Eps 8:Keanggunan dari sosok Dewi

Hari menjelang pagi dan akhirnya acara yang di tunggu-tunggu oleh seluruh rakyat kerajaan telah tiba.

Di tengah kerajaan saat ini semua orang sibuk berbondong-bondong meramaikan acara tersebut, di mulai dari berbagai properti yang di pajang di berbagai tempat agar terlihat tampak lebih berwarna, hingga berbagai persembahan seni yang menyerupai dewi mereka sebagai penghormatan.

Tak sampai di situ, sejalan dengan arah menuju kerajaan semua rakyat menyambut kedatangan dewi mereka dengan metode khusus, yaitu dengan menawarkan karpet indah di jalan searah datangnya dewi mereka nanti.

Di samping itu dalam singgasana kerajaan saat ini...

"Berikan hormat pada Dewi kita!!"

"Baik..!!"

Serentak mereka semua berlutut menunjukan rasa hormat mereka kepada Dewi Gabriel yang sedang duduk di singgasananya.

"Aku memberkati kalian, Zelth, Belt, Argan, Monk, Garganta, Lance, Agnus. Kalian semua adalah pria-priaku yang aku cintai sebagai pelayanku, dan satu-satunya orang yang menerima karuniaku sepenuhnya. Ramaikanlah acara ini sebagaimana kalian bahagia atas nikmat yang telah kuberikan."

Meski hanya sekedar ucapan, lantunan suara Dewi Gabriel seolah membawakan perasaan damai bagi siapa saja yang mendengarkannya, termasuk mereka para pelayan.

Dalam keadaan ini Dewi Gabriel menampilkan dirinya dimana ia memakai pakaian formal seperti penguasa kerajaan pada umumnya, ia juga memiliki elokan tubuh yang ideal dengan rambut hitam yang panjang serta memiliki bola mata cantik nan indah, itu seolah telah menjadi ciri khasnya sendiri dengan tinggi badan 210cm.

"Dengan senang hati... Yang mulia, kami juga akan mengikuti anda selama acara berlangsung."

Salah satu dari tujuh pelayan Dewi Gabriel mewakili suara mereka.

"Terima kasih Zelth, dan yang lain kalian segeralah bertugas mengawasi wilayah kerajaan, kecuali kau Zelth."

"Baik!!"

Mereka serentak menerima perintah tersebut, segeranya mereka menegakan diri lalu pergi meninggalkan singgasana dan hanya menyisakan mereka berdua.

"Apakah ada hal yang ingin anda bicarakan?.. Dewiku."

Sekali lagi Zelth memberikan rasa hormat dengan berlutut di hadapan Dewi Gabriel.

"Sebelum itu... Kau tau bukan bahwa wajahku yang saat ini hanyalah tipuan."

"Tentu, saya adalah orang yang paling anda percayai bahkan alasan anda tidak memunjukannya."

Mendengar jawaban Zelth yang tegas membuat Dewi Gabriel merasa legah.

"Ya, jika aku menunjukan wajah asliku akan ada banyak orang yang menganggapku lebih dari sekedar Dewi mereka, karena sosoku yang melambangkan kesucian. Aku tidak ingin hal seperti itu terjadi, tapi setelah kupikir kembali mungkin dalam acara ini aku akan mengungkapkannya, anggap saja ini adalah hadiah untuk mereka. Lagi pula selama ini aku juga tertutup dengan rakyatku, dan yang mereka temui maupun ketahui hanyalah sosok bayanganku."

"Jika itu keinginan anda, sejujurnya saya juga turut bahagia melihat sosok anda yang sebenarnya. Tapi bila boleh saya sarankan... Lebih baik anda tetap menjaga kharismatik anda Dewiku, karena pada umumnya seorang Dewi harus menutup diri dengan pengikutnya karena mereka harus menjaga status yang di milikinya."

"Begitu ya, kau memang penasehat terbaikku. Akan kuterima saranmu namun... Entah kenapa, aku memiliki firasat aneh yang susah kumengerti dan ini jarang sekali kurasakan. Mungkin itu yang membuatku berpikir untuk segera menampakan jati diriku sebelum sesuatu yang buruk menimpa kerajaan ini. Kalian para pelayanku adalah ciptaanku, dan aku senang kalian menganggapku sebagai Tuhan, namun tidak dengan mereka manusia-manusia di luar sana. Sosok yang akan aku tunjukan adalah diriku puluhan ribu tahun yang lalu, artinya mereka yang menyaksikannya akan melihat sosok Dewi di masa lalu, ya saat kejayaanku masih berlangsung lama."

