Eps 20:Sosok Pria Yang Membangkitkan Semangat bertarung

Menindak lanjuti keputusan Dewi mereka, para pelayan yang memahami betul keinginan tersebut secara inisiatif tanpa menunggu perintah segera memberikan kondisi arena yang lebih pantas terlepas dari noda darah menggunakan sihir mereka.

Sembari hal itu di lakukan, kedua pihak tersebut saling memperhatikan di tengah arena pertandingan.

"Saya tidak menyangka anda akan menerimanya semudah itu, saya pikir anda akan menolak keras tawaran yang seolah meremehkan anda."

Keputusan Dewi Gabriel dalam menerima kehadiran Xiao secara lapang dada, cukup membuai keanehan.

"Sudah kubilang, itu tergantung mood yang kudapat. Awalnya aku tidak mengizinkan siapapun yang memiliki otoritas Dewa bisa berada di wilayahku, jika itu terjadi, aku tak akan segan melakukan gencatan senjata. Namun seiring kebosanan yang kulanda ... Membuatku menyerah dengan aturan membosankan itu. Terlebih melihat kepercayaan dirimu seolah menjanjikan pertarungan menarik."

Sejauh ini, sangat jarang melihat Dewi Gabriel yang di kenal dengan keganasannya terbuka oleh sesosok indvidual tak di kenalinya.

Seolah yang memenuhi pikirannya saat ini adalah rasa antisipasi yang tak boleh di gugat siapapun.

"Kalau begitu ... Aku tidak perlu lagi berpura-pura formal kan?."

Sunguh tidak di sangka, sebuah pernyataan pedas keluar dari mulut Xiao, ia dengan santainya mengatakan hal tersebut tanpa merubah ekspresi wajahnya.

"Huh?."

Dewi Gabriel spontan menegakan alis matanya sebagai wujud perasaan terkejut saat ia mendengar sesuatu yang sangat tak terduga. Pesan yang terdapat dari ucapan Xiao sama halnya seperti membuang rasa hormat.

"Bajingan, aku tertipu oleh wajah polosmu ya. Kau membuatku semakin tertarik ... Pria tampan. Perlihatkan padaku bukti keberanian dari ucapanmu itu."

Nada bicara Dewi Gabriel terdengar menjadi berat saat antusiasnya dalam sorot matanya terubah serius di tengah kalimat terakhirnya.

"Aku kurang menyukai rasa sakit, boleh aku mengusulkan agar orang yang menerima luka fatal atau di antara kita yang mendapatkan luka tidak setara ... Adalah hasilnya?."

"Apa-Apaan itu. Yah tergantung mood apa yang kudapat ketika waktu itu tiba. Walau kita sama-sama memiliki keabadian, masih ada kemungkinan besar aku akan membunuhmu."

Dewi Gabriel tidak memiliki alasan untuk menanggapi lebih lanjut keinginan egois Xiao, karena hal apapun yang berlawanan dengan prinsipnya hanya akan menghambat jalan pertandingan.

"Itu sudah cukup. Aku menghargainya."

Bahkan di saat mendekati waktu pertarungan, Xiao memberikan sikap yang cukup tenang dimana kedua tangannya ia masukan ke dalam saku celana.

"Hm, kau pria yang menarik sebaiknya segera tentukan posisimu."

Mereka dengan sergap berjalan mundur untuk memberikan jarak pertarungan.

Di samping itu sejalan Dewi Gabriel yang berjalan di tengah arena, secara ajaib darah yang masih menodai zirahnya hilang tanpa sebab seolah itu terjadi dengan sendirinya.

Namun pada momen tersebut juga Dewi Gabriel memberikan senyuman jahat yang tersirat di ekspresi.

"Mohon bimbingannya."

Tanpa menunda-menunda lagi, Xiao yang telah berada di tempatnya memberikan rasa hormat tanpa sedikit pun memperlihatkan ekspresi bahwa itu benar-benar di lakukan.

Bertepatan Dewi Gabriel yang masih berjalan, ada beberapa hal yang mengganjal perhatian Xiao. Dimana tanpa sebab Dewi Gabriel dengan sengaja memperlambat cara berjalannya.

"Hm?."

Sekilas kedipan mata, Xiao melihat Dewi Gabriel dalam kurung waktu beberapa detik, mulai mengubah posisi arah kakinya yang berbalik mengarah kepada Xiao secara mendadak. Padahal ia masih belum sampai ke tempatnya.

*Sring!*

"He?."

