Bab 06. Bayar Denda Lima Belas Juta Rupiah

Malam itu Marcell tidak bisa tidur. Pikirannya kacau setelah bertengkar dengan Devina di kantor. Kini ia merasa tak tenang setelah apa yang dilakukan pada mantan istrinya. Tidak seharusnya dia berkata buruk walaupun dalam hatinya menyimpan kekecewaan.

'Kenapa aku tidak bisa tidur? Kenapa mata ini sulit untuk dipejamkan. Kacau! Ini benar-benar kacau. Gara-gara dia hidupku kini jadi berantakan. Aku tidak akan tinggal diam. Aku ingin dia mempertanggungjawabkan perbuatannya yang sudah membuatku hampir gila."

Setelah berpisah dari Devina, ia pikir masalahnya bakalan kelar, tapi nyatanya ia tidak pernah bisa tenang. Ia selalu dihantui oleh rasa kecewa di saat mengetahui istri yang dicintainya tega memporak porandakan rumah tangganya.

'Aku harus mencari tahu di mana dia tinggal saat ini. Aku harus meminta bantuan untuk bisa mendapatkan alamatnya.

Terbesit rencana konyol untuk memancing Devina agar mau menemuinya. Dia yakin Devina sangat marah dan tidak mau lagi bertemu dengannya, apalagi untuk bekerja kembali ke kantornya, rasanya sangat mustahil.

'Tidak! Aku tidak bisa mengandalkan orang lain untuk mencari tahu di mana keberadaan Devina. Aku akan bertindak sendiri. Ini masalah pribadiku, dan aku tidak ingin mencampur adukkan dengan urusan pekerjaan.

Pria itu terbangun dari ranjangnya dan langsung menghubungi Devina malam itu juga.

Untung saja dia mendapatkan nomer telpon Devina dari lamaran dan penandatanganan kontrak kerja.

Dia senang saat nomernya tersambung dan nampak wanita itu mengangkatnya.

("Halo, ini siapa ya?")

Devina mengerutkan kening saat mengetahui nomer baru yang masih belum tersimpan di kontak panggilan.

("Halo Vina! Ini aku, mantan suamimu tercinta. Temui aku sekarang juga!")

Terlihat nampak konyol. Malam selarut itu meminta mantan istrinya keluar rumah untuk menemuinya.

Devina melebarkan bola matanya. Pria yang ingin dihindarinya kini malah menghubunginya. Pertengkaran siang itu sudah membuatnya semakin benci, tapi kini pria itu kembali menghubunginya.

("Ngapain kau menghubungiku. Diantara kita tidak ada hubungan apa-apa. Aku tidak mau lagi bekerja sama denganmu. Anggap saja aku tidak pernah datang ke kantormu!")

Dengan suara datarnya Devina menekan setiap kata yang keluar dari mulutnya.

("Oh, ayolah! Jangan pesimis seperti itu. Kamu sudah terikat kontrak kerja denganku. Jangan seenaknya sendiri membatalkan kontrak kerja yang sudah kau tandatangani. Apa kau ingin mendapatkan sanksi.")

("Tidak usah mengancamku aku sudah muak sama kamu!")

("Aku bicara serius. Ini bukan ancaman. Jika kamu membatalkan kontrak kerja di saat kamu sudah menandatanganinya, maka kamu akan mendapatkan sanksi. Kamu harus mengganti denda sebesar Rp 15.000.000,- padaku. Nggak papa kalau kamu memang bisa membayarku dengan uang Rp 15.000.000,- maka aku anggap kerjasama kita gagal, tapi kalau kamu nggak bisa membayarnya, jangan harap kamu bisa keluar dari perusahaanku begitu saja.")

("Gila! Ini benar-benar sudah gila! Kamu sengaja ingin memerasku, ya?")

("Memerasmu? Memangnya apa yang kuperas darimu? Ini sudah menjadi prosedur perusahaan. Di manapun kamu bekerja, kalau sudah menandatangani kontrak berarti kamu harus siap menerima konsekuensinya. Jika kamu ingin keluar dari perusahaan itu, maka kamu harus membayar denda seperti yang diputuskan oleh pemilik perusahaan.")

'Astaga,, uang sebanyak itu aku dapat dari mana coba? Jangankan ngumpulin uang Rp 15.000.0000,- untuk membelikan boneka teddy bear anakku yang tidak seberapa itu Aku bahkan tidak bisa membelikannya. Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus tetap bekerja di sana dan setiap hari harus siap menerima cacian darinya?'

