Bab 15. Siapa Ayah Mereka?

Setibanya di rumah, Devina langsung mengajak kedua anaknya masuk. Dia bahkan mengabaikan Marcell yang sudah mengantarkannya.

"Dasar perempuan, dia punya hutang penjelasan padaku!"

Dengan menggerutu dan tatapan kesal, Marcell ikut masuk ke dalam rumah yang didiami oleh mantan istrinya.

"Mom, lapen," rengek Kenzo.

"Iya, aku juga," sambung Azalea.

"Oh, kalian laper ya? Yaudah duduk sini dulu ya? Mommy mau ambilin makanan buat kalian."

Kedua anak itu duduk di kursi kayu usang yang ada di ruang tamu. Marcell tak lepas pandang  dari dua bocah kecil itu dengan pikiran yang semerawut.

"Om, kenapa pandang kami telus? Om nggak jahatin kami kan?"

Dengan keberaniannya, Kenzo menegur Marcell yang tak mau mengalihkan mata tajamnya.

"Kalau Om jahatin kalian, Om juga tidak akan membawa adikmu itu ke rumah sakit untuk diobati. Pasti sekarang hidung adikmu itu akan mekar seperti tomat. Bukan lagi seperti tomat, tapi seperti badut," jawabnya meledek.

Azalea beringsut, dia memegangi lengan kembarannya dengan wajah yang ketakutan.

"Akak, Om itu jahat nggak cih? Aku takut."

Gadis kecil itu berbisik lirih, namun masih bisa didengar oleh telinga Marcell.

"Nggak ucah takut, ada kakak yang akan lindungi kamu. Di cini ada mommy juga." Si bungsu Kenzo mencoba untuk membuat adik kembarannya tenang.

Dari dapur Devina keluar dengan membawa dua piring berisi nasi dan ayam goreng sisa semalam, yang dibelikan Marcell untuknya. Dia tidak memiliki lauk lain, karena uangnya hanya tersisa dua puluh lima ribu rupiah untuk membeli seliter beras.

"Ayo ini makanannya nak, kalian mau makan sendiri atau disuapi oleh mommy?" tanya Devina dengan menyodorkan dua piring di atas meja.

"Aku mamam cendili cama yayam doleng." Kenzo langsung beranjak untuk mengambil satu piring untuknya.

"Aku juga mau mamam cendili kayak akak," sambung Azalea.

Devina mengulas senyuman tipis dengan matanya berkaca-kaca ingin menangis. Ia tahan sekuat mungkin agar air bening itu tidak jatuh.

"Yaudah, kalau mau mamam sendiri, tapi janji nggak boleh diberantakin ya? Mamam yang bagus dihabiskan. Mommy akan ambilkan air minumnya dulu."

Kedua bocah itu mengangguk dan kembali duduk dengan memangku piring masing-masing.

"Akak, yayam dolengnya enak, mommy belinya di mana?" tanya Azalea dengan sedikit mengunyah ayam goreng.

"Enggak tau. Tadi malem belinya. Bukan mommy yang beli dek, tapi bocnya."

Degg,, berasa tergetar jantung Marcell meratapi nasib mereka. Ia tidak akan pernah tahu keadaan Devina jauh lebih buruk setelah perpisahannya.

"Kalian tinggal di sini sama siapa aja selain sama mommy?" tanya Marcell dengan berjalan mendekati mereka dan berjongkok di depannya.

"Cama mommy," jawab Kenzo dengan cepat sembari mengunyah ayam goreng.

"Selain sama mommy?" Marcell menyelidiki kehidupan Devina melalui balita yang belum diketahui siapanya Devina.

"Enggak ada, cuma mommy, aku cama adik doang," jawab Kenzo dengan jujur.

Bayi seumuran mereka masih polos dan tidak bisa berbohong. Dia percaya jika anak kecil itu memberikan penjelasan yang jujur.

Ekhem,, Devina datang dengan membawa dua gelas plastik berisi air. Dia berdehem saat mendapati Marcell tengah mengajak anak-anaknya mengobrol.

"Kalau mamam nggak boleh sambil ngomong, nanti bisa ditegur sama Allah," tegas Devina tak ingin anaknya memiliki kebiasaan buruk.

Marcell bangkit dari tempatnya dan menatap dingin wajah wanita yang sudah membuatnya setengah gila.

"Aku ingin bicara denganmu!"

Pria bertubuh kekar dengan mata elangnya itu nampak ingin mengintimidasinya.