Dewi Gabriel sedikit menunjukan senyuman bahagia atas apa yang telah ia ucapkan.

"Anda memang memiliki hati yang bersih, kepedulian anda terhadap manusia serta otoritas yang tidak menyimpang dari status anda, memang sangat dominan dengan diri anda yang memanifestasikan sosok Dewa yang sesungguhnya. Sebelumnya saya hanya mencoba membantu anda dengan memberikan saran, sisanya tentu ada di tangan anda."

"Kalau begitu aku-"

Perkataan Dewi Gabriel secara mendadak terhentikan oleh suatu tindakan, dimana tanpa sebuah alasan ia menutup mulutnya sendiri dengan tangannya, dan sejujurnya Zelth sedikit di bingungkan dengan hal tersebut.

"A-Apa yang terjadi... Dewiku."

Melihat Dewi Gabriel yang menunjukan keraguan atas perilakunya sendiri membuat Zelth mulai merasakan kekhawatiran.

Lalu ketika Dewi Gabriel melepaskan kehendak dari tangannya sendiri untuk beberapa alasan ia merasa terkejut.

"Ini... Da-Darah?.. Aku muntah darah?"

Melihat tangan yang berlumuran darah tanpa adanya sebab sewajarnya hal tersebut membuat siapa saja akan merasa ketakutan.

"Apa yang terjadi? Anda..."

Dengan wajah ragu Zelth perlahan menghampiri Dewi Gabriel yang masih tidak mempercayai keadaannya sendiri.

"Tetaplah di tempatmu."

Mendengar perintah tersebut atas keinginannya sendiri membuat Zelth terpaksa harus kembali ke tempatnya, karena ia sendiri tidak dapat menentang otoritas Dewi Gabriel.

"Zelth... Apa kau tau artinya ini?"

Keadaan yang awalnya membuat keraguan kini berbalik menjadi ketidak percayaan sehingga merubah pandangan mata menjadi lebih dingin, hal tersebut semakin memperkuat ketika melihat lumuran darah dari tangannya sendiri.

"Saya mengerti. Namun saya tidak menyangka orang bodoh mana yang mengkhianati Dewinya sendiri."

"Firasatku ternyata benar, aku tau akan ada yang berkhianat hari ini. Namun keadaan semacam ini sangat-sangat jarang terjadi kepadaku, mereka yang menikmati perdamaian yang telah kuciptakan akan berpikir bahwa mereka telah berada di naungan Tuhan dan selamanya akan membekas di hati mereka. Tapi... Ketika melihat mereka masih belum merasakan kepuasaan dengan dunia ini dan memilih untuk mengkhianatiku... Itu sungguh membuatku sedih. Sedikit tidaknya mereka meninggalkanku, pilihan mereka akan mempengaruhi hidupku."

Terlihat Dewi Gabriel mengkerutkan alisnya dengan membawa perasaan kecewa dan sedih.

"Tapi... Dari yang saya ketahui, mengkhianati kepercayaan anda tidak akan semudah mensucikan diri. Butuh usaha keras untuk bisa meninggalkan anda."

"Tidak, kau salah Zelth, aku memutuskan untuk tidak sejajar dengan Tuhan. Aku hanya ingin melihat dunia ini sedikit lebih lama dengan adanya mereka, tapi soal mereka yang mampu menentangku...  Memang sedikit sulit karena faktanya mereka telah memeluk kedamaian abadi. Jadi satu-satunya cara rakyatku bisa pergi dari genggamanku adalah... Melupakan perasaan tersebut."

"Jadi... Ini sama halnya dengan hipnotis atau manipulasi?"

Zelth mencoba mencernah setiap perkataan dari Dewi Gabriel.

"Secara ilmiah mungkin benar, namun kenyataannya aku telah membuat mereka memiliki perasaan khusus yang selalu membulatkan hati mereka untuk tidak meninggalkan zona nyaman, berbagai orang ikut campur dalam surga ini yang pada akhirnya akan jatuh di genggamanku karena mereka-mereka telah mengijak tanah suciku, artinya... Secara tidak langsung orang-orang tersebut telah mencicipi duniaku dan membuat mereka merubah tujuan mereka untuk menjadi salah satu pengikutku. Di saat itulah perasaan khusus tersebut akan timbul dan membuat mereka berpikir untuk tidak keluar dari surgaku."

