Bab 12. Insiden di Dapur

Menjelang jam makan siang Devina berniat untuk pulang menjenguk kedua buah hatinya di rumah dia benar-benar kepikiran dan tidak kenal meninggalkan mereka kalau bukan karena uang dia juga tidak akan pernah ninggalin mereka untuk mencari pekerjaan di luar.

"Aku dikasih izin nggak ya, buat pulang? Aku khawatir banget sama anak-anak, bagaimana kalau sampai terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Kalau aku minta izin pulang terus ditanya yang macam-macam sama dia aku harus jawab apa? Masa iya aku harus berterus terang mengenai anak-anakku yang kutinggalkan? Tidak, aku tidak akan memberitahunya. Lebih baik seperti ini saja, Aku tidak ingin masalahku bertambah besar jika dia tahu aku sudah punya anak."

Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Devina mondar-mandir di ruangannya. Kini ruangannya memang satu tempat dengan ruangan Bos, tapi saat itu Marcell sedang mengikuti meeting dan meninggalkannya sendiri di ruangan CEO.

Jam makan siang kurang 5 menit lagi, dan perjalanan antara kantor dengan rumahnya butuh waktu kurang lebih 15 menit. Sudah habis di perjalanan saja jika ia pulang, tapi kalau ia tidak pulang yang ada kecemasan semakin menjadi-jadi. Andai saja ada penitipan anak di dekat kantor, pasti ia akan menitipkan mereka, tapi sayangnya anak-anaknya sendiri juga tidak mau berbaur dengan orang lain.

Kriket, suara pintu terbuka dan masuklah Marcel setelah mengikuti meeting. Dia menolak ke arah Devina yang nampak gelisah berdiri di depan meja kerjanya.

"Kamu kenapa gelisah itu? Ada masalah?" Pria itu berjalan mendekat dengan menatapnya dalam-dalam.

Devina penggalang dengan wajah menunduk. "Nggak ada apa-apa kok Pak, saya baik-baik saja."

Di saat bekerja, dia harus tetap profesional sebagai atasan dan bawahan. Berbeda lagi di saat mereka sedang di luar Devina tidak menghormatinya sama sekali.

"Emangnya pekerjaan kamu sudah selesai?" Pria itu bertanya lagi menoleh ke arah meja kerja Devina yang sudah nampak begitu rapi.

"Saya sudah menyelesaikannya Pak. Silakan Bapak cek kembali hasil pekerjaan saya, jika ada yang perlu diperbaiki, maka saya akan memperbaikinya."

Marcell mengambil berkas-berkas yang sudah diselesaikan oleh Devina dan mengeceknya satu persatu. Tidak ada kesalahan yang ditulis oleh Devina dan dia cukup bangga dengan hasil kinerja Devina.

"Lumayan. Sebentar lagi Kamu harus istirahat, isi perutmu, jangan sampai kamu telat makan."

Pria itu masih sama seperti dulu walaupun menjengkelkan tapi mengingatkan saat makan dan saat istirahat membuatnya teringat pada masa lalunya ia tersenyum ingin menangis tapi apalah daya kini hubungannya sudah berakhir dan di antara mereka sudah tidak ada lagi hubungan spesial.

"Terimakasih banyak Pak. Tapi kalau saya boleh minta izin, saya ingin pulang saat jam makan siang. Saja ada kepentingan sebentar Pak. Saya janji akan kembali ke sini di saat jam kerja dimulai," pinta Devina dengan wajah memelas.

"Pulang? Memangnya kamu memiliki masalah apa sih, sampai bela-belain buat pulang? Apa ada sesuatu yang kamu sembunyikan dari aku, Vina? Memangnya kamu di rumah meninggalkan siapa? Apa jangan-jangan kau memang sudah memiliki penggantiku? Apa temanku itu yang sudah menggantikan posisiku dan sekarang tinggal satu atap denganmu, kalian sudah menikah begitu?"

Banyak kata penasaran yang hinggap di relung hati Marcell Devina yang selalu menghindar membuatnya semakin penasaran dengan kehidupannya.

"Pak, saya hanya minta izin, Saya hanya minta Bapak nggak usah tanya yang macam-macam. Ini kantor tempat bekerja, tidak seharusnya Bapak mencampuradukkan urusan pribadi dengan urusan pekerjaan. Bukannya saya nggak sopan bersikap seperti ini, tapi Bapak memang nggak berhak untuk mengetahui kepribadian saya. Tolonglah Pak, demi keperimanusiaan, saya minta izin pulang sebentar. Saya janji tidak akan terlambat untuk kembali lagi. Jika saya terlambat untuk kembali Bapak bisa menghukum saya."

