Eps 16:Kepribadian Berbeda

"Apakah aku perlu memberikannya beban lagi? Sepertinya itu sudah cukup pas untuk pengawalan. Tendangan yang ku lancarkan tadi adalah yang terkuat namun tidak kusangka dampaknya bisa sampai membuatnya keluar dari wilayah kerajaan bersamaan dengan kekacauan yang tertinggal. Dari yang kuketahui kerajaan ini mempunyai bentuk struktur bulat, titik tengah dengan batas luar wilayah memiliki jarak sekitar 10 kilometer, namun ... Sejujurnya aku merasa masih belum cukup menghajarnya, untuk alasan tertentu aku juga berpikir ini bukanlah apa-apa baginya setelah aku melihat sesuatu yang menarik beberapa saat lalu."

Izaya memikirkan beberapa hal tentang Dewi Gabriel yang semakin menarik perhatiannya terlebih lagi ia merasa bahwa setelah ini pertarungan akan terasa berbeda.

"Yah ... Apapun itu akan kubuat skenario kemenanganku sendiri, dan kupastikan dia akan menikmatinya."

Dalam berbagai situasi senyuman jahat milik Izaya selalu hadir memanifestasikan kepercayaan dirinya, terbukti saat ini ia menantikan kemunculan Dewi Gabriel datang kembali dengan harapan bahwa dirinya tidak benar-benar tewas.

Lalu beberapa saat kemudian suatu fenomena asing terjadi jauh dari wilayah kerajaan yang di yakini berasal dari tempat jatuhnya Dewi Gabriel.

Fenomena tersebut di gambarkan seperti sebuah pillar cahaya membentang ke atas langit memiliki pencahayaan berwarna biru muda. Di atas dari semua itu terdapat satu sosok di dalamnya dengan postur tubuh wanita yang tidak lain adalah Dewi Gabriel sendiri.

"Oh?"

Dari kejauhan Izaya dapat memastikan ia dalam keadaan baik-baik saja.

Tak membutuhkan waktu yang lama, segeranya Dewi Gabriel berinisiatif menghampiri Izaya dengan berteleportasi sesingkat mungkin namun tetap memiliki jarak pandang sekitar setengah kilometer.

*Clap*

Di saat Dewi Gabriel baru saja menginjakan kaki ke tanah di waktu itu juga Izaya merasakan hal yang berbeda darinya.

Mulai dari luka fatal yang ia terima sebelumnya telah kembali pulih secara penuh tanpa meninggalkan bekas sedikit pun yang Izaya percayai di sebabkan oleh keabadian miliknya. Namun yang menjadi sorotan utama adalah tatapan matanya yang sangat menunjukan kepercayaan diri seolah membawakan kehadiran berbeda.

"He ... Apa kau serius menunjukan keadaanmu yang hampir telanjang seperti itu? Sepertinya keabadian tidak menutupinya juga ya."

Menyadari perubahan tersebut menghadirkan perasaan antusias untuk segera mengetahui apa yang menjadi alasan hawa keberadaan Dewi Gabriel terasa sedikit berbeda sejak peristiwa sebelumnya.

"Kau tidak perlu mengkhawatirkanku. Cukup fokuslah terhadap lawanmu."

Pandangan mata berisikan keteguhan tanpa adanya rasa takut bahkan tidak luput dari setiap pergerakan tubuh yang di buat Izaya. Cara Dewi Gabriel memandangi lawannya adalah bentuk konsentrasi luar biasa yang seakan tidak akan membiarkan mangsanya lepas dari perhatian.

Izaya yang memahami betul pola sikap terutama pada iringan matanya, juga dapat memahami bagaimana kesulitan yang akan ia terima untuk kedepannya.

"Hanya memperlihatkan konsentrasi tanpa menaruh kuda-kuda kah. Menarik."

*Sringgg..!!*

Secara mengejutkan Izaya menghilang dari pandangan Dewi Gabriel tanpa memperselisihkan waktu ia hadir kembali begitu saja di sampingnya, perpindahan tersebut sama halnya dengan kecepatan saat Izaya memberikan dorongan terhadap Dewi Gabriel yang tidak mungkin bagi siapapun mampu mengimbangi akselerasi kecepatan tersebut karena serupa mengejar sebuah cahaya.

"Huh?"

Namun ketika Izaya berproses mengarah lebih dekat ke arah samping kanan Dewi Gabriel, mendadak sorotan matanya terubah ke arah yang sama, seolah ia mengetahui akan ada serangan dari sisi samping.

"(Dia menyadarinya kah.)"