Sebuah penampakan kepalan tangan begitu besar spontan hadir menutupi pandangan Xiao tepat di depan matanya, nyatanya tanpa ia duga Dewi Gabriel mengambil kesempatan pada momen sebelumnya hanya untuk memberikan serangan kejutan dan memulai giliran pertama.

Ketentuan Dewi Gabriel yang ia langgar sendiri menjadi kedok yang sangat mengejutkan Xiao, hingga kedua matanya terbuka lebar.

"Gawat."

*Blarrr!!!*

Tak sempat menghindar dengan jangka waktu yang pendek, hantaman pukulan Dewi Gabriel tersebut berhasil mengenai kepala Xiao hingga menjadi buntung seketika.

Tekanan pukulan yang sangat kuat tersebut nyaris menciptakan ruang lingkup serangan yang jauh lebih besar lewat dorongan tekanan udara sekitar.

Kerusakan yang terjadi benar-benar memperburuk keadaan, dimana satu serangan pukulan menghancurkan area pintu masuk arena tanpa menyisakan reruntuhan apapun selain terbentuknya jalan itu sendiri.

Semua orang yang sedang menyaksikan di buat terdiam dalam tengah momen tersebut, saat memperhatikan Dewi Gabriel tak mempedulikan para penonton yang hampir menyangkut mereka.

"Pada akhirnya itu hanyalah omong kosong, kau tidak ada bedanya dengan Dewa yang mencoba menggobaliku."

Tidak ada darah yang bececeran di tempat Dewi Gabriel, saat semua ikut tersungkur dalam genggamannya. Kepalan tangan yang masih menetap ke arah depan musuh adalah bukti dari kemenangan.

"Oi oi ... Aku mulai membencimu Dewi busuk. Namun ini cukup menarik."

"Huh?."

Kebanggaan yang di rasakan Dewi Gabriel tak berlangsung lama saat matanya memprediksi datangnya serangan dari tubuh Xiao yang seharusnya telah tewas.

"(Tangannya bergerak?.)"

Gumam Dewi Gabriel dengan sorot mata terpusat mengarah ke tangan musuh, beberapa detik ke depan sebelum tangan itu terayunkan, keprediksiaan tersebut segera ia lakukan mengandalkan seluruh reflek tubuh untuk mengantisipasi serangan dan menghindarinya dalam waktu singkat.

*Swoshh!!*

"Jangan terlalu naif terhadap lawanmu."

"He?."

Mengetahui respon pergerakan dari tubuh yang telah di anggap mati bukanlah langkah awal pengelakan yang di berikan Xiao.

Mencontoh dan meniru gaya bertarung lawan adalah salah satu potensi mengerikan yang di miliki Xiao.

"(Di atas kepalaku kah. Terlebih dengan cara yang sama sepertiku, pria ini sungguh menarik rupanya.)"

Waktu terasa terhenti dalam pandangan Dewi Gabriel, seolah seluruh kemungkinan serangan dapat ia prediksi secara bersamaan dengan berjuta hasil.

"(Namun, ini masih belum cukup.)"

Gumamnya sambil mengangkat salah satu kaki kanannya. Lalu ketika kaki tersebut selurus ke depan ia ayunkan mengarah ke atas kepalanya sendiri sesaat sebelum pukulan Xiao hampir menyentuh sehelai rambut Dewi Gabriel.

Keadaan tersebut menghadirkan ketegangan yang perlu kewaspadaan terutama berlaku kepada Xiao ketika sejengkal jarak antara pukulan dan rambut hampir tersentuh.

"Lambat."

*Blarr!!*

Dengan tenangnya Dewi Gabriel menantikan pukulan Xiao mengenai sehelai rambut hanya untuk di saat-saat seperti ini, dimana ia dapat menghunuskan kakinya begitu cepat dengan ke akuratakan selaras mengenai pukulan tersebut.

Secara langsung membuat Xiao jauh tersungkur ke belakang Dewi Gabriel. Sulit mengetahui jatuh tempo waktu yang di hasilkan dari beban ayunan kaki tersebut.

Namun jelasnya, kondisi yang terjadi dalam kedipan mata memberikan dampak retakan di ujung arena, memperlihatkan lubang besar yang jika di amati kembali terpapar keberadaan Xiao di tengah kerusakan tersebut.

Tak perlu berpikir bahwa itu mengenainya ataupun tidak, karena sejatinya insting Dewi Gabriel jauh lebih memahami keadaan lawannya.

"Kupikir kau sedang berbohong soal dirimu yang mengaku setengah Dewa, perlu kuberi kejutan agar itu dapat terkuakan. Tubuh palsu yang ada di depanku ini ... Kau telah mengantisipasi dengan sihir ya."