"Begitu ya, jadi itu yang anda maksud dengan keterikatan hati mereka."

"Yah, apa lagi aku masih memiliki kalian... Para pelayanku ah-mungkin lebih tepatnya anaku sendiri. Namun tetap saja... Ini terdengar ironis dan naif bila di kaitkan dengan pendirianku untuk tidak menyerupai sosok Tuhan. Kau tau bukan? Keberadaan Dewa membutuhkan rakyat seperti mereka untuk bertahan hidup, jadi.. Mungkin kau tidak akan mempercayainya bahwa sejujurnya sedikit dari sihirku juga ikut campur dalam kekuasaanku."

"Jika itu yang terbaik untuk anda, maka apapun itu saya akan selalu menerimanya."

Zelth menunjukan rasa bahagianya dengan apa yang baru saja ia ucapkan, meski pada dasarnya ia sendiri tidak ingin melihat Dewi Gabriel menjadi goyah dengan keyakinannya sendiri.

Namun, itu tidak akan merubah perasaan yang saat ini Dewi Gabriel rasakan, ketika mengetahui salah satu pengikut setianya telah meninggalkan tuannya.

"Yah, biarkan saja salah satu pengikut setiaku pergi, lagi pula aku juga bukanlah Tuhan atau keberadaan yang lebih tinggi yang bisa menghukum setiap makhluk hidup."

"Heh."

Dan di saat yang sama ketika Zelth memperhatikan setiap perkataan dari Dewi Gabriel yang sedikit tidak bertenaga, ia telah menyadari sesuatu. Walau ia sendiri tidak dapat mendeskripsikannya namun Zelth dapat memahami perasaan tersebut, yang seolah ingin berkata "Ah, aku lelah sekali." Terasa seperti ia ingin sekali mengkaitkannya dengan kehidupan yang di milikinya.

"Sudah kuputuskan, aku akan menampilkan jati diriku."

"Tu-Tunggu Dewiku. Saya tidak menentang anda dengan keputusan anda yang ingin menunjukan jati diri anda, namun apakah anda tidak merasa aneh dengan si pengkhianat ini? Tidak semua orang bisa meninggalkan rumah mereka apa lagi di saat keadamaian menyertai mereka. Itu... Sangat menjanggal."

Setelah menyadari perasaan Dewi Gabriel yang sesungguhnya, Zelth mulai merasa ragu untuk berbicara, terlebih lagi keraguan tersebut menghasilkan keringat di wajah yang memberi kesan kurang menyakinkan.

"Heh begitu kah, jadi kau sedang mengkhawatirkanku ya. Aku senang anaku sendiri menyadari perasaan ibunya. Namun... Jangan berpikir yang tidak-tidak kau membuatku merinding dengan yang terjadi nantinya, sekali lagi... Kau tidak perlu mencemaskan diriku, dan soal pengkhianat ini. Ya kupikir kau ada benarnya karena ini pertama kalinya terjadi, dan aku mendapatkan beberapa bukti saat orang tersebut meninggalkan perasaan untuk menjadi pengikutku."

"Sungguh luar biasa anda dapat mengetahuinya walau tanpa kehadiran anda sendiri."

"Tentu, wilayahku sama halnya dengan tubuhku jadi aku dapat merasakan setiap kejadian di dalamnya. Namun..."

Lagi-lagi Dewi Gabriel menunjukan tatapan dingin yang juga di sertai rasa kecewa.

"Orang ini... Keberadaanya... Bukanlah manusia. Artinya... Ada orang luar yang ikut campur dalam kerajaan ini."

"Jadi menurut anda-"

Secara tiba-tiba beberapa pelayan sebelumnya telah kembali dan segeranya mereka menghampiri Dewi Gabriel di tengah obrolan yang masih belum selesai.

"Kami telah kembali Dewi Gabriel."

Secara bersamaan mereka semua berlutut memberikan rasa hormat.

"Situasinya cukup canggung, hey Zelth apa yang- Awh."

Saat salah satu pelayan mencoba bertanya kepada Zelth dan secara terkejut ia mendapatkan cubitan dari orang di dekatnya.

"Kau lebih baik diam saja, perhatikan situasinya meski kau tidak tau... Belt."