Suasana hening. Marcell berdecak saat tak mendapati jawaban dari mantan istrinya.

("Vina! Kenapa kok diam saja. Apa kau masih ada di situ? Kau tidak sedang tertidur kan?")

("Ck! Apaan sih. Sebenarnya aku sudah ngantuk, aku ingin istirahat, tapi kau malah mengganggu istirahatku. Lebih baik matikan saja teleponnya.")

Bukannya tak mau bercakap dengan mantan suaminya, tapi ia tak ingin mendengar kata-kata kasar yang terucap dari mulutnya.

("Enak aja mau tidur. Tadi aku bilang apa sama kamu, Tolong temui aku di cafe dekat kantor. Sekarang juga!")

("Apa! Aku kau minta untuk menemuimu di kafe dekat kantor saat ini juga? Apakah sudah gila ini sudah larut malam. Bagaimana mungkin aku keluar sendirian hanya untuk menemuimu. Tidak, aku tidak mau!")

("Hey! Kau tidak bisa menolakku. Sekarang juga, kau harus datang ke sini untuk menemuiku!")

Devina menoleh ke arah dinding dan melihat jam sudah menunjukkan pukul 21.30 wib, ia tidak mungkin berani keluar sendirian. Bahkan ia juga tidak tega meninggalkan si kembar tidur di rumah tanpa siapapun.

("Kau itu benar-benar ya! Lagian ini bukan jam kerja ini waktunya istirahat semua orang udah pada tidur dan kamu memintaku untuk datang ke cafe menemuimu maaf aku benar-benar tidak bisa meninggalkan ...,") Devina menggantungkan ucapannya saat ingin mengatakan tidak bisa meninggalkan kedua anaknya. Dia tidak ingin Marcell mengetahui dirinya sudah memiliki anak.

'Ya Tuhan .., aku hampir saja keceplosan. Pokoknya aku nggak mau datang ke sana dan aku juga nggak tega ninggalin anak-anakku di sini. Mereka masih sangat kecil. Bagaimana kalau terjadi sesuatu yang buruk terhadap mereka? Siapa yang akan bertanggung jawab? Aku tidak peduli walaupun Marcell akan menghukumku, tapi aku tidak ingin anakku kenapa-napa karena kecerobohanku.'

("Ck! Ayolah Devina aku ini atasanmu aku bisa melakukan apa saja padamu!")

Marcell memberikan ancaman pada Devina jika ia tidak mau datang untuk menemuinya.

("Aku tidak peduli dengan ancamanmu! Kalau kau memang benci padaku seharusnya kau tidak lagi menghubungiku apalagi memintaku untuk tetap kerja di tempatmu. Jelas-jelas kau mengatakan kalau sudah muak padaku. Lantas untuk apa aku kau minta untuk menemuimu? Bahkan kau tidak melepaskanku untuk pergi dari kehidupanmu!")

Marcell agak frustasi, rencananya nyaris gagal tidak bisa membuat Devina tunduk padanya.

("Ternyata kau ini sangat keras banget sekali. Aku heran dari dulu keras kepalamu itu tidak pernah hilang. Bahkan setelah berpisah dari itu saja lah kau masih juga keras kepala. Apakah jika ingin menyenangkan seseorang yang tengah bersamamu sekarang?")

Deg,, degup jantung Devina seakan terhenti. Dia menoleh kepada kedua anaknya yang tengah tertidur pulas. Dia mulai berpikir cemas, apa mungkin Marcell mengetahui kalau iya sudah memiliki anak yang tidak bisa ditinggalkan.

'Apa dia tahu kalau aku sudah punya anak? Tapi tahu dari mana dia kalau aku sudah punya anak. Tidak kurasa dia tidak mungkin tahu kalau aku sudah tidak lagi sendiri.'

("Kenapa kamu diam saja? Benar kan, apa yang aku katakan ini? Kau sudah ada pengganti diriku. Bahkan kau sudah bahagia bersama orang lain. Oke, baiklah kalau kau tidak ingin datang untuk menemuiku, tapi jangan salahkan aku jika sewaktu-waktu aku akan datang mencarimu. Aku pastikan akan bertemu denganmu dan juga seseorang yang sudah menggantikan posisiku!")

Pria itu langsung memutuskan sambungannya dan meninggalkan pemikiran gelisah.

