalai orang tuanya bisa celaka."

"Iya sus, itu kesalahan saya. Saya benar-benar menyesal karena meninggalkan anak saya bekerja. Saya nggak pernah berpikir kalau anak saya bakalan jatuh kayak gini."

Devina benar-benar sangat menyesal karena sudah meremehkan keselamatan anak-anaknya. Demi mencari sesuap nasi untuk menghidupi anaknya dia sampai tega meninggalkannya sendiri di dalam rumah tanpa siapapun.

"Ibu tinggal bekerja? Terus mereka di rumah tinggal sama siapa?"

"Mereka tinggal di rumah hanya sendirian sus, mereka ini kembar. Saya nggak pernah berpikir kalau anak saya bakalan mengalami celaka seperti ini. Sebelum berangkat bekerja, Saya sudah mewanti-wanti agar mereka tidak keluar rumah ataupun bermain yang membahayakan. Saya juga sudah menyiapkan makanan buat mereka agar mereka tidak kelaparan."

"Ya ampun Bu, kenapa ibu tega meninggalkan mereka sendirian di dalam rumah tanpa siapapun. Ini sangatlah membahayakan mereka Bu. Ibu jangan mengabaikan keselamatan anak. Kalau sudah seperti ini, ibu sendiri kan yang menyesal? Untung saja Ibu cepat pulang, jadi ibu tahu kalau anak ibu dalam keadaan tidak baik-baik saja. Coba kalau Ibu nggak keburu pulang, apa yang bakalan terjadi pada mereka?"

Suster memberikan teguran pada Devina yang dianggap sudah ceroboh mengabaikan keselamatan anak balita.

"Iya sus, saya mengerti, tapi saya sangat terpaksa meninggalkan mereka bekerja. Saya ...,-

"Bagaimana dengan kondisinya sus?" tiba-tiba saja Marcell masuk ke dalam ruang IGD menemui Devina dan juga suster yang tengah memeriksa Azalea.

Marcell menatap dalam-dalam anak kecil yang tengah berbaring di atas berakar sedang diperiksa oleh suster, setelah itu tatapannya kembali beralih pada anak laki-laki yang berdiri di depan Devina dengan memegangi berankar.

"Kondisinya lumayan memprihatinkan Pak, buat anak sekecil ini seharusnya dijaga dengan baik dan tidak ditinggalkan sendirian di dalam rumah. Anak balita ini masih aktif aktifnya Pak, dan harusnya tidak diabaikan keselamatannya. Setelah saya periksa, hidungnya mengalami luka sehingga mengeluarkan darah. Saya sudah membersihkan lukanya dan memberikan obat agar darahnya tidak lagi keluar."

"Tapi aku nggak dicuntik kan?" Azalea masih ketar-ketir kalau suster tiba-tiba memberikan suntikan padanya. Dia berjanji akan menggigit lengan suster jika berani menyuntiknya.

Suster yang tahu ketakutan anak itu, ingin sekali mengerjainya. "Ya harus disuntik dong biar kakak sembuh. Kalau nggak disuntik kan nggak cepat kering lukanya."

"Nggak mau! Aku nggak mau dicuntik pokoknya, aku mau pulang aja, bobok di lumah."

Gadis itu memberontak dengan menendang-nendangkan kakinya ke udara. Devina mencoba untuk memberikan pengertian padanya agar tidak marah.

"Sayang, nggak boleh marah gitu doang! Kenapa kamu jadi marah-marah kayak gini. Susah kan cuman bercanda, nggak beneran. Nanti kalau kamu marah-marah darahnya keluar lagi lho!"

Suster terkekeh melihat anak kecil yang menggemaskan seperti itu. "Iya-iya maaf deh, suster cuma bercanda kok, nggak jadi disuntik. Tapi kalau adek marah-marah ya terpaksa suster suntik."

"Jangan dicuntik ya cus, aku benel-benel tatut."

"Iya sayang, tenang aja. Kalau anak baik nggak bakalan disuntik, anak nakal pasti akan disuntik. Tunggu sebentar ya? Suster mau berikan resep obat untuk adik, biar lekas sembuh."

Suster menuliskan resep obat dan memberikannya pada Devina untuk ditebus. "Ini resepnya, nanti ditebus ya Bu, di apotik depan. Ini resep obat untuk pereda nyeri dan juga demam, biar nanti adek bisa tidur dengan nyenyak nggak demam. Kalau sampai terjadi demam, Ibu bawa lagi kemari ya? Nanti bisa menjalani opname."

