Eps 7:Pion Permainan Dan Kegilaan

Di sebuah bukit dengan rerumputan hijau jauh dari istana...

[CASTLE VOID]

Tercipta sebuah portal di hadapan Izaya hingga sesosok wanita tanpa busana muncul dalam portal tersebut, namun saat beberapa langkah menghampiri Izaya secara tiba-tiba ia kehilangan keseimbangan berjalan dan pada akhirnya tergeletak di atas rerumputan.

"Begitu ya, sudah kuduga tempat itu terlalu berlebihan untuk manusia sepertimu... Arkilah. Aku hampir saja tidak mengenali sosokmu yang kembali dengan keadaan kacau. Tapi di sisi lain kau akan menerima karuniaku, ahh kasian sekali kau benar-benar dalam keadaan hancur matamu seolah menunjukan kematian, aku jadi tidak bisa mengobrol denganmu dengan keadaan seperti ini."

Setelahnya Izaya mengulurkan tangannya ke arah Arkilah yang tergeletak mengenaskan.

"Aku akan membuatmu hidup kembali dari garis waktu yang lain agar tubuhmu tetap sama, dan sepenuhnya ingatanmu tidak akan ku hapus agar kau masih mengingat hal menyakitkan dalam hidupmu."

[REINCARNATION]

Sebuah rapalan sihir di ucapkan hingga secara langsung merubah tubuh Arkilah yang rapuh menjadi tampak lebih mudah dan sehat kembali.

Hasilnya ia mendapatkan kembali kesadarannya serta berbagai kesehatan secara mental dan moral seolah ia baru saja di lahirkan setelah mengalami banyak tekanan.

"Aku.. He? Apa yang terjadi."

Arkilah merasa bingung dengan apa yang saat ini terjadi pada dirinya, terutama saat ia sadar bahwa tubuhnya masih dalam keadaan telanjang.

"Respon yang bagus, tutupilah tubuhmu atau aku akan menyerangmu."

Izaya memutuskan untuk memberikannya pakaian kepada Arkilah yang masih belum cukup untuk berdiri dengan kebingungannya saat ini.

"Terima kasih tuan-Eh?.. K-Kau... Tidak, tidak, tidak, kumohon... Kumohon jangan kirimkan aku kembali ke tempat itu!! Apapun itu kumohon..."

"Huh?"

Secara mengejutkan Izaya tidak mengira setelah kembalinya kesadaran yang di milikinya, ketakutan atas kejadian yang di alami sebelumnya masih menghantui mentalnya.

"Di dalam sana... Di dalam sana... Benar-benar menghancurkan mentalku, tidak, bahkan hal tersebut merusak moralku. Tolong apapun yang terjadi... Jangan kirim saya kembali ke tempat mengerikan itu."

Arkilah benar-benar sangat memohon kepada Izaya, ia bahkan tidak segan-segan untuk memeluk kakinya meminta belas kasihan.

Namun di samping itu, izaya yang mendengar keluhannya justru memperlihatkan senyuman kepercayaan dirinya.

"Ah begitu ya, ini juga salahku karena tidak menyangka kau sampai trauma seperti ini. Kalau boleh tau apa yang kau saksikan di dalam sana?"

Sembari bicara Izaya juga menundukan dirinya untuk mendekati Arkilah lebih dekat setelah itu menyentuh wajahnya sambil mengelus-elus dan menunjukan rasa mengkasiani.

"Tangan... Ya ribuan tangan menggerogoti tubuhku, aku... Aku tidak mampu melawannya itu seperti berjalan selamanya, dan..."

Arkilah tidak dapat lagi menahan kesediahannya yang pada akhirnya ia luapkan.

"Itu sudah cukup, kau tidak perlu melanjutkannya lagi, jangan sampai hal itu mempengaruhi mentalmu lagi ya?"

Wajah penuh kasih sayang Izaya tunjukan dengan tindakan membersihkan air mata yang terus mengalir di wajah Arkilah.

