Dengan bibir bergetar dia menjawab. "Saya baik-baik saja."
Tak bisa lagi menghindar. Marcell kini sudah menjadi bosnya, dan dia sudah terikat kontrak dengan perusahaan itu.
"Setelah kita berpisah, apa saja yang kau lakukan di luar? Apa kau memiliki pekerjaan di luar, atau kau sudah menikah kembali?"
Pria itu terkesan dingin padanya. Sangat berbeda dengan sebelumnya, dia begitu lembut dan perhatian.
Devina hanya diam. Dalam hati merutuki kebodohannya, kenapa ia dipertemukan kembali dengan pria yang sudah menaburkan luka di hatinya.
"Vina, apakah kamu baik-baik saja? Kenapa nggak dijawab? Aku sedang bertanya padamu!"
Devina yang tengah terbengong tersadar saat jemari tangan Marcell menyerukan suara nyaring di depan mukanya.
"Ah, i-iya ..,,"
"Sudah tiga tahun lamanya kita berpisah. Selama itu aku sudah tidak mendapatkan kabarmu. Apa saja yang kau lakukan selama tiga tahun ini? Apa kau sudah bahagia dengan pria lain?"
Tiba-tiba Devina merasakan sesak di dada. Hatinya kembali terkoyak saat sang mantan kembali mengingatkannya kembali pada perpisahan.
"Maaf. Anda meminta saya untuk datang ke ruangan anda hanya ingin mengorek kepribadian saya? Saya rasa anda tidak berhak tahu kepribadian saya, karena diantara kita sudah tidak ada hubungan apa-apa!" Dengan tegas Devina katakan.
"Sombong sekali dirimu! Kupikir kau perempuan baik-baik, tapi nyatanya aku salah menilaimu! Kau culas! Kau penipu!"
Segala ucapan buruk digunakan untuk menyerang Devina.
Devina mengepalkan tangannya menahan emosi. Saat ini ia tidak ingin membuat kekacauan di tempat orang lain.
"Anda mengatakan saya ini culas, penipu, memangnya apa yang pernah saya lakukan pada anda. Bahkan anda menalak saya tanpa saya tahu di mana letak kesalahannya saya. Anda sudah difitnah, anda lebih percaya pada ucapan orang lain dari pada saya."
"Ya, aku jauh percaya pada ucapan orang lain daripada kamu. Aku sangat menyesal terlalu percaya pada kepolosanmu. Devina yang kukenal dulu sangatlah berbeda. Dulu dia terlalu cupu dan tidak banyak gaya, tapi setelah aku memanjakannya, dia malah menentangku. Oke tidak masalah, dua tahun menemaniku, aku sudah merasakan bahagia bersamamu, kalaupun berakhir dengan perpisahan, itu sudah nasib, anggap saja kita tidak berjodoh."
Devina benar-benar jengkel dengan sikap mantan suaminya yang kini berubah sangat membencinya. Dia tidak pernah tahu titik masalah yang dihadapinya. Di saat suaminya pulang tugas, tiba-tiba saja menalaknya dan meminta perpisahan. Bahkan sampai sekarang, perpisahan itu menjadi tanda tanya besar buat dirinya.
"Iya, anggap saja kita tidak berjodoh. Aku tidak masalah kalaupun harus berpisah darimu. Aku masih bisa hidup tanpamu. Tapi aku benar-benar tidak bisa terima saat kau memfitnahku begitu keji. Kau mengatakan, jika aku sudah menentangmu, itu apa maksudnya? Kapan aku pernah menentangmu? Selama menjadi istrimu aku selalu bersikap baik, aku selalu melayanimu dengan baik, tapi kau malah bilang aku sudah menentangmu. Kau sungguh keterlaluan!"
Tubuh Devina gemetaran, hatinya tercabik-cabik mendengar kata-kata pedas yang keluar dari mulut mantan suaminya.
"Iya, Aku akui dulu kau memang sangat perhatian padaku, tapi pada akhirnya kau tega menghianati cintaku. Kau selingkuhi aku, kau hancurkan kepercayaanku!" Dengan segala emosinya ia curahkan pada wanita yang pernah dicintainya.
"Astagfirullah haladzim, kenapa juga kau tidak percaya. Kapan aku menyelingkuhimu? Aku bahkan tidak pernah keluar tanpa dirimu, tega sekali kau memfitnahku. Fitnah itu jauh lebih keji, tak ada hujan tak ada angin kau melayangkan gugatan cerai, siapa yang tak kecewa. Kau sudah membuatku menderita, dan sekarang kau masih juga menganggap aku biang masalah. Ya sudah, aku nggak papa. Sekarang jalani saja kehidupan kita masing-masing."