"Opname sus?"

Devina bertanya lirih dengan perasaannya yang sangat kacau. Bagaimana ia bisa membiayai opname anaknya, untuk menebus obat saja dia berniat untuk menghutang bosnya.

"Iya Bu, jika nanti  terjadi demam tinggi, adik disarankan untuk opname, tapi semoga saja lukanya nggak serius. Kami cuman khawatir aja nanti darahnya keluar lagi dan adik mengalami demam."

Devina melipat kertas bertuliskan resep obat yang harus ditebusnya. Air matanya berjatuhan tanpa diminta.

"Kalau gitu kami langsung pulang setelah menebus obat ya sus?"

"Iya Bu, sekarang bisa pulang, karena lukanya juga sudah dibersihkan."

Yang Devina pikirkan bukan karena luka kecil anaknya, tapi anaknya juga memiliki kelainan jantung yang diduga penyakit turunan, dan itu membuatnya tidak bisa berpikir dengan tenang.

"Kita boleh pulang ya mom?" tanya Kenzo yang sudah tidak nyaman berada lama-lama di rumah sakit.

"Iya sayang, kita pulang sekarang."

Melihat tatapan dingin pria yang belum pernah ditemui sebelumnya membuat nyalinya menciut.

Dengan menggendong Azalea, tangan satunya digunakan untuk menggandeng anak laki-lakinya dan keluar dari ruang IGD.

'Ya Tuhan,

"Iya sayang, kita pulang sekarang. Kenzo jalan sendiri ya? Hati-hati, mommy gendong adiknya."

Tak nyaman dengan sikap dingin Marcell, Devina pun meminta anak laki-lakinya untuk diajaknya jalan sendiri, tak harus digendong oleh Marcell.

"Mommy, kita pulang naik apa?" tanya Kenzo.

"Emm,, naik mobil sama Om," jawab Devina.

Devina tau anak laki-lakinya begitu takut pada Marcell. Sepatah katapun bahkan Marcell tak berucap.

"Kita tebus resep obatnya adik dulu ya sayang?"

Setibanya di apotek depan rumah sakit, Devina berniat untuk menebus obat, namun uangnya cuma tersiksa dua puluh lima ribu rupiah, dan itu buat makan anak-anaknya.

'Ya Tuhan, uang segini mana cukup buat beli obat. Tapi anakku membutuhkannya. Bagaimana besok bisa makan? Aku tidak memiliki uang sama sekali.'

Batin Devina teriris menggenggam resep obat ditangannya.

"Mana resepnya?"

Tiba-tiba saja Marcell mengejutkannya.

Buru-buru Devina menyeka air matanya dengan kasar, dan itu terlihat jelas oleh Marcell.

"Ini Pak," jawabnya dengan menunjukkan kertas putih bertuliskan resep dokter.

"Tunggulah di sini. Biar aku antri dulu."

Marcell mengambil resep obat dari Devina dan langsung mengantri. Sedangkan Devina dan juga anak-anaknya memutuskan untuk duduk menunggu di ruang tunggu.

"Mommy, Om itu ciapa? Kok selem?" tanya Kenzo

"Iya mom, Omnya gak bica cenyum, dali tadi diem mulu," imbuh Azalea.

Deg,, jantung Devina seakan mau lepas terlalu cepat berdetak begitu kencang. Apa yang akan dikatakan pada anak-anaknya mengenai pria yang bersamanya itu.

'Ya Tuhan, ketakutanku kini terjadi. Bagaimana aku menjawabnya? Apa aku harus mengatakan pada mereka siapa pria ini buat mereka?'

Terpopuler

Comments

Yatinah

Yatinah

difatnya terlalu dingin hingga sampai tak bisa merasakan bahwa si kembar adalah anak kandungnyaa

2024-04-28

3

Siti Fatimah

Siti Fatimah

enggak usah bilang kalau Marcel ayah s,kembar Dev ,, Marcel tidak cocok menjadi ayah s, kembar secara ayah sm anak ko enggak punya rasa yang gimana gitu ..