"Bapak ingin bicara apa? Saya lagi temenin mereka makan."

"Nggak usah banyak alasan! Ini di luar kantor, nggak usah formal gitu, risih aku!"

Pria itu berseru dengan suara dingin, namun suaranya agak pelan karena takut mengganggu kedua balita yang tengah menikmati makanannya.

"Oke baiklah. Kita bicara di luar saja."

Devina berjongkok dan mengacak pelan rambut anak-anaknya.

"Kalau mamam dihabisin ya? Nanti kalau nggak dihabisin ayamnya bisa mati," tuturnya lembut.

"Yayamnya ciapa? Memangnya mommy punya yayam?" tanya mereka dengan serempak.

Devina menyengir kuda. Jangankan punya ayam, bulunya aja kagak punya.

"Maksud mommy ayamnya tetangga. Yaudah ya? Mommy mau ke depan dulu, kalian makan aja di sini."

"Mommy nggak pelgi kan?"

Dengan cepat Devina menggeleng. "Enggak sayang, mommy nggak pergi. Mommy mau bicara dulu sama Om."

Kedua bocah itu menoleh pada Marcell dengan tatapan kurang suka.

"Om, jangan buat mommyku menangic ya? Awac kalau om belani buat mommy cedih," ancam Kenzo.

Kenzo sangat protektif, dia bakalan marah jika ada orang yang berani mengusik ketenangan keluarganya.

"Hmm,," hanya deheman yang keluar dari mulut Marcell. Dasar pria tak berguna.

Devina melangkahkan kakinya keluar menuju halaman, tepatnya di bawah pohon jambu.

"Ada apa? Kamu ingin bicara apa?"

Devina sangat yakin, arah pembicaraan Marcell tertuju pada anak-anaknya.

"Siapa mereka? Kenapa mereka memanggilmu dengan sebutan mommy? Jelaskan padaku, Vina!"

Dengan helaan napas panjang, Devina pun menjelaskannya. Sudah tertangkap basah, apalagi yang bisa disembunyikan, toh Marcell juga yang sudah membiayai pengobatan anak perempuannya.

"Tentu saja mereka itu anak-anakku, memangnya kamu berpikir mereka siapaku?"

"Anak? Anak kandung kamu maksudnya?"

Pria itu masih menyimpan keraguan mengenai anak kecil yang bersama mantan istrinya.

"Ya anak kandungku, kau ini gimana sih. Jelas-jelas mereka ada bersamaku, apa kamu pikir mereka ini anak yang aku pungut di jalanan?"

Sesak rasanya napas Marcell mendengar penjelasan dari mantan istrinya. Antara percaya dan tidak bahwa istrinya ternyata memiliki dua anak kembar yang masih kecil.

"Kamu tidak lagi membohongi aku kan? Kamu bilang kamu nggak punya pria lain setelah kita berpisah, terus mereka ini anaknya siapa? Anak kamu dengan pria mana? Atau anak kamu dengan selingkuhanmu itu? Berarti mereka itu lahir tanpa seorang ayah, atau bisa dikatakan sebagai anak ha,-

"Jaga mulutmu ya!" Devina mengangkat telunjuk tangannya menantang mantan suami yang berani mengucap buruk mengenai dirinya.

"Kamu bisa bicara apapun mengenai diriku, tapi aku tidak akan pernah bisa terima jika kamu menganggap anak-anakku terlahir sebagai anak haram. Memangnya mereka punya dosa apa sama kamu, hingga kamu berani berkata buruk mengenai mereka?"

Hati siapa yang tak hancur, selama berpisah dari sang suami dia menderita sendirian dengan kehamilannya. Bahkan sampai melahirkan tak seorangpun ada yang peduli padanya. Orang tuanya sendiri bahkan tidak mengetahui jika dirinya telah hamil dan melahirkan bayi kembar.

"Ya, aku harus bilang apa? Kamu melahirkan dua anak tanpa seorang suami. Saat kita berpisah dulu kamu tidak sedang hamil kan? Lantas mereka ini anak-anaknya siapa? Aku butuh penjelasan kamu Devina! Aku selama ini udah coba bersabar dan bisa menerima kenyataan bahwa aku sudah dibodohi, tapi tolonglah kali ini bicaralah dengan jujur, mereka ini anaknya siapa? Siapa Ayah mereka!"