"I... Iya."

Walau begitu perilaku yang Izaya tunjukan membuat Arkilah sedikit tersipu.

"Seperti itu kah yang kau bayangkan. Apa yang kau alami itu memang nyata, tapi sebenarnya dalam portal tersebut tidak ada apa-apa. Hanya saja.. Itu akan menjadi berbahaya bagi siapa saja yang memiliki mental dan batin yang lemah, karena tempat itu mendeskripsikan hal tersebut sebagai kenyataan. Jika kau mendapatkan pengalaman mengerikan seperti itu artinya sejak awal kau memang sudah kacau dan membuatmu berpikir akan kekacauan tersebut sehingga ruang itu akan merangkaikannya dan menciptakannya menjadi kenyataan. Andai saja Riris tidak memberitahuku soal rinci penggunaan sihir mungkin hal seperti ini tidak akan terpikirkan olehku. Yah intinya... Ini memang salahku karena tidak bisa menahan kekuatanku untuk menciptakan yang lebih baik."

Saat Izaya perlahan semakin menunjukan kasih sayangnya, Arkilah dengan tegas sekaligus spontan menghalau tindakannya.

*Plak*

Hal tersebut di tunjukan oleh tangan Izaya yang di hempaskannya begitu saja.

"Perkataanmu tidak akan membuatku senang, diriku sudah hancur kau buat. Aku tidak akan pernah memaafkanmu."

Meskipun Arkilah menunjukan rasa ke-kesalannya, kenyataanya ia tidak mampu melawan balik Izaya.

"Oh?.. Wajar sih bila kau sekesal ini, lagi pula aku tidak sepenuhnya menginginkan permohonan maaf. Perlu kau ketahui... Aku membuatmu kembali bukan tanpa tujuan dan alasan, seorang villain tidak akan sebaik itu dalam cerita tanpa di iringi maksud tertentu."

"Kali ini... Apa maumu!?"

Sekali lagi Izaya menegakan dirinya dan melihat Arkilah yang masih ketakutan dengan posisinya sekarang.

"Pakailah pakaianmu terlebih dahulu, dan menghadaplah kepadaku, agar aku tidak memandangmu seperti sampah di mataku. Karena pembicaraan kali ini... berada di luar dugaan permainanku."

Senyuman yang Izaya tunjukan untuk Arkilah seolah membawakan ke suasana yang mencengkam.

"....... Baiklah, lagi pula yang memulainya adalah kau. Aku tidak akan pernah... Memaafkanmu."

Segeranya Arkilah berdiri memakai pakaian yang di berikan oleh Izaya sebelumnya.

"Oh? Nasibmu benar-benar sial, ini kenyataan tidak ada yang namanya kebetulan kau tau? Nah dari pada kamu terus mengoceh dengan keluhanmu... Lebih baik dengarkan... Pria yang ada di hadapanmu ini mengungkapkan perasaan senangnya."

Dan setelahnya Arkilah telah memakai pakaian tersebut dan tampil lebih sehat dari keadaan yang di alaminya.

Lalu sesuai perkataan Izaya, ia perlahan berjalan menghadap langsung walau keraguan serta ketakutan masih ia rasakan.

"Sebelum itu... Boleh aku meminta satu syarat? Kau telah menghancurkan hidupku sepantasnya aku juga memiliki kehendaku sendiri."

Tampak wajah yang penuh air keringat bercurcuran ketika mengatakan perkataan dari lubuk hati yang terdengar memaksakan keberaniannya.

"Hm? Sepertinya kau masih memiliki sedikit keberanian. Baiklah, karena kau bekerja dengan baik sebagai pionku maka tidak ada salahnya juga aku menerima permintaanmu. Oh ya, lagi pula peranmu masih belum berakhir."

"A-Apa katamu? Kau... Masih berkeinginan menggunakanku? Dasar iblis!."

Rasa kesal masih menggumpal dalam hatinya tidak peduli bagaimana cara Izaya memperlakukannya, karena pada akhirnya akan menjatuhkan harga diri Arkilah.