Sembari berbicara Dewi Gabriel memutar balikan badan menoleh ke arah belakang tepat se arah jauhnya Xiao terpental berada.

Melihat musuh sedang memperhatikannya, menggerakan tubuh Xiao yang terpajang di tembok untuk segera bangkit.

"Santai saja Dewi ini bukan apa-apa jangan memberi kesan kecewa kepadaku, fisiku juga di atas manusia kau tak perlu lagi menahan diri untuk melawanku. Aku kemari hanya ingin sekedar belajar jadi aku membutuhkan keseriusan. Memang tidak ada peluang bila berurusan dengan mata mistis itu, ku akui. Bahkan aku sangat yakin tanpa mengandalkan mata itu pun peluangku tetap sama."

Xiao dengan santainya berbicara sambil merenggangkan otot-ototnya kembali.

"Jangan membuang waktuku dengan ocehanmu."

Dewi Gabriel memberikan tatapan sinis.

"Baiklah, ini akan segera selesai."

*Crinz!!*

"Ap-"

Perkataan Dewi Gabriel terputus bahkan ia tidak memiliki waktu untuk berkata-kata di saat Xiao secara mengejutkan hadir dengan kepalan tangan tepat di hadapan wajah Dewi Gabriel.

"(Bagaimana mungkin?! Pria ini juga dapat meniru kemampuan dari mataku? ... Sial, sepertinya aku lebih dari sekedar tertarik dengan pria ini.)"

Dalam gumamnya, Dewi Gabriel sangat di kejutkan oleh kemampuan tak masuk akal yang di miliki Xiao, ia merasa itu bukanlah berasal dari rapalan sihir, namun sesuatu yang terbilang memiliki cara kerja yang sama dengan mata Dewi Gabriel.

"(Tapi ... Kejutan yang sama tidak akan  berdampak apapun bagiku.)"

Walau di sudutkan oleh kondisi berbahaya, sempat-sempatnya Dewi Gabriel mengubah rasa terkejut tersebut menjadi gairah semangat yang tersorot di senyumannya.

Sebuah tindakan segera ia lakukan melalui mata yang telah terencana dengan segala kemungkinannya.

*Sring!!*

"Lambat."

Dengan mudahnya, Dewi Gabriel berpindah tempat memutar balikan situasi satu langkah lebih unggul menggantikan posisi lawannya ketika pukulan tersebut hampir menyentuhnya.

Kini keadaan mereka terbalik dengan kemunculan Dewi Gabriel yang hadir di belakang Xiao.

"Masih belum."

Perkataan Xiao yang seolah telah memprediksi hal ini akan terjadi spontan merubah gaya serangannya dengan melakukan tindakan yang sama, dimana ia berpindah tempat begitu cepat membelakangi Dewi Gabriel.

Kondisi waktu yang mereka hadapi sekarang terasa lambat, seakan menciptakan ruang-waktu di sekitar mereka yang hanya mampu mereka berdua rasakan.

Terlebih apa yang Xiao perlihatkan dalam momen tersebut adalah sebuah lancaran pukulan penuh energi sihir dengan persiapan yang matang yang kapanpun siap menghantam.

"(Sepertinya dia ingin membuatku menyerang juga. Sungguh, pertama kali ini aku menemui seorang pria dengan ketenangan dan konsentrasi luar biasa, mungkin aku sedikit menyukai pria ini. Baiklah akan kubalas dengan sedikit memberikan lumatan energi sihir.)"

Segera Dewi Gabriel membentuk kepalan tangan di iringi sedikit energi sihir, lalu mengubah arah gerak tubuhnya sejalan dengan lancaran pukulan yang memiliki arah serupa dari datangnya serangan Xiao.

Mereka tidak dapat lagi menghentikan keputusan yang di lakukan saat ini, sedikit perbedaan waktu dapat mempengaruhi segalanya, kini yang menjadi penentuan hasil duel tersebut adalah siapa dari mereka yang mampu bertahan di akhir.

*Crinz!*

*DOOOOOOMMMMM...!!*

Setitik cahaya di asumsikan sebagai mana pukulan mereka saling terbentrokan, karena tidak ada dari mereka para penonton yang sanggup mengetahui jelas kapan serangan kedua bela pihak tersebut saling mengenai, selain terciptanya ledakan berkekuatan tinggi dalam satu waktu.

Tidak ada jalan kabur bagi mereka berdua di kala ledakan mencangkup hampir seluruh ruang di dalam arena, bahkan membuat beberapa pelayan sebelumnya turun tangan bertindak melindungi sebagian pengikut Dewi mereka.