Terpopuler

Comments

Yatinah

Yatinah

jawab jujur aja devina agar marcelm bida terbuka mata hati nyaa

2024-04-28

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 01. Kembali Bertemu
2 Bab 02. Jangan Kebaperan
3 Bab 03. Perempuan Murahan
4 Bab 04. Foto Penyebab Kehancuran
5 Bab 05. Kekuatan dari Si Kembar
6 Bab 06. Bayar Denda Lima Belas Juta Rupiah
7 Bab 07. Gagal Move on
8 Bab 08. Perang Dingin
9 Bab 09. Mommy Jangan Pergi
10 Bab 10. Enyahlah dari Sini
11 Bab 11. Peduli
12 Bab 12. Insiden di Dapur
13 Bab 13. Siapa Mereka?
14 Bab 14. Aku Nggak Mau dicuntik
15 Bab 15. Siapa Ayah Mereka?
16 Bab 16. Mereka itu Anakmu
17 Bab 17. Kita Rujuk
18 Bab 18. Tolong Bantu Aku
19 Bab 19. Ternyata hanya Rekayasa
20 Bab 20. Kalian Penjilat!
21 Bab 21. Atau Aku Akan Meneriakimu Seperti Maling
22 Bab 22. Pergi dari Rumahku!
23 Bab 23. Aku Mau Tinggal Sama Daddy
24 Bab 24. Mommy , Jangan Usir Daddy
25 Bab 25. Pikiran Masa Depan Anak-anak
26 Bab 26. Jangan Minta Aku Menjauh
27 Bab 27. Akhirnya Mengaku
28 Bab 28. Daddy Pembohong
29 Bab 29. Belum Puas Membuatku Menderita?
30 Bab 30. Dedek Jangan Pergi
31 Bab 31. Azalea Kritis
32 Bab 32. Pengorbananku Kau Abaikan
33 Bab 33. Langkahi Dulu Mayatku!
34 Bab 34. Aku Bukan Lagi Tanggung Jawabmu
35 Bab 35. Hentikan Omong Kosongmu
36 Bab 36. Selalu Salah Paham
37 Bab 37. Fasilitas yang Berbeda
38 Bab 38. Apa Kau Berpikir Aku Sudah Berubah?
39 Bab 39. Kalau Bukan Buat Aku, Lakukan Untuk Anak-anak
40 Bab 40. Mengalah Demi Anak
41 Bab 41. Dimuliakan Mantan Suami
42 Bab 42. Aku Pergi Karena Papa
43 Bab 43. Apa Serendah itu Diriku?
44 Bab 44. Jadi Mereka ini Cucu Kami?
45 Bab 45. Restu dari Orang tua
46 Bab 46. Tinggal Satu Atap
47 Bab 47. Akhirnya Rujuk
48 Bab 48. Lebih Buas Daripada Serigala
49 Bab 49. Kartu As Ada ditanganku
50 Bab 50. Atau Hidupmu Semakin Kacau
51 Bab 51. Curiga Tak Beralasan
52 Bab 52. Apa Kau yang Mengajarinya Kurang Ajar?
53 Bab 53. Pergilah Dari Ini dan Bawalah Anak-anakmu!
54 Bab 54. Pilihan Tersulit
55 Bab 55. Produk Unggul
56 Bab 56. Pertemuan yang Mengejutkan
57 Bab 57. Bernostalgia Mengingat Masa Lalu
58 Bab 58. Sama-sama Menjadi Korban Keegoisan Mertua
59 Bab 59. Orang Tua Serakah
60 Bab 60. Dibenci Anak Sendiri
61 Bab 61. Tak Ada yang Mau Mengalah
62 Bab 62. Tabur Tuai
63 Bab 63. Apa Benar Suamiku Berselingkuh?
64 Bab 64. Kekecewaan yang Mendalam
65 Bab 65. Ceraikan Aku
66 Bab 66. Hati yang Luka
67 Bab 67. Kujadikan Pengasuh Anak-anakku
68 Bab 68. Tumbal Pesugihan
69 Bab 69. Wanita Tua Penghuni Hutan
70 Bab 70. Nadia Maharani
71 Bab 71. Kedatangan Erna Pembuat Onar
72 Bab 72. Atau Aku yang Akan Memberinya Pelajaran
73 Bab 73. Pengakuan Nadia
74 Bab 74. Apa Aku Bukan Keturunannya?
75 Bab 75. Penjahat Kelas Kakap
76 Bab 76. Sang Pendosa
77 Bab 77. Panik
78 78. Kejahatan Apa yang dilakukan Mama?