"Santai saja... Aku tidak akan merusak tubuhmu. Aku juga bersusah payah membuatmu kembali pulih hanya karena kau adalah pion untuk permainanku, jadi.. Syarat apa yang kau minta?"

Ketika Izaya memberikannya kesempatan untuk mengutarakan keinginannya... Suatu tindakan aneh di tunjukan oleh Arkilah. Dimana tanpa sebuah alasan ia mengigit bibirnya sendiri di sertai reaksi gemetar seolah sedang menahan sesuatu.

"Aku... Tolong... Jangan permainankan harga diriku lebih dari ini. Setelah semua ini berakhir aku ingin kau membunuhku. Aku hanyalah manusia biasa tapi kenapa... Kenapa diriku di takdirkan menyedih seperti ini. Padahal aku tidak pernah melakukan dosa besar sebelum semua ini di mulai."

Dan sekali lagi Arkilah merasa hidupnya telah hancur ketika mengutarakan apa yang saat ini ia deritai.

"Apa kau yakin dengan pilihanmu?"

Untuk pertama kalinya Izaya memandang Arkilah dengan tatapan serius.

"Iya, aku sudah muak, aku menginginkan mati secara damai. Lagi pula sudah tidak ada hal lagi yang bisa kupertahankan, melihat anaku sendiri menentang Dewinya itu sungguh sangat membuatku kecewa atas pilihannya."

Sebaliknya Arkilah membalasnya dengan senyuman tipis namun juga palsu.

"Aku menyukai pilihanmu. Tapi bagaimana pun juga ini seakan seperti aku benar-benar sengaja memilihmu. Aku tidak ingin membuang waktu hanya untuk mendengar keluhanmu, takdir tetaplah takdir jika memang ada sebuah kebetulan mungkin bisa kau anggap sebagai ungkapan yang sama dengan takdir. Dalam pandanganku kata "Kebetulan" tidak ada bedanya dengan takdir. Jadi tolong jangan kau sesali ya?"

"Eh?"

Secara mengejutkan Izaya tiba-tiba memeluk Arkilah dengan begitu erat dan tulus, hal tersebut jelas membuat siapa saja akan luluh khususnya Arkilah yang tidak tau lagi bagaimana menyikapi dirinya sendiri.

"Kau tidak akan kubiarkan mati, bagaimana pun juga aku harus memberikanmu hadiah atas peranmu. Yaitu sebuah berkah yang akan menghilangkan sosok kemanusiaanmu menjadi revolusi yang baru. Tentu setelah kau mendengar hal yang ingin kusampaikan sebelumnya."

Di balik rasa sayang yang Izaya tunjukan terhadap Arkilah, sebuah senyuman penuh kepercayaan diri menyelubungi momen tersebut.

"Iya.. Dengan senang aku mendengarnya."

Tanggapan tersebut membuat Izaya menyadari sesuatu bahwa, keputusasaan telah menjadikannya sosok yang kehilangan moralitas, sehingga dapat di simpulkan kepribadiannya saat ini hanyalah ketidak warasan, hal tersebut terlihat di matanya yang sama sekali tidak menunjukan adanya harapan untuk hidup.

"Kalau begitu, aku akan memberitahumu dengan posisi seperti ini, agar aku tidak jauh-jauh dari telingamu. Ku persingkat saja karena sebentar lagi menjelang pagi dan peranmu berikutnya akan di mulai."

"Baik, tolong lebih dekatkan wajahmu."

Ketidak warasan membuatnya pasrah dari berbagai keadaan yang di alaminya saat ini. Dan sejujurnya membuat Izaya merasa jauh lebih mudah menangani situasi yang ia ciptakan.