Saat Izaya melihat lirikan mata yang menoleh ke arahnya tersebut, firasatnya mengatakan bahwa ia sedang berada dalam lingkup bahaya, yang mengharuskannya untuk segera menjauh dan mengubah arah gerakan dengan cara sedikit memberikan dorongan reflek ke kakinya. Alhasil Izaya memilih mundur dari sisi kanan jangkauan Dewi Gabriel.

"(Instingnya meningkat pesat kah. Bahkan dengan kecepatan seperti itu masih berkemungkinan dia bisa mengatasinya. Aku mulai berpikir ini buka soal insting maupun reflek, tapi ... )"

*Swoshhh...!!*

"Huh?"

Izaya yang masih bergerak mundur menjauh dari keberadaan Dewi Gabriel, spontan di hadirkan perasaan tercengang ketika mengetahui Dewi Gabriel telah membelakanginya di saat Izaya memikirkan beberapa hal.

*Wushh...*

Sebuah kaki terhunuskan mengarah langsung ke arah wajah Izaya dengan begitu cepat, walau ia di kejutkan oleh kedatangan serangan dadakan tersebut, Izaya sama sekali tidak berniat untuk kabur atau pun menghindarinya.

*Blarrrr....!!!*

Dengan santai sambil menunjukan senyuman yang di penuhi rasa kepercayaan diri, Izaya memutar tubuhnya searah datangnya serangan dan membiarkan reflek tangan yang menuntunnya hingga berakhir dalam genggaman.

"Begitu ya, apa kau mencoba untuk pamer?"

Menerima tekanan dari lawan bukan berarti tidak dapat menunjukan dampak yang di sebabkannya, hal itu di sadari ketika Izaya menoleh ke arah belakang, dan menyadari tanah di sekitarnya telah menjadi sebuah jurang.

"Kaki mulus ini tidak pantas kau ayunkan, aku hanya memberikanmu saran tapi ... Jika kau tetap menjulurkan kakimu ke wajahku, maaf saja bisa-bisa kau membuatku ter4ngsang."

*Krek.Dam!*

"Ap-"

Bercakan darah secara tiba membasahi kaki Dewi Gabriel, tanpa ia sadari itu berasal dari kakinya sendiri yang telah terpotong oleh tangan Izaya.

"(Dia ... Meremuknya ya.)"

*Woshh..*

Merasa kondisinya sedang tidak di untungkan Dewi Gabriel memutuskan untuk mundur dari hadapan Izaya dan memikirian solusi lain. Lalu ketika mereka berdua memiliki sedikit jarak pertemuan, hanya perlu beberapa detik keabadian secara instan mengembalikan kaki Dewi Gabriel.

Namun hal yang paling mengejutkan dari semua itu adalah reaksi Dewi Gabriel yang tampak jauh lebih tenang.

"Hey."

Suatu ucapan yang terkesan dingin berasal dari Dewi Gabriel memberikan tanggapan yang menarik bagi Izaya.

Tanpa perlu menjawab Izaya hanya menampilkan senyuman jahatnya.

"Jika berkenan ... Boleh aku menanyakan sesuatu?"

Nada bicara Dewi Gabriel terdengar cukup serius namun juga sedikit tidak bertenaga.

"Tidak biasanya musuh bertanya dengan formal."

Sesungguhnya Izaya juga merasa terheran dengan perilaku Dewi Gabriel yang mendadak menghentikan pertarungan hanya untuk sebuah pertanyaan.

"Karena menurutku sendiri ini cukup serius. Kau tau ... Aku sudah cukup muak dengan kehidupan ini jadi percepatlah sedikit."

Selain itu Izaya juga tidak merasakan keinginan membunuh dan emosional yang terkandung di setiap perkataannya, seolah ia sungguh menantikan jawaban dari Izaya.

"Tentu. Ini balasan untuk pertanyaan sebelumnya."

Di saat itulah Dewi Gabriel mengubah pandangan matanya menjadi lebih serius.

"Kalau begitu aku akan bertanya. Apakah kau penghuni dunia sebrang? ... Tolong jawablah dengan sungguh-sungguh tanpa harus sihirku yang bertindak."

Pertanyaan tersebut cukup ambigu bagi Izaya dan spintas menciptakan rasa bingung, karena bagaimana pun itu berada di luar pertemuan mereka yang seharusnya menjadi perihal utama.

"Aku tidak mengerti maksudmu."

Sejujurnya Izaya merasa tersentak dan sedikit terkejut saat mendengar pernyataan tersebut.