Terlihat begitu cemas Devina memohon-mohon agar mendapatkan izin untuk pulang. Marcell yang sangat penasaran Ia pun memutuskan untuk mengizinkannya.

"Oke baiklah, kamu bisa pulang sekarang!"

Wajah Devina seketika berbinar, tanpa ribut, dia pun bisa pulang untuk menjenguk anak-anaknya.

"Ini serius Bapak mengizinkan saya buat pulang? Bapak nggak lagi bercanda kan?"

"Apakah saya kelihatan sedang bercanda? Kamu itu minta izin pulang dengan merengek-rengek, setelah saya izinkan kamu menganggap saya ini sedang bercanda. Buruan pulang, dan jangan lupa kembali. Ingat seperti yang kamu katakan tadi, jika sampai terlambat datang kemari, maka kamu harus menerima hukumannya."

"Terima kasih banyak Pak, terima kasih banyak atas pengertiannya. Kalau begitu saya pulang sekarang."

Devina meraih tas kecil dan menyelempangkannya di lengan dia langsung bergegas pergi dengan terburu-buru.

'Aneh, aku jadi curiga dengan kehidupannya. Apa yang membuatnya panik? Dia sampai merengek-rengek untuk diizinkan pulang. Ini adalah kesempatan buat aku bisa mengetahui kondisi dia yang sebenarnya. Aku akan mengikutinya secara diam-diam.'

Marcell langsung bergegas pergi untuk mengikuti kepergian Devina. Dia mengikutinya dengan jarak yang lumayan jauh agar Devina tidak mencurigai jika dirinya diam-diam telah mengikuti kepulangannya.

'Wanita itu benar-benar keras kepala. Dari dulu sifatnya tidak pernah berubah. Aku sampai bingung, aku harus melakukan apa untuknya, sedangkan dia menunggu untuk aku bantu. Ya Tuhan, tunjukkanlah kebenaran. Jika dia memang bersalah, tunjukkan padaku, tapi jika dia memang difitnah, aku mohon berikanlah jalan untuk bisa membalas kejahatan orang-orang yang sudah mampir tengahnya dan membuat hidupnya seperti ini.'

Di sebuah rumah kontrakan kecil, Devina buru-buru melangkahkan kakinya masuk. Terdengar suara tangisan anak kecil di dalam rumah, dan itu membuatnya sangat panik.

"Azalea! Kenzo!"

Devina memanggil kedua buah hatinya yang diyakini tengah menangis di salah satu ruangan.

Mendengar panggilan dari ibunya, anak laki-lakinya langsung berlari padanya dengan menangis.

"Mommy, mommy untung caja mommy pulang. Adik mom!"

"Adik mom ..,"

"Adik? Di mana adik?"

Devina langsung panik tak mendapati anak perempuannya.

"Adik jatuh di cana. Hidungnya beldalah."

Devina seketika menegang dengan mulutnya menganga. Dia syok mendengar kabar buruk mengenai anak perempuan.

"Adik jatuh? Di mana?"

Kenzo mengajak Devina dengan menggandeng tangannya menuju dapur. Dia menunjuk ke arah kursi kayu tempat duduk mereka saat makan di dapur.

"Astagfirullah haladzim. Apa yang sudah terjadi padamu nak? Kenapa bisa seperti ini?"

"Mommy, Lea takut, Lea lapel."

Agak kecil itu bermaksud buat ambil makanan, namun malah terjatuh dan tersungkur di lantai. Dalam keadaan lapar, dia malah mengalami insiden yang membuatnya kesakitan.

"Lea!"

Devina menangis dan memeluk tubuh mungil anak perempuannya. Dia mengusap darah yang mengalir segar keluar dari hidungnya.

"Maafin Mommy nak, maafin mommy. Mommy salah, tidak seharusnya mommy ninggalin kalian sendiri di rumah. Mommy nggak bisa jagain kalian dengan baik."

Tangis mereka pecah saling berangkulan di dapur. Seseorang memasuki rumah dan melihat dari pintu dapur tanpa sepengetahuan Devina.

"Anak kecil? Siapa mereka?"