Terpopuler

Comments

Shuhairi Nafsir

Shuhairi Nafsir

Bodoh banget Ravina. masakan semiskin kamu begitu masak berlauk tahu sama kicap. jangan jadi goblok kamu. kabur aje ketempat lagi. ceritanya sangat lembab lagi membosankan

2024-04-09

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 01. Kembali Bertemu
2 Bab 02. Jangan Kebaperan
3 Bab 03. Perempuan Murahan
4 Bab 04. Foto Penyebab Kehancuran
5 Bab 05. Kekuatan dari Si Kembar
6 Bab 06. Bayar Denda Lima Belas Juta Rupiah
7 Bab 07. Gagal Move on
8 Bab 08. Perang Dingin
9 Bab 09. Mommy Jangan Pergi
10 Bab 10. Enyahlah dari Sini
11 Bab 11. Peduli
12 Bab 12. Insiden di Dapur
13 Bab 13. Siapa Mereka?
14 Bab 14. Aku Nggak Mau dicuntik
15 Bab 15. Siapa Ayah Mereka?
16 Bab 16. Mereka itu Anakmu
17 Bab 17. Kita Rujuk
18 Bab 18. Tolong Bantu Aku
19 Bab 19. Ternyata hanya Rekayasa
20 Bab 20. Kalian Penjilat!
21 Bab 21. Atau Aku Akan Meneriakimu Seperti Maling
22 Bab 22. Pergi dari Rumahku!
23 Bab 23. Aku Mau Tinggal Sama Daddy
24 Bab 24. Mommy , Jangan Usir Daddy
25 Bab 25. Pikiran Masa Depan Anak-anak
26 Bab 26. Jangan Minta Aku Menjauh
27 Bab 27. Akhirnya Mengaku
28 Bab 28. Daddy Pembohong
29 Bab 29. Belum Puas Membuatku Menderita?
30 Bab 30. Dedek Jangan Pergi
31 Bab 31. Azalea Kritis
32 Bab 32. Pengorbananku Kau Abaikan
33 Bab 33. Langkahi Dulu Mayatku!
34 Bab 34. Aku Bukan Lagi Tanggung Jawabmu
35 Bab 35. Hentikan Omong Kosongmu
36 Bab 36. Selalu Salah Paham
37 Bab 37. Fasilitas yang Berbeda
38 Bab 38. Apa Kau Berpikir Aku Sudah Berubah?
39 Bab 39. Kalau Bukan Buat Aku, Lakukan Untuk Anak-anak
40 Bab 40. Mengalah Demi Anak
41 Bab 41. Dimuliakan Mantan Suami
42 Bab 42. Aku Pergi Karena Papa
43 Bab 43. Apa Serendah itu Diriku?
44 Bab 44. Jadi Mereka ini Cucu Kami?
45 Bab 45. Restu dari Orang tua
46 Bab 46. Tinggal Satu Atap
47 Bab 47. Akhirnya Rujuk
48 Bab 48. Lebih Buas Daripada Serigala
49 Bab 49. Kartu As Ada ditanganku
50 Bab 50. Atau Hidupmu Semakin Kacau
51 Bab 51. Curiga Tak Beralasan
52 Bab 52. Apa Kau yang Mengajarinya Kurang Ajar?
53 Bab 53. Pergilah Dari Ini dan Bawalah Anak-anakmu!
54 Bab 54. Pilihan Tersulit
55 Bab 55. Produk Unggul
56 Bab 56. Pertemuan yang Mengejutkan
57 Bab 57. Bernostalgia Mengingat Masa Lalu
58 Bab 58. Sama-sama Menjadi Korban Keegoisan Mertua
59 Bab 59. Orang Tua Serakah
60 Bab 60. Dibenci Anak Sendiri
61 Bab 61. Tak Ada yang Mau Mengalah
62 Bab 62. Tabur Tuai
63 Bab 63. Apa Benar Suamiku Berselingkuh?
64 Bab 64. Kekecewaan yang Mendalam
65 Bab 65. Ceraikan Aku
66 Bab 66. Hati yang Luka
67 Bab 67. Kujadikan Pengasuh Anak-anakku
68 Bab 68. Tumbal Pesugihan
69 Bab 69. Wanita Tua Penghuni Hutan
70 Bab 70. Nadia Maharani
71 Bab 71. Kedatangan Erna Pembuat Onar
72 Bab 72. Atau Aku yang Akan Memberinya Pelajaran
73 Bab 73. Pengakuan Nadia
74 Bab 74. Apa Aku Bukan Keturunannya?
75 Bab 75. Penjahat Kelas Kakap
76 Bab 76. Sang Pendosa