"Apa kau mencoba berbohong? Kekuatanmu sama sekali tidak normal untuk seukuran manusia. Bukankah itu artinya kau sama seperti mereka."

"Mereka?"

Alur pembicaraan mulai membawa mereka jauh dari pertarungan yang seharusnya menjadi alasan mereka bertemu.

"Ya. Dunia dimana memiliki sejumlah energi sihir tanpa batas yang bergerak secara independent. Juga menciptakan makhluk absurd yang tidak di ketahui lagi bentuk mereka, jelasnya makhluk yang tercipta di sana berada di level yang berbeda."

Keseriusan Dewi Gabriel dalam menyampaikan seolah menginginkan suatu jawaban yang jelas dari Izaya.

"Begitu ya, kupikir dunia apa yang kau maksud ternyata ada dunia seperti itu ya. Lalu ... Apa yang akan kau lakukan jika aku berkata iya?"

Sebaliknya Izaya menganggap pertarungan mereka jauh lebih penting.

"Selama sisa hidupku kupastikan akan membunuhmu. Meski sejak awal memang itulah niatku."

Terdengar santai namun juga serius.

"Sayang sekali aku bukan berasal dari dunia apalah itu. Aku hanya sekedar seorang pembunuh yang mencoba mencari kesenangan, selama dunia ini menampung sejumlah hal yang menarik aku tidak akan pernah tertarik dengan dunia luar."

Ketenangan yang di hasilkan Dewi Gabriel menggugah selera Izaya untuk segera mendapatkan dirinya. Satu-satunya yang Izaya pikirkan saat ini adalah mengendalikan situasi pertarungan tanpa memperdulikan hal lain saat setelah menyadari Dewi Gabriel telah memulai keseriusannya terhadap musuh.

"Begitu ya, artinya kau tidaklah berbeda jauh dengan mereka."

Di waktu yang sama ketika obrolan mereka baru saja berakhir, suatu gerak-gerik di tunjukan Dewi Gabriel dimana ia mengajukan tangan kirinya sejajar bahu.

[DANCER SWORD]

Rapalan sihir tercipta lalu terwujud sebuah pedang setipis ranting kayu dengan lapisan baja silver di genggaman tangan Dewi Gabriel.

*Fring..!*

Tanpa memberikan sepatah kata Dewi Gabriel sedikit mengayunkan senjatanya ke arah Izaya dalam radius beberapa meter. Awalnya tidak ada reaksi yang terlihat namun beberapa detik setelahnya ...

"Hm?"

*Doom!Doom!Doom!*

Tanah bergetar dan hancur tanpa pertanda apapun, bergerak cepat mengarah ke arah Izaya dengan membawa kehancuran tersebut.

"Satu detik, tidak, tiga detik kah."

Mengandalkan pengamatannya Izaya dengan mudah menghindari situasi tersebut dengan cara meloncat setinggi mungkin ketika serangan telah mencapai dirinya.

"Huh?"

Namun di situlah firasat buruk Izaya yang sesungguhnya.

"Asal kau tau ... Aku bukan tipe orang yang suka bertarung menggunakan senjata."

Di luar dugaan serangan tersebut ternyata hanya sekedar memancing perhatian Izaya agar ia menggunakan refleksnya dan berada dalam jangkauan milik Dewi Gabriel.

"(Dia sudah merencanakannya? Tidak, sejak dia menyadari kecepatanku yang sebelumnya aku yakin itu bukan terjadi secara kebetulan ataupun di akibatkan indranya. Memang ku akui dia mampu mengimbangi kecepatanku tapi pengamatan serta intuisinya terlalu tajam. Seolah ... Dia sedang melihat ke masa depan dan mengetahui hal ini akan terjadi.)"

Izaya terus bergumam memikirkan keganjilan yang selalu ia temui di setiap tindakan Dewi Gabriel. Selain itu Izaya juga merasa tubuhnya tidak dapat di gerakan dalam tengah kondisi melompat, tanpa ia sadari itu sudah berlangsung lebih dari 10 detik yang seharusnya gaya gravitasi menariknya kembali.

Lalu di saat itulah Izaya menyadari penyebab hal tersebut terjadi, ketika ia melihat tangan kanan Dewi Gabriel sedang di tempatkan ke arah Izaya.

"Di waktu inilah kupastikan kau akan mati. [GOD OF ...]

Serentak tanah bergetar dengan sangat keras seolah rapalan sihir Dewi Gabriel mempengaruhi dunia. Lebih dari itu Izaya juga merasakan tarikan luar biasa yang menekan aliran energi sihir.