Peristiwa yang berlangsung beberapa menit tersebut seolah menjadi suatu kontaminasi yang tak dapat di pungkiri oleh orang-orang.

"Dewi ... Anda sudah berlebihan."

Salah seorang pelayan yang sedang melindungi orang-orang yang tidak ada kaitannya merasa sangat jengkal melihat Dewi mereka bertindak melampaui batas dan keluar dari konteks pertandingan sebenarnya.

"Anak itu .... Sudah tidak tertolong."

Ucap seorang nenek-nenek yang sebelumnya menemui Dewi Gabriel.

Lalu ketika bencana tersebut telah menyusut, mereka para penonton mulai melihat suatu objek aneh saling terpental menjauh dari titik ledakan berasal.

Seperti tertutupi segumpal asap yang perlahan memperlihatkan keberadaan seseorang. Yang tidak lain adalah Dewi Gabriel dan Xiao. Mereka berdua sama-sama berdiri tegak tanpa terlihat menerima luka sedikit pun.

Mereka bertemu kembali berhadapan dalam radius beberapa meter dengan pandangan yang berbeda, Dewi Gabriel yang seakan menikmati pertarungan tersebut berlawanan dengan ketenangan Xiao yang tertunjuk di wajahnya.

"Begitu ya. Aku telah belajar sesuatu berkat memahami perasaan yang kau salurkan di setiap tinjumu Dewi Gabriel. Ya, ini sudah cukup bagiku untuk mengetahui segalanya tentang dirimu."

Di waktu mereka berdua saling memandang terdengar suara percikan darah mengalir deras, tanpa di sadari oleh orang-orang bahwa itu berasal dari kedua tangan Xiao yang tanpa sebab tepotong dan tergeletak di tanah.

"Usaha yang bagus. Namun sayangnya-"

*Clap*

Ketika Dewi Gabriel mulai bergantian berbicara, secara mendadak ia menghentikan perkataannya sendiri, saat menyadari sebuah goresan di wajahnya.

"Darah? Bajingan. Ini pertama kalinya seseorang sepertimu berhasil menyentuhku, sungguh tidak bisa di terima. Namun ... Entah kenapa perasaan yang kurasakan saat ini sangat berbeda, seolah jatungku berdetak kencang hanya sekedar melihat kondisimu, ini juga pertama kalinya."

Dewi Gabriel dengan rasa kebingungan akan perasaannya sendiri, sesaat sedikit menunjukan perasaan lemah lembut dalam ucapannya tersebut.

"Huh?."

Di tengah kondisi Xiao yang masih meregenerasi tangannya, sesuatu tiba-tiba mengubah sorot matanya menjadi terbuka lebar.

"He?."

Hal yang sama juga di rasakan Dewi Gabriel dimana ia langsung memperkuat instingnya untuk kewaspadaan, seolah ia merasakan kehadiran dari sesuatu yang kuat.

Lalu, suatu objek aneh seperti bayangan hitam secara tidak lazim muncul dari arah bawah kaki Dewi Gabriel yang langsung menerkamnya dan melahap sangat cepat dari ujung kaki hingga dada.

"(Apa ini? ... Dari mana datangnya?. Mustahil, padahal aku dapat merasakannya namun kenapa aku tidak menyadari keberadaannya!?. Bahkan ... Mataku?.)"

Gumam Dewi Gabriel dengan wajah berkeringat, saat menyadari bayangan tersebut memaksanya menarik ke bawah terlihat ingin mengirimkan Dewi Gabriel ke suatu tempat.

"Oi .. Oi .. Serius? Firasat buruk apa ini? Sangat begitu kental dengan iblis."

Xiao tidak dapat bergerak, ketika ketakutan tanpa alasan menyelebungi hatinya.

"Ba ... Jingan."

Hanya butuh beberapa detik bayangan tersebut telah meraih wajah Dewi Gabriel dan secara langsung memaksanya turun ke bawah lalu menghilang dalam sekejap.

"Ini bohong kan? ..."

"Tidak mungkin ... Dewi di paksa pergi?."

"Dewiku ... tidak, mustahil. Apa itu tadi? ... Dewi!!!"

Semua orang di gemparkan atas peristiwa aneh yang penuh ketidak jelasan tersebut, mereka-mereka mulai panik dan khawatir ketika melihat Dewi mereka meninggalkan singgasananya.

"Tekanan apa itu tadi? ... Itu benar-benar. Luar biasa."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!