79 Bab 79. Kedok Erna Mulai Terbongkar
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Bab 01. Kembali Bertemu
2
Bab 02. Jangan Kebaperan
3
Bab 03. Perempuan Murahan
4
Bab 04. Foto Penyebab Kehancuran
5
Bab 05. Kekuatan dari Si Kembar
6
Bab 06. Bayar Denda Lima Belas Juta Rupiah
7
Bab 07. Gagal Move on
8
Bab 08. Perang Dingin
9
Bab 09. Mommy Jangan Pergi
10
Bab 10. Enyahlah dari Sini
11
Bab 11. Peduli
12
Bab 12. Insiden di Dapur
13
Bab 13. Siapa Mereka?
14
Bab 14. Aku Nggak Mau dicuntik
15
Bab 15. Siapa Ayah Mereka?
16
Bab 16. Mereka itu Anakmu
17
Bab 17. Kita Rujuk
18
Bab 18. Tolong Bantu Aku
19
Bab 19. Ternyata hanya Rekayasa
20
Bab 20. Kalian Penjilat!
21
Bab 21. Atau Aku Akan Meneriakimu Seperti Maling
22
Bab 22. Pergi dari Rumahku!
23
Bab 23. Aku Mau Tinggal Sama Daddy
24
Bab 24. Mommy , Jangan Usir Daddy
25
Bab 25. Pikiran Masa Depan Anak-anak
26
Bab 26. Jangan Minta Aku Menjauh
27
Bab 27. Akhirnya Mengaku
28
Bab 28. Daddy Pembohong
29
Bab 29. Belum Puas Membuatku Menderita?
30
Bab 30. Dedek Jangan Pergi
31
Bab 31. Azalea Kritis
32
Bab 32. Pengorbananku Kau Abaikan
33
Bab 33. Langkahi Dulu Mayatku!
34
Bab 34. Aku Bukan Lagi Tanggung Jawabmu
35
Bab 35. Hentikan Omong Kosongmu
36
Bab 36. Selalu Salah Paham
37
Bab 37. Fasilitas yang Berbeda
38
Bab 38. Apa Kau Berpikir Aku Sudah Berubah?
39
Bab 39. Kalau Bukan Buat Aku, Lakukan Untuk Anak-anak
40
Bab 40. Mengalah Demi Anak
41
Bab 41. Dimuliakan Mantan Suami
42
Bab 42. Aku Pergi Karena Papa
43
Bab 43. Apa Serendah itu Diriku?
44
Bab 44. Jadi Mereka ini Cucu Kami?
45
Bab 45. Restu dari Orang tua
46
Bab 46. Tinggal Satu Atap
47
Bab 47. Akhirnya Rujuk
48
Bab 48. Lebih Buas Daripada Serigala
49
Bab 49. Kartu As Ada ditanganku
50
Bab 50. Atau Hidupmu Semakin Kacau
51
Bab 51. Curiga Tak Beralasan
52
Bab 52. Apa Kau yang Mengajarinya Kurang Ajar?
53
Bab 53. Pergilah Dari Ini dan Bawalah Anak-anakmu!
54
Bab 54. Pilihan Tersulit
55
Bab 55. Produk Unggul
56
Bab 56. Pertemuan yang Mengejutkan
57
Bab 57. Bernostalgia Mengingat Masa Lalu
58
Bab 58. Sama-sama Menjadi Korban Keegoisan Mertua
59
Bab 59. Orang Tua Serakah
60
Bab 60. Dibenci Anak Sendiri
61
Bab 61. Tak Ada yang Mau Mengalah
62
Bab 62. Tabur Tuai
63
Bab 63. Apa Benar Suamiku Berselingkuh?
64
Bab 64. Kekecewaan yang Mendalam
65
Bab 65. Ceraikan Aku
66
Bab 66. Hati yang Luka
67
Bab 67. Kujadikan Pengasuh Anak-anakku
68
Bab 68. Tumbal Pesugihan
69
Bab 69. Wanita Tua Penghuni Hutan
70
Bab 70. Nadia Maharani
71
Bab 71. Kedatangan Erna Pembuat Onar
72
Bab 72. Atau Aku yang Akan Memberinya Pelajaran
73
Bab 73. Pengakuan Nadia
74
Bab 74. Apa Aku Bukan Keturunannya?
75
Bab 75. Penjahat Kelas Kakap
76
Bab 76. Sang Pendosa
77
Bab 77. Panik
78
78. Kejahatan Apa yang dilakukan Mama?
79
Bab 79. Kedok Erna Mulai Terbongkar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!