2024-03-20

3

lihat semua
Episodes
1 Bab 01. Kembali Bertemu
2 Bab 02. Jangan Kebaperan
3 Bab 03. Perempuan Murahan
4 Bab 04. Foto Penyebab Kehancuran
5 Bab 05. Kekuatan dari Si Kembar
6 Bab 06. Bayar Denda Lima Belas Juta Rupiah
7 Bab 07. Gagal Move on
8 Bab 08. Perang Dingin
9 Bab 09. Mommy Jangan Pergi
10 Bab 10. Enyahlah dari Sini
11 Bab 11. Peduli
12 Bab 12. Insiden di Dapur
13 Bab 13. Siapa Mereka?
14 Bab 14. Aku Nggak Mau dicuntik
15 Bab 15. Siapa Ayah Mereka?
16 Bab 16. Mereka itu Anakmu
17 Bab 17. Kita Rujuk
18 Bab 18. Tolong Bantu Aku
19 Bab 19. Ternyata hanya Rekayasa
20 Bab 20. Kalian Penjilat!
21 Bab 21. Atau Aku Akan Meneriakimu Seperti Maling
22 Bab 22. Pergi dari Rumahku!
23 Bab 23. Aku Mau Tinggal Sama Daddy
24 Bab 24. Mommy , Jangan Usir Daddy
25 Bab 25. Pikiran Masa Depan Anak-anak
26 Bab 26. Jangan Minta Aku Menjauh
27 Bab 27. Akhirnya Mengaku
28 Bab 28. Daddy Pembohong
29 Bab 29. Belum Puas Membuatku Menderita?
30 Bab 30. Dedek Jangan Pergi
31 Bab 31. Azalea Kritis
32 Bab 32. Pengorbananku Kau Abaikan
33 Bab 33. Langkahi Dulu Mayatku!
34 Bab 34. Aku Bukan Lagi Tanggung Jawabmu
35 Bab 35. Hentikan Omong Kosongmu
36 Bab 36. Selalu Salah Paham
37 Bab 37. Fasilitas yang Berbeda
38 Bab 38. Apa Kau Berpikir Aku Sudah Berubah?
39 Bab 39. Kalau Bukan Buat Aku, Lakukan Untuk Anak-anak
40 Bab 40. Mengalah Demi Anak
41 Bab 41. Dimuliakan Mantan Suami
42 Bab 42. Aku Pergi Karena Papa
43 Bab 43. Apa Serendah itu Diriku?
44 Bab 44. Jadi Mereka ini Cucu Kami?
45 Bab 45. Restu dari Orang tua
46 Bab 46. Tinggal Satu Atap
47 Bab 47. Akhirnya Rujuk
48 Bab 48. Lebih Buas Daripada Serigala
49 Bab 49. Kartu As Ada ditanganku
50 Bab 50. Atau Hidupmu Semakin Kacau
51 Bab 51. Curiga Tak Beralasan
52 Bab 52. Apa Kau yang Mengajarinya Kurang Ajar?
53 Bab 53. Pergilah Dari Ini dan Bawalah Anak-anakmu!
54 Bab 54. Pilihan Tersulit
55 Bab 55. Produk Unggul
56 Bab 56. Pertemuan yang Mengejutkan
57 Bab 57. Bernostalgia Mengingat Masa Lalu
58 Bab 58. Sama-sama Menjadi Korban Keegoisan Mertua
59 Bab 59. Orang Tua Serakah
60 Bab 60. Dibenci Anak Sendiri
61 Bab 61. Tak Ada yang Mau Mengalah
62 Bab 62. Tabur Tuai
63 Bab 63. Apa Benar Suamiku Berselingkuh?
64 Bab 64. Kekecewaan yang Mendalam
65 Bab 65. Ceraikan Aku
66 Bab 66. Hati yang Luka
67 Bab 67. Kujadikan Pengasuh Anak-anakku
68 Bab 68. Tumbal Pesugihan
69 Bab 69. Wanita Tua Penghuni Hutan
70 Bab 70. Nadia Maharani
71 Bab 71. Kedatangan Erna Pembuat Onar
72 Bab 72. Atau Aku yang Akan Memberinya Pelajaran
73 Bab 73. Pengakuan Nadia
74 Bab 74. Apa Aku Bukan Keturunannya?
75 Bab 75. Penjahat Kelas Kakap
76 Bab 76. Sang Pendosa
77 Bab 77. Panik
78 78. Kejahatan Apa yang dilakukan Mama?
79 Bab 79. Kedok Erna Mulai Terbongkar