Bersampingan dengan keadaan tersebut sesuatu muncul secara perlahan di tangan yang aktif menahan Izaya. Tampak tercipta cahaya biru membentuk tulisan kuno menyerupai bentuk segel mulai bergerak menyelimuti tangan Dewi Gabriel.

"Menakjubkan. Jadi inikah kekuatan Dewa yang sesungguhnya? Aku bisa merasakan darahku mendidih bahkan untuk bergerak pun sangat sulit bagiku. Perlihatkan padaku ... Kekuatan sejatimu wahai Dewa!."

Izaya benar-benar kegirangan menyaksikan kekuatan besar menanti di depan matanya, karena sejauh ini hanya dua orang yang berniat mengerahkan kemampuan terhebat mereka.

Namun beberapa saat ketika tulisan yang bisa di anggap tato tersebut hampir mencapai wajah Dewi Gabriel, untuk alasan yang tidak jelas tiba-tiba sesuatu merubah raut wajahnya.

"Tunggu ... Aku ... Hmmp..."

*Huakk*

Lagi-lagi muntahan darah terjadi di tengah-tengah peluang emasnya, dan kali ini Dewi Gabriel mengalami banyak pendarahan yang mengharuskannya melepaskan sihir dengan perasaan kekecewaan. Bencana raya yang hampir tercipta turut lenyap bagaikan keberlangsungan sesaat.

"Tidak lagi. Aku ... Ingin mati saja. Keabadian ini mulai menggerogotiku, apa bedanya dengan manusia normal bila aku harus mengalami rasa sakit secara terus menerus. Aku ... Sungguh menyesal menerima berkah kekuatan ini."

Dewi Gabriel merasa geram dengan keadaannya sendiri karena seberusaha keras apapun ia tidak sanggup melawan keterpurukannya.

"Oi Oi ... Kupikir aku akan melihat sesuatu yang menakjubkan. Rupanya hanya gertakan ya."

"Huh?"

*Blarrr...!!*

Tanpa memberikan waktu untuk memulihkan diri Izaya bergerak cepat membalas serangan Dewi Gabriel dengan melancarkan satu pukulan begitu kuat di hadapannya langsung.

Hasil dari pukulan tersebut memperlihatkan seberapa berbahayanya serangan Izaya yang terbukti memberikan dampak sebesar bukit.

"He.. Refleks yang bagus."

Namun semua itu menjadi sia-sia ketika Dewi Gabriel berhasil menghindarinya di detik-detik terakhir dengan bergerak mundur jauh dari keberadaan Izaya.

"Kukira alur pertarungan kita berubah seiring aku membiarkanmu mengalami berbagai tekanan. Nampaknya pada akhirnya kita hanya bermain kucing-kucingan. Yah melihatmu yang seperti ini juga membuatku berselera, ngomong-ngomong. Aku ingin menanyakan sesuatu hal yang berhubungan dengan dirimu karena kau berhasil membuatku penasaran."

Ketika Izaya mencoba bertanya kepada Dewi Gabriel ia hanya membalas dengan menunjukan tatapan sinis serta nafas yang berat.

"Jika kau tidak menjawab itu tidak menjadi masalah, cukup dengarkan apa yang kukatakan. Pertama, jujur saja aku merasa kau bukanlah sosok Dewa yang sebelumnya seolah kau harus mengalami fase-fase tertentu agar bisa meningkatkan kekuatanmu, sebagai contohnya sifatmu, karaktermu, egomu, dan mata yang mampu melihat ke arah masa depan  semua itu berubah seiring aku menekanmu. Dan sekarang aku di kejutkan oleh kekuatan yang berpotensi membunuhku. Apakah kau memang harus membuang semua jati dirimu untuk menunjukan seberapa kuat kau sebenarnya?"

Penjelasan panjang lebar tersebut hanya di pandang dan di dengarkan oleh Dewi Gabriel tanpa ada sedikit katapun yang keluar, bersamaan Izaya juga memperhatikan kedua bola matanya semakin membiru bercahaya.

Lalu beberapa saat kemudian Dewi Gabriel menunjukan reaksinya.

"Ya. Mungkin kau benar, jauh sebelum kau hadir aku sempat menyerah dalam hidupku. Aku memahami apa itu penderitaan, penyesalan, dan juga rasa sakit di setiap perjalanan hidupku. Ketika aku merasa bosan aku bertarung, saat aku merasa lelah aku menciptakan kebahagiaan meski itu adalah suatu kebohongan. Ya seperti katamu ... Hidupku penuh kebohongan maka dari itu aku mengubur jati diriku bersama kekuatanku dan berusaha menjadi pribadi yang sempurna di mata orang yang ku sayangi, saat Zelth hadir mengisi hidupku entah mengapa aku memilki tujuan baru untuk membahagiakannya walau harus mengorbankan masa laluku dan membuat dia tidak mengetahui kehidupan yang selama ini ia jalani. Tapi berkat itu aku bisa mengenal arti hidup yang sebenarnya."