"Anakmu... Kalau tidak salah namanya Romeo. Ya, kali ini pernyataanya benar-benar membuatku tidak terduga, sesaat sebelum aku pergi dia mengatakan hal mengejutkan tentangmu. Bahwa sepenuhnya ia menginginkan ibunya berada di tanganku, dengan alasan dia tidak ingin melihat anaknya yang sekarang menjadi pendosa. Jika kau tidak percaya aku bisa menunjukan percakapan kami lewat sihirku."

"Tidak perlu, dia bukan anaku lagi, sekarang aku bukanlah siapa-siapa."

Mendengar jawaban Arkilah yang tidak menunjukan pertentangan dan respon yang kurang bertenaga. Secara tidak langsung hal tersebut membawakan perasaan bahagia bagi Izaya.

"Yah berkat keputusan anakmu lah aku memiliki rencana lain yang akan membuat suasana sedikit dramatis. Lalu saat itu tiba aku ingin kau memerankan peranmu, anakmu berumur 9 tahun bukan? Aku benar-benar menyukai tekadnya, kau seharusnya bersyukur memiliki buah hati yang kuat sepertinya... Benarkan Arkilah?"

Ketika Izaya memberikannya sebuah pertanyaan tidak ada reaksi maupun respon yang di tunjukan Arkilah, karena pada akhirnya kesadaran dirinya telah tergantikan oleh keinginan untuk mati.

"Tubuhmu terasa dingin, apa sekarang kau berada di ambang kematian? Ah aku tidak bisa membiarkan hal itu terjadi. Karena kau adalah pion berhargaku."

Di waktu yang sama ketika Izaya semakin memeluk erat Arkilah, sebuah lingkaran sihir terbentuk di bawah mereka.

[RE:REINCARNATION]

Sihir di ucapkan oleh Izaya, hingga suatu perubahan terlihat dalam diri Arkilah yang dimana ia bersinar terang di tengah gelapnya malam. Tak membutuhkan waktu lebih setelahnya ia tersadari dengan penampilan yang berbeda.

Di samping itu Izaya yang menyaksikan perubahan tersebut, justru membuat jantungnya berdebar-debar seolah membayangkan hal yang di inginkan melebihi ekspetasinya sendiri.

"Ahh.. Sekarang kau tampak lebih indah Arkilah. Aku berjanji akan membuatmu menjadi pion terkuat pertamaku, sekali lagi aku berterima kasih kepadamu serta anakmu karena berkatnya, aku memiliki ide yang cukup menyenangkan yang juga alasan aku memanggilmu. Dan satu hal lagi.. Aku tidak menghapus ingatanmu tentang semua yang terjadi, aku hanya menghilangkan sosok kemanusiaanmu sehingga... Kau tidak akan lagi terpengaruh oleh emosionalmu sendiri. Aku yakin... Sekarang kau pasti sangat bahagia, benar begitu?"

Dengan senyuman selayaknya iblis Izaya merasakan berbagai perasaan mengalir dalam hatinya, hingga berdampak pada jiwanya yang semakin memperagakan perilaku iblis.

Lalu ketika Izaya sedikit menjauh dari keberadan Arkilah, sepenuhnya ia memperlihatkan sosok barunya yang menggambarkan entitas seorang malaikat.

Hal tersebut semakin memper-erat saat Izaya melihat dua kepakan sayap berwarna putih berada di pinggangnya serta tubuh yang hanya tertutupi oleh selendang putih di setiap bagian area wanita.

"Oh tidak-tidak, kulit putih, rambut putih nan panjang, Serta mata yang putih. Itu tidak cocok untukmu yang berekspresi datar, maka dari itu ambilah pemberianku berikutnya."

Izaya mengulurkan tangannya ke arah Arkilah yang berdiri di hadapannya, tak membutuhkan waktu lama sebuah helmet tercipta dalam genggaman izaya.

"Ambilah... Aku ingin kau tampil elegan dan juga sebisa mungkin membuatmu benar-benar tampak berwibawa karena sosokmu yang di luar nalar."