77 Bab 77. Panik
78 78. Kejahatan Apa yang dilakukan Mama?
79 Bab 79. Kedok Erna Mulai Terbongkar
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Bab 01. Kembali Bertemu
2
Bab 02. Jangan Kebaperan
3
Bab 03. Perempuan Murahan
4
Bab 04. Foto Penyebab Kehancuran
5
Bab 05. Kekuatan dari Si Kembar
6
Bab 06. Bayar Denda Lima Belas Juta Rupiah
7
Bab 07. Gagal Move on
8
Bab 08. Perang Dingin
9
Bab 09. Mommy Jangan Pergi
10
Bab 10. Enyahlah dari Sini
11
Bab 11. Peduli
12
Bab 12. Insiden di Dapur
13
Bab 13. Siapa Mereka?
14
Bab 14. Aku Nggak Mau dicuntik
15
Bab 15. Siapa Ayah Mereka?
16
Bab 16. Mereka itu Anakmu
17
Bab 17. Kita Rujuk
18
Bab 18. Tolong Bantu Aku
19
Bab 19. Ternyata hanya Rekayasa
20
Bab 20. Kalian Penjilat!
21
Bab 21. Atau Aku Akan Meneriakimu Seperti Maling
22
Bab 22. Pergi dari Rumahku!
23
Bab 23. Aku Mau Tinggal Sama Daddy
24
Bab 24. Mommy , Jangan Usir Daddy
25
Bab 25. Pikiran Masa Depan Anak-anak
26
Bab 26. Jangan Minta Aku Menjauh
27
Bab 27. Akhirnya Mengaku
28
Bab 28. Daddy Pembohong
29
Bab 29. Belum Puas Membuatku Menderita?
30
Bab 30. Dedek Jangan Pergi
31
Bab 31. Azalea Kritis
32
Bab 32. Pengorbananku Kau Abaikan
33
Bab 33. Langkahi Dulu Mayatku!
34
Bab 34. Aku Bukan Lagi Tanggung Jawabmu
35
Bab 35. Hentikan Omong Kosongmu
36
Bab 36. Selalu Salah Paham
37
Bab 37. Fasilitas yang Berbeda
38
Bab 38. Apa Kau Berpikir Aku Sudah Berubah?
39
Bab 39. Kalau Bukan Buat Aku, Lakukan Untuk Anak-anak
40
Bab 40. Mengalah Demi Anak
41
Bab 41. Dimuliakan Mantan Suami
42
Bab 42. Aku Pergi Karena Papa
43
Bab 43. Apa Serendah itu Diriku?
44
Bab 44. Jadi Mereka ini Cucu Kami?
45
Bab 45. Restu dari Orang tua
46
Bab 46. Tinggal Satu Atap
47
Bab 47. Akhirnya Rujuk
48
Bab 48. Lebih Buas Daripada Serigala
49
Bab 49. Kartu As Ada ditanganku
50
Bab 50. Atau Hidupmu Semakin Kacau
51
Bab 51. Curiga Tak Beralasan
52
Bab 52. Apa Kau yang Mengajarinya Kurang Ajar?
53
Bab 53. Pergilah Dari Ini dan Bawalah Anak-anakmu!
54
Bab 54. Pilihan Tersulit
55
Bab 55. Produk Unggul
56
Bab 56. Pertemuan yang Mengejutkan
57
Bab 57. Bernostalgia Mengingat Masa Lalu
58
Bab 58. Sama-sama Menjadi Korban Keegoisan Mertua
59
Bab 59. Orang Tua Serakah
60
Bab 60. Dibenci Anak Sendiri
61
Bab 61. Tak Ada yang Mau Mengalah
62
Bab 62. Tabur Tuai
63
Bab 63. Apa Benar Suamiku Berselingkuh?
64
Bab 64. Kekecewaan yang Mendalam
65
Bab 65. Ceraikan Aku
66
Bab 66. Hati yang Luka
67
Bab 67. Kujadikan Pengasuh Anak-anakku
68
Bab 68. Tumbal Pesugihan
69
Bab 69. Wanita Tua Penghuni Hutan
70
Bab 70. Nadia Maharani
71
Bab 71. Kedatangan Erna Pembuat Onar
72
Bab 72. Atau Aku yang Akan Memberinya Pelajaran
73
Bab 73. Pengakuan Nadia
74
Bab 74. Apa Aku Bukan Keturunannya?
75
Bab 75. Penjahat Kelas Kakap
76
Bab 76. Sang Pendosa
77
Bab 77. Panik
78
78. Kejahatan Apa yang dilakukan Mama?
79
Bab 79. Kedok Erna Mulai Terbongkar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!