Pertama kalinya Dewi Gabriel terbuka dengan musuh terlebih ia memperlihatkan senyuman tipis penuh rasa bahagia di hadapan Izaya.

"Kau terlalu terbuka dengan musuhmu, apakah itu tidak menjadi sebuah masalah?"

"Tentu menjadi sebuah masalah, makanya aku akan membunuhmu, meski peluang tersebut semakin sempit."

Keadaan sebelumnya menjadikan Dewi Gabriel kehilangan semangat bertarung, di nilai dari nada bicaranya yang terdengar kurang percaya diri.

"Tidak ini buruk. Kau sekarang terlihat kurang bergairah, yah aku pernah mengalami hal seperti ini berulang kali di kehidupanku dulu. Tentu ada solusi untuk mengembalikan keadaan. Sebelum itu aku ingin memastikan, kekuatan apa yang baru saja kau keluarkan tadi? Terlihat bahwa kau berhati-hati dalam memutuskannya."

Izaya seolah tidak ingin menyerah untuk memaksa Dewi Gabriel agar mengeluarkan seluruh kemampuannya dan memastikan bahwa ini tidak akan berakhir secepat mungkin.

Karena secara pribadi Izaya telah di buat tertarik olehnya, bukan hanya dalam kalkukasi kekuatan melainkan kepribadian yang di milikinya tampak menyakinkan untuk membawa ke jalan pertarungan yang lebih menyenangkan. Bersampingan dengan keinginan tersebut Izaya memutuskan bahwa pertarungan berikutnya adalah sesuatu yang ia harapkan.

"Tidak ada salahnya aku memberitahu ke musuh ya. Kalau begitu bagaimana kalau kita membuat kesepakatan? Jujur aku sangat benci di remehkan atau malah di kasihani terlebih saat aku sedang di landa keputusasaan. Kali ini akan kukerahkan seluruh kemampuanku, anggap saja ini sebagai awal kehancuranmu atau malah akhir bagiku."

"Huh?"

Pernyataan tersebut sangat mengejutkan Izaya, karena ia tidak menduga Dewi Gabriel akan secepat itu bangkit dari keputusasaan dan malah menawarkan diri untuk bertarung tanpa perlu dorongan.

Tentunya Izaya yang mendengar tawaran tersebut tidak mampu menolak di saat hasrat sedang bergejolak menyatu bersama keinginan.

"Ah, Dewi Gabriel aku tidak menduga kau lebih dulu mengatakan keinginan hatiku. Aku mencintai sifatmu yang satu ini. Baiklah mari kita dengar apa keinginanmu."

"Sebelumnya ... Apakah kau pernah memperkenalkan dirimu? Aku sungguh lupa, aku ingin mendengarnya sekali lagi."

Tampak tenang dan elegan cara bicara Dewi Gabriel terasa berbeda bila di perhatikan dari pandangan matanya yang jauh lebih serius dengan sedikit memperlihatkan senyuman.

"Izaya ... " Ucap Izaya dengan santainya.

"Akan kuingat sebagai orang yang paling kubenci seumur hidupku. Dan soal kesepakatan ... Jika kau bisa memaksaku sampai batas kemampuanku akan kuberitahu semua rincian tentang kekuatanku bahkan detail cara membuatku mati di tanganmu, kupikir kau memahami sendiri pada kalimat terakhirku. Tapi sebaliknya ... Jika kau menunjukan ambang kematianmu di depan mataku ... Bersedialah untuk merasakan keabadian neraka. Biar kuberitahu, aku mengikhlaskan Zelth karena keputusannya sendiri karena untuk satu alasan aku juga muak menjalani hidup ini, artinya kesepakatan ini kubuat karena memang atas keinginanku. Bagaimana? Bukankah sejak awal itulah yang kau inginkan. Wahai bajingan."

Mereka berdua saling memperhatikan dengan menunjukan ego mereka masing-masing, dimana Izaya tersenyum jahat dan berpikir momen inilah yang ia nanti-nantikan, sedangkan Dewi Gabriel pada ucapan terakhir memperlihatkan rasa kebenciannya.

"Ya. Tentu."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!