Terpopuler

Comments

Yatinah

Yatinah

ikut mweekkk kak authoor sediih rasanya membayangkan jika hal itu terjadi sama anak kita sendiri

2024-04-28

1

Ika Dw

Ika Dw

😭😭, iya

2024-04-28

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 01. Kembali Bertemu
2 Bab 02. Jangan Kebaperan
3 Bab 03. Perempuan Murahan
4 Bab 04. Foto Penyebab Kehancuran
5 Bab 05. Kekuatan dari Si Kembar
6 Bab 06. Bayar Denda Lima Belas Juta Rupiah
7 Bab 07. Gagal Move on
8 Bab 08. Perang Dingin
9 Bab 09. Mommy Jangan Pergi
10 Bab 10. Enyahlah dari Sini
11 Bab 11. Peduli
12 Bab 12. Insiden di Dapur
13 Bab 13. Siapa Mereka?
14 Bab 14. Aku Nggak Mau dicuntik
15 Bab 15. Siapa Ayah Mereka?
16 Bab 16. Mereka itu Anakmu
17 Bab 17. Kita Rujuk
18 Bab 18. Tolong Bantu Aku
19 Bab 19. Ternyata hanya Rekayasa
20 Bab 20. Kalian Penjilat!
21 Bab 21. Atau Aku Akan Meneriakimu Seperti Maling
22 Bab 22. Pergi dari Rumahku!
23 Bab 23. Aku Mau Tinggal Sama Daddy
24 Bab 24. Mommy , Jangan Usir Daddy
25 Bab 25. Pikiran Masa Depan Anak-anak
26 Bab 26. Jangan Minta Aku Menjauh
27 Bab 27. Akhirnya Mengaku
28 Bab 28. Daddy Pembohong
29 Bab 29. Belum Puas Membuatku Menderita?
30 Bab 30. Dedek Jangan Pergi
31 Bab 31. Azalea Kritis
32 Bab 32. Pengorbananku Kau Abaikan
33 Bab 33. Langkahi Dulu Mayatku!
34 Bab 34. Aku Bukan Lagi Tanggung Jawabmu
35 Bab 35. Hentikan Omong Kosongmu
36 Bab 36. Selalu Salah Paham
37 Bab 37. Fasilitas yang Berbeda
38 Bab 38. Apa Kau Berpikir Aku Sudah Berubah?
39 Bab 39. Kalau Bukan Buat Aku, Lakukan Untuk Anak-anak
40 Bab 40. Mengalah Demi Anak
41 Bab 41. Dimuliakan Mantan Suami
42 Bab 42. Aku Pergi Karena Papa
43 Bab 43. Apa Serendah itu Diriku?
44 Bab 44. Jadi Mereka ini Cucu Kami?
45 Bab 45. Restu dari Orang tua
46 Bab 46. Tinggal Satu Atap
47 Bab 47. Akhirnya Rujuk
48 Bab 48. Lebih Buas Daripada Serigala
49 Bab 49. Kartu As Ada ditanganku
50 Bab 50. Atau Hidupmu Semakin Kacau
51 Bab 51. Curiga Tak Beralasan
52 Bab 52. Apa Kau yang Mengajarinya Kurang Ajar?
53 Bab 53. Pergilah Dari Ini dan Bawalah Anak-anakmu!
54 Bab 54. Pilihan Tersulit
55 Bab 55. Produk Unggul
56 Bab 56. Pertemuan yang Mengejutkan
57 Bab 57. Bernostalgia Mengingat Masa Lalu
58 Bab 58. Sama-sama Menjadi Korban Keegoisan Mertua
59 Bab 59. Orang Tua Serakah
60 Bab 60. Dibenci Anak Sendiri
61 Bab 61. Tak Ada yang Mau Mengalah
62 Bab 62. Tabur Tuai
63 Bab 63. Apa Benar Suamiku Berselingkuh?
64 Bab 64. Kekecewaan yang Mendalam
65 Bab 65. Ceraikan Aku
66 Bab 66. Hati yang Luka
67 Bab 67. Kujadikan Pengasuh Anak-anakku
68 Bab 68. Tumbal Pesugihan
69 Bab 69. Wanita Tua Penghuni Hutan
70 Bab 70. Nadia Maharani
71 Bab 71. Kedatangan Erna Pembuat Onar
72 Bab 72. Atau Aku yang Akan Memberinya Pelajaran
73 Bab 73. Pengakuan Nadia
74 Bab 74. Apa Aku Bukan Keturunannya?