Tidak ada suatu respon ucapan yang terdengar dari Arkilah saat Izaya berniat memberikan pemberian tersebut. Namun beberapa saat kemudian sebuah tindakan di tunjukan olehnya, mulai dari tangan yang perlahan meraih lalu pada akhirnya  mengambil apa yang Izaya tawarkan.

"Bagus, setidaknya matamu tertutupi dan hanya menyisakan mulutmu, helmet itu di desain untuk seorang ksatria yang kupikir cocok dengan kepribadianmu. Kau seperti seorang Valkyrie, tidak, kau memang seorang Valkyrie dimataku, jadi aku akan memberikanmu julukan... Arkilah sang Valkyrie."

Izaya sangat merasa antusias hanya dengan melihat penampilan baru Arkilah.

"Yah baiklah, waktumu sudah-"

*Sring..!*

Terdengar ayunan senjata mengiris sesuatu.

"Huh?"

Secara mengejutkan Izaya menyadari telah menerima luka saat ia melihat sebuah tombak menusuk di bagian uluh hatinya, terlebih lagi hal tersebut semakin membuatnya terkejut ketika melihat senjata tersebut yang berasal dari tangan Arkilah.

*Muntahdarah* "Begitu ya, yah wajar saja sih karena sepenuhnya aku tidak membuatmu sama seperti Riris yang terikat sepenuhnya denganku. Artinya kau masih memiliki sedikit kehendakmu sendiri. Kesimpulannya... Tindakan seperti ini tidak akan pernah bisa mempengaruhiku, wahai Valkyrie kecilku."

Meski Izaya dalam keadaan menerima luka fatal, bukan berarti setelahnya ia akan menunjukan kenaifannya. Hal tersebut ia tunjukan kepada senjata yang masih menancap di tubuhnya.

*Blarrr..!!*

Izaya memaksakan tangannya sendiri untuk menghancurkan senjata tersebut, dan spontan membuat Arkilah yang menyaksikannya merasa sangat terkejut hingga membuat langkahan untuk sedikit mundur dari hadapan Izaya.

"Ya ampun, kuharap tindakanmu sebelumnya adalah balasan atas perilaku yang kulakukan kepadamu selama ini. Sekarang..."

[REGENERATION]

Kurang dari satu detik luka yang di terima Izaya kembali pulih.

Setelahnya, Izaya cukup heran melihat Arkilah yang perlahan mencoba untuk menjauh dari keberadaan lawan bicaranya.

"Apa? Kau merasa takut? Setelah aku membuatmu menjadi entitas yang tidak terikat oleh kemanusiaan?"

Melihat Arkilah yang tidak menunjukan respon secara lisan, membuat Izaya berpikir akan satu hal yang memungkinkan Arkilah masih memiliki rasa takut.

"Ah begitu ya, jadi.. Sebagian kecil dari kehendakmu sendiri adalah rasa takut terhadapku... Apakah benar?"

Perkataan Izaya yang terdengar tidak menunjukan adanya emosi membuat Arkilah menghentikan langkahannya sendiri yang berusaha menjauhi Izaya.

"Dan percobaan tadi... Aku yakin kau ingin mencari perasaan yang mengganggu pikiranmu. Itu hal yang sepantasnya untuk seseorang yang telah kehilangan kehendaknya sendiri dan hanya menyisakan perasaan tersebut. Santai saja.. Aku tidak akan membalas perlakuanmu sebelumnya, namun aku akan menyayangimu selayaknya mainanku sendiri."

Izaya memberikan uluran tangan kepada Arkilah dengan raut wajah penuh kasih sayang yang tampak mencintainya. Dan hal tersebut memberikan keberanian bagi Arkilah.

Tanpa keraguan lagi, Arkilah menerima uluran tangan tersebut walau sejujurnya rasa takutnya hanya ada pada Izaya. Dan Izaya sendiri menyadari akan hal itu sebagai kehendak yang membuatnya sadar bahwa ia terikat dengan satu keberadaan.

"Bagus... Aku akan membuatmu bahagia di kehidupan barumu ini.. Valkyrie kecilku."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!