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Bab 01. Kembali Bertemu
2
Bab 02. Jangan Kebaperan
3
Bab 03. Perempuan Murahan
4
Bab 04. Foto Penyebab Kehancuran
5
Bab 05. Kekuatan dari Si Kembar
6
Bab 06. Bayar Denda Lima Belas Juta Rupiah
7
Bab 07. Gagal Move on
8
Bab 08. Perang Dingin
9
Bab 09. Mommy Jangan Pergi
10
Bab 10. Enyahlah dari Sini
11
Bab 11. Peduli
12
Bab 12. Insiden di Dapur
13
Bab 13. Siapa Mereka?
14
Bab 14. Aku Nggak Mau dicuntik
15
Bab 15. Siapa Ayah Mereka?
16
Bab 16. Mereka itu Anakmu
17
Bab 17. Kita Rujuk
18
Bab 18. Tolong Bantu Aku
19
Bab 19. Ternyata hanya Rekayasa
20
Bab 20. Kalian Penjilat!
21
Bab 21. Atau Aku Akan Meneriakimu Seperti Maling
22
Bab 22. Pergi dari Rumahku!
23
Bab 23. Aku Mau Tinggal Sama Daddy
24
Bab 24. Mommy , Jangan Usir Daddy
25
Bab 25. Pikiran Masa Depan Anak-anak
26
Bab 26. Jangan Minta Aku Menjauh
27
Bab 27. Akhirnya Mengaku
28
Bab 28. Daddy Pembohong
29
Bab 29. Belum Puas Membuatku Menderita?
30
Bab 30. Dedek Jangan Pergi
31
Bab 31. Azalea Kritis
32
Bab 32. Pengorbananku Kau Abaikan
33
Bab 33. Langkahi Dulu Mayatku!
34
Bab 34. Aku Bukan Lagi Tanggung Jawabmu
35
Bab 35. Hentikan Omong Kosongmu
36
Bab 36. Selalu Salah Paham
37
Bab 37. Fasilitas yang Berbeda
38
Bab 38. Apa Kau Berpikir Aku Sudah Berubah?
39
Bab 39. Kalau Bukan Buat Aku, Lakukan Untuk Anak-anak
40
Bab 40. Mengalah Demi Anak
41
Bab 41. Dimuliakan Mantan Suami
42
Bab 42. Aku Pergi Karena Papa
43
Bab 43. Apa Serendah itu Diriku?
44
Bab 44. Jadi Mereka ini Cucu Kami?
45
Bab 45. Restu dari Orang tua
46
Bab 46. Tinggal Satu Atap
47
Bab 47. Akhirnya Rujuk
48
Bab 48. Lebih Buas Daripada Serigala
49
Bab 49. Kartu As Ada ditanganku
50
Bab 50. Atau Hidupmu Semakin Kacau
51
Bab 51. Curiga Tak Beralasan
52
Bab 52. Apa Kau yang Mengajarinya Kurang Ajar?
53
Bab 53. Pergilah Dari Ini dan Bawalah Anak-anakmu!
54
Bab 54. Pilihan Tersulit
55
Bab 55. Produk Unggul
56
Bab 56. Pertemuan yang Mengejutkan
57
Bab 57. Bernostalgia Mengingat Masa Lalu
58
Bab 58. Sama-sama Menjadi Korban Keegoisan Mertua
59
Bab 59. Orang Tua Serakah
60
Bab 60. Dibenci Anak Sendiri
61
Bab 61. Tak Ada yang Mau Mengalah
62
Bab 62. Tabur Tuai
63
Bab 63. Apa Benar Suamiku Berselingkuh?
64
Bab 64. Kekecewaan yang Mendalam
65
Bab 65. Ceraikan Aku
66
Bab 66. Hati yang Luka
67
Bab 67. Kujadikan Pengasuh Anak-anakku
68
Bab 68. Tumbal Pesugihan
69
Bab 69. Wanita Tua Penghuni Hutan
70
Bab 70. Nadia Maharani
71
Bab 71. Kedatangan Erna Pembuat Onar
72
Bab 72. Atau Aku yang Akan Memberinya Pelajaran
73
Bab 73. Pengakuan Nadia
74
Bab 74. Apa Aku Bukan Keturunannya?
75
Bab 75. Penjahat Kelas Kakap
76
Bab 76. Sang Pendosa
77
Bab 77. Panik
78
78. Kejahatan Apa yang dilakukan Mama?
79
Bab 79. Kedok Erna Mulai Terbongkar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!