Devina menangis mengingat kedua anaknya di rumah. Ia bahkan sudah menjanjikan mereka untuk membelikan mainan setelah ia diterima bekerja di perusahaan garmen, tapi tak taunya malah dipertemukan dengan mantan suaminya yang masih menaruh kebencian padanya. Ia bahkan tidak tahu kalau pemilik perusahaan itu adalah mantan suaminya.
'Maafkan mommy sayang, mommy belum bisa membahagiakan kalian. Mommy belum bisa membelikan mainan buat kalian.' Dalam hati Devina ingin menjerit. Menjadi ibu sekaligus Ayah buat anaknya yang masih kecil.
Setetes air bening jatuh di pelupuk matanya. Walaupun ia terlahir dari keluarga berada, ia tidak ingin menjadikan beban orang tuanya. Selama berpisah dari suaminya, ia putuskan untuk hidup mandiri dengan segala kekurangannya, tak mau berbelas kasih pada orang tua dan juga keluarganya yang lain.
"Jika kamu tak membutuhkanku, aku akan pergi dari sini. Lagian kau sudah bukan apa-apaku, tidak mungkin akan bekerja di tempat mantan suamiku."
Devina berkali-kali menyeka air matanya. Tak disangka kehadirannya kembali membuatnya mengingatkan pada luka lama yang belum bisa disembuhkan. Dia tak peduli kalaupun tidak bisa diterima bekerja dengan baik, lebih baik tidak bekerja pada orang yang tidak respect padanya.
"Kau tidak bisa pergi dari sini dengan mudah. Kau sudah menandatangani kontrak kerja dengan perusahaan ini. Jadi kau tidak bisa bebas keluar masuk tempat ini. Bekerjalah dengan profesional, jangan menganggap remeh kontrak kerja yang sudah kau tandatangani."
"Mana bisa aku bekerja dengan baik pada orang yang sudah membenciku. Kau sendiri juga muak melihatku, setiap hari kita akan bertemu, dan aku ...,,"
"Sudahlah. Sebagai atasan aku tidak akan membeda-bedakan antara pegawai satu dengan yang lainnya. Aku pekerjaan mereka sesuai dengan kemampuannya. Dan aku tidak ingin mencampur adukkan masalah pribadi dengan pekerjaan. Aku tidak ingin dianggap buruk oleh karyawanku."
Kepala Devina berdenyut nyeri setelah banyak menangis. Semenjak kehamilannya, dia mengalami banyak masalah yang berimbas pada kesehatannya. Dia pernah mengalami depresi berat saat sang suami melayangkan gugatan cerai tanpa memberikan penjelasan pada titik permasalahannya.
"Kalau tidak lagi ada yang perlu dijelaskan, aku keluar sekarang. Aku akan kembali ke tempat kerjaku."
Dengan tubuh yang lemas dia memutuskan untuk segera pergi dari ruangan CEO. Walaupun hatinya menolak untuk tidak melanjutkan bekerja di tempat itu, tapi dia sudah menandatangani kontrak kerja.
Saat hendak membuka pintu, tiba-tiba tubuhnya terhuyung hendak jatuh. Buru-buru sang CEO menangkapnya.
"Hey! Kau itu kenapa? Apa kau sakit?"
Devina mencoba untuk menguatkannya dirinya dan berdiri kembali.
"Aku tidak apa-apa. Aku baik-baik saja."
"Jangan memaksa, kondisimu begitu lemah. Ayo duduklah!"
Marcell memintanya untuk duduk dan menyerahkan teh hangat padanya.
Devina kembali teringat saat dia sakit, Marcell merawatnya dengan baik, tapi kini dia sudah menjadi orang lain.
"Kau tidak usah terlalu perhatian padaku. Aku tidak ingin menjadikan beban dirimu."
"Ck! Jangan kebaperan. Siapa juga yang perhatian pada wanita yang sudah menghancurkan hidupku. Aku melakukan semua ini karena kepedulianku terhadap karyawanku. Tidak usah berpikir yang macam-macam."
"Maaf, aku tidak bermaksud bicara seperti itu. Aku cuma tidak ingin membalas budi padamu. Sekarang kita hanya sebatas rekan kerja. Maksudnya aku sebagai karyawanmu, aku tidak ingin karyawanmu yang lain mencurigai kita."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
C2nunik987
ohhh mantan suami ....trs suaminya tau klo kalian punya si kembar?
2024-06-03
0
Yatinah
lanjutt semangat kak author
2024-04-28
1
Ika Dw
Hello, ini karya ke 2 author, Semoga bisa menghibur di waktu puasa. Selamat menjalankan ibadah puasa buat yang menjalankannya 🥳🥰
2024-03-17
4