"Berisik kau si paling pintar Argan."

Mendengar ejekan yang tidak enak di dengar membuat Argan menegakan alisnya.

Di samping itu Dewi Gabriel yang menyadarinya hanya menanggapinya dengan senyuman.

"Kalian memang anak-anaku yang kuat dan pintar. Selama ini aku berharap kepada kalian dalam menangani setiap permasalahan rakyat kerajaan ini. Oh ya kalian semua telah berkumpul jadi aku memiliki pemberian untuk acara ini kepada kalian."

Tanpa adanya perkataan rapalan sihir maupun tindakan lainnya secara mengejutkan tiba-tiba setiap dari mereka menerima sebuah pakaian.

"Pakaian?.. Terlebih lagi ini terlihat sangat formal dan juga tidak cukup untuk melindungi anda nantinya."

"Sudah kuduga kau akan berkata seperti itu... Zelth. Aku hanya ingin kalian tidak memperlihatkan keadaan seolah ingin bertarung dengan Zirah kalian di acara nanti. Aku hanya ingin acara ini benar-benar terlihat damai tanpa menunjukan bau seorang prajurit maupun bawahannya, sekali-sekali aku ingin melihat kalian sebagai anaku sendiri yang ingin tampil formal."

Dewi Gabriel benar-benar menunjukan kasih sayang seorang ibu, dari ekspresi serta gerakan tubuh lainnya sangat terlihat jelas bahwa ia menginginkan hal tersebut terjadi.

"Kalau begitu-"

"Kami menolak."

"Huh?"

Tanpa pikir panjang Zelth dengan tegas menolak secara mentah-mentah dan membuat yang lainnya terheran-heran atas keputusannya tersebut.

"Aku Zelth.. Mewakili mereka semua, kami menolaknya."

"Tunggu apa yang kau katakan sialan..!!"

Dengan wajah kesal salah satu pelayan yang bernama Belt meneriaki Zelth begitu keras.

"Aku tau, kau adalah yang tertua dari kami semua tapi.. Menentang tindakan ibu... Kau ingin mengkhianatinya ha!?"

"Hentikan ocehanmu Belt. Apa yang di katakan Zelth ada benarnya, apapun yang terjadi prioritas kita adalah mengawali Dewi di setiap perjalanannya agar beliau selalu mendapatkan perlindungan dari kita, sejak awal bukanlah begitu tujuan utama kita? Maka dari itu... Saya Argan setuju dengan keputusan Zelth."

Mendengar penjelasan Argan membuat mereka semua sadar dengan pioritas utama mereka yang pada akhirnya membuat mereka menjadi satu pemikiran.

"Kami juga setuju."

Hasil akhirnya mereka semua mensetujui pilihan tersebut.

"Begitu ya, kalian membuatku kecewa. Jika kalian sudah kembali artinya semua persiapan telah selesai bukan? Aku tidak ingin melanjutkan obrolan yang menghambat acara yang akan berlangsung ini. Jadi... Aku ingin kalian memperhatikan diriku ketika aku akan menunjukan sosok diriku yang sebenarnya."

Dengan santai Dewi Gabriel mulai menegakan diri dari singgasananya. Tanpa ada yang menentang tindakannya ia dengan senang melanjutkan keputusannya tersebut.

Tak membutuhkan waktu lama ketika Dewi Gabriel mengulurkan tangannya ke arah langit secara langsung sepintas cahaya putih melesat memasuki tubuhnya hingga menyinari sekujur raganya.

Lalu setelahnya Dewi Gabriel menampilkan kepribadian yang berbeda mulai dari penampilannya, dimana rambut yang sebelumnya hitam kini terganti menjadi putih bercahaya yang juga alis mengikuti unsur tersebut, mata tampak lebih indah dengan perpaduan biru dan putih di bagian pupil.

Keindahannya tak sampai di sini, dalam segi pakaian terlihat jauh lebih anggun dari kebanyakan pakaian seorang penguasa, dimana ia memakai gaun gotik berwarna putih dengan sepatu yang khas seolah memiliki daya tarik tersendiri seperti halnya memanifestasikan sesosok bidadari surga berkulit putih dan elemen tersebut meliputi semua bagian dari penampilannya. Lalu dari semua penampilan tersebut yang paling berkesan sebagai sosok Dewi adalah kepemilikan empat kepakan sayap layaknya makhluk tertinggi dari semua kehidupan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!