75 Bab 75. Penjahat Kelas Kakap
76 Bab 76. Sang Pendosa
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Bab 01. Kembali Bertemu
2
Bab 02. Jangan Kebaperan
3
Bab 03. Perempuan Murahan
4
Bab 04. Foto Penyebab Kehancuran
5
Bab 05. Kekuatan dari Si Kembar
6
Bab 06. Bayar Denda Lima Belas Juta Rupiah
7
Bab 07. Gagal Move on
8
Bab 08. Perang Dingin
9
Bab 09. Mommy Jangan Pergi
10
Bab 10. Enyahlah dari Sini
11
Bab 11. Peduli
12
Bab 12. Insiden di Dapur
13
Bab 13. Siapa Mereka?
14
Bab 14. Aku Nggak Mau dicuntik
15
Bab 15. Siapa Ayah Mereka?
16
Bab 16. Mereka itu Anakmu
17
Bab 17. Kita Rujuk
18
Bab 18. Tolong Bantu Aku
19
Bab 19. Ternyata hanya Rekayasa
20
Bab 20. Kalian Penjilat!
21
Bab 21. Atau Aku Akan Meneriakimu Seperti Maling
22
Bab 22. Pergi dari Rumahku!
23
Bab 23. Aku Mau Tinggal Sama Daddy
24
Bab 24. Mommy , Jangan Usir Daddy
25
Bab 25. Pikiran Masa Depan Anak-anak
26
Bab 26. Jangan Minta Aku Menjauh
27
Bab 27. Akhirnya Mengaku
28
Bab 28. Daddy Pembohong
29
Bab 29. Belum Puas Membuatku Menderita?
30
Bab 30. Dedek Jangan Pergi
31
Bab 31. Azalea Kritis
32
Bab 32. Pengorbananku Kau Abaikan
33
Bab 33. Langkahi Dulu Mayatku!
34
Bab 34. Aku Bukan Lagi Tanggung Jawabmu
35
Bab 35. Hentikan Omong Kosongmu
36
Bab 36. Selalu Salah Paham
37
Bab 37. Fasilitas yang Berbeda
38
Bab 38. Apa Kau Berpikir Aku Sudah Berubah?
39
Bab 39. Kalau Bukan Buat Aku, Lakukan Untuk Anak-anak
40
Bab 40. Mengalah Demi Anak
41
Bab 41. Dimuliakan Mantan Suami
42
Bab 42. Aku Pergi Karena Papa
43
Bab 43. Apa Serendah itu Diriku?
44
Bab 44. Jadi Mereka ini Cucu Kami?
45
Bab 45. Restu dari Orang tua
46
Bab 46. Tinggal Satu Atap
47
Bab 47. Akhirnya Rujuk
48
Bab 48. Lebih Buas Daripada Serigala
49
Bab 49. Kartu As Ada ditanganku
50
Bab 50. Atau Hidupmu Semakin Kacau
51
Bab 51. Curiga Tak Beralasan
52
Bab 52. Apa Kau yang Mengajarinya Kurang Ajar?
53
Bab 53. Pergilah Dari Ini dan Bawalah Anak-anakmu!
54
Bab 54. Pilihan Tersulit
55
Bab 55. Produk Unggul
56
Bab 56. Pertemuan yang Mengejutkan
57
Bab 57. Bernostalgia Mengingat Masa Lalu
58
Bab 58. Sama-sama Menjadi Korban Keegoisan Mertua
59
Bab 59. Orang Tua Serakah
60
Bab 60. Dibenci Anak Sendiri
61
Bab 61. Tak Ada yang Mau Mengalah
62
Bab 62. Tabur Tuai
63
Bab 63. Apa Benar Suamiku Berselingkuh?
64
Bab 64. Kekecewaan yang Mendalam
65
Bab 65. Ceraikan Aku
66
Bab 66. Hati yang Luka
67
Bab 67. Kujadikan Pengasuh Anak-anakku
68
Bab 68. Tumbal Pesugihan
69
Bab 69. Wanita Tua Penghuni Hutan
70
Bab 70. Nadia Maharani
71
Bab 71. Kedatangan Erna Pembuat Onar
72
Bab 72. Atau Aku yang Akan Memberinya Pelajaran
73
Bab 73. Pengakuan Nadia
74
Bab 74. Apa Aku Bukan Keturunannya?
75
Bab 75. Penjahat Kelas Kakap
76
Bab 76. Sang Pendosa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!