Eps 14:Bentrokan

Saat Izaya kembali ke kerajaan Dewi Gabriel hal pertama yang ia saksikan adalah sebuah kekacauan dimana ia melihat segerombolan mayat terlantar di berbagai tempat di setiap sudut kerajaan.

"Hm?"

Di saat yang sama ia mendapati pertarungan yang sedang berlangsung di tengah kerajaan dalam jarak beberapa meter, dan satu hal yang menjadi sorotan Izaya adalah keberadaan Arkilah sekaligus Dewi Gabriel menjadi alasan pertarungan itu terjadi.

"Begitu ya, hentikan valkyrie kecilku."

Ucapan Izaya terdengar pelan namun tampak Arkilah yang memahami betul siapa yang ia dengar baru saja.

Perintah tersebut tersampaikan ke telinga Arkilah dan dengan segera ia memilih mundur dalam tengah pertarungan antara Dewi Gabriel.

Tentu tindakan Arkilah yang secara mendadak menghentikan serangannya menjadikan perhatian penting bagi Dewi Gabriel.

"Kemarilah."

Mendengar perintah tersebut Arkilah dengan segera menjalaninya ia mulai menghilang dari pandangan Dewi Gabriel seolah mengabaikan semua yang telah terjadi.

Ketika Arkilah berada dekat di hadapan Izaya sesuai yang ia perintahkan tanpa sebuah alasan Izaya memegangi tangan kanan Arkilah yang berlumuran darah.

"Apakah tangan ini yang melakukannya?"

Izaya sambil memandangi tangan Arkilah dan sedikit mengelusnya, namun sebaliknya Arkilah yang di berikan pertanyaan justru terdiam dengan sedikit menggerakan bibir.

"Apa alasanmu melakukan ini?"

Walau Izaya memberikan senyuman penuh gairah s3ksual tetap saja Arkilah diam membisu tidak mampu menjawab, namun terdapat reaksi bahagia lewat gerakan bibirnya.

"Apa jangan-jangan kau ingin membuatku senang?"

Di saat yang sama Izaya menyadari sesuatu ketika perintah yang tidak pernah ia turunkan kepada Arkilah tiba-tiba menjadi di luar kekuasaannya.

"Oh, mungkinkan perasaan akan keinginanku sama saja dengan perintah? Apa aku melewatkan sesuatu. Jika iya aku perlu memodifikasimu kembali, tidak."

Secara mengejutkan Izaya menghentikan pembicaraanya sendiri lalu menepatkan senyuman iblisnya di hadapan Arkilah tanpa sebuah alasan ia benar-benar ingin tertawa ketika menyadari hal tak terduga olehnya.

"Begitu ya, jadi inikah hal istimewah yang kau miliki Arkilah. Namun tetap saja aku sepenuhnya masih belum memahami kekuatanku sendiri dan tidak menyadari hal seperti ini. Yah keadaan ini tidak buruk juga, akan tetapi kuberi peringatan untukmu ... Valkyrie kecilku."

Izaya sangat mengerti bagaimana cara menyikapi Arkilah dengan tidak memberikannya kebencian.

"Aku sengaja tidak membuatmu menjadi pionku sepenuhnya, jadi sekali lagi jika kau bertindak di luar perintahku akan kubunuh mengerti?"

Tidak ada unsur kebencian yang terdapat di kalimat terakhir tersebut melainkan rasa senang di balik senyuman Izaya yang membuat Arkilah turut bahagia walau itu masih menjadi tanda tanya.

"Bagus. Aku akan selalu memberikanmu kasih sayang bila kau tetap takut dengan perintahku. Tapi sejujurnya kau sedikit tidak mengecewakanku karena kau telah menciptakan suasana yang tidak enak di pandang."

"H.."

Arkilah sangat menunjukan kegirangannya lewat reaksi tubuh saat Izaya memberikan sedikit kecupan di tangan yang masih menggenggam.

"Yah kau sedikit beruntung mendapatkan luka gores, sekarang-"

*Srwooshhh..!!*

Sebuah terjangan pedang dengan cepat mengarah kepada mereka berdua.

*Tingg..*

Namun untungnya hal itu dapat di cegah oleh Arkilah yang menahan langsung pedang tersebut tepat hampir mengenai wajah Izaya.

Dan di saat itulah mereka berdua menyadari datangnya ayunan senjata tersebut yang berasal dari Dewi Gabriel.

"Oh? Bagaimana ini Arkilah ... Sepertinya ada yang sedang cemburu dengan kita."

Ucapan Izaya bermaksud bercanda dengan di iringi senyuman jahat yang bertujuan untuk merubah suasana hati Dewi Gabriel menjadi lebih buruk.

Di lihat dari keadaan yang ia alami sekarang, terdapat banyak luka namun tidak cukup berdampak akibat melawan Arkilah, dan yang lebih penting tampak sorotan mata penuh dengan kebencian, kemarahan, kesedihan, menanti di depan Izaya.

"Baiklah sekarang kau pergilah dari hadapanku Valkyrie kecilku."

Segeranya Arkilah menghilang dari hadapan Izaya. Dan kini mereka berdua di pertemukan kembali dalam jarak beberapa meter jauh ke depan.

"He ... Apa maksud dari tatapanmu itu ... Dewi Gabriel? Apa itu kedok topengmu lagi?"

Dingin sekaligus hawa membunuh yang sangat kuat itulah yang saat ini Izaya rasakan saat memperhatikan Dewi Gabriel.

"Kau ... Apa maksudmu membunuh semua rakyatku!? Termasuk para pelayanku? Ku pikir kau cukup adil dengan ucapanmu!."

Dewi Gabriel menggepalkan tangannya dan menggertakan giginya seolah sedang menahan amarah yang tak tertahankan.

"Sayang sekali tetapi meski pionku tidak melakukannya keadaan seperti ini pasti akan tercipta."

"Sialan kau, kalau begitu dimana satu lagi pelayanku!."

Merasakan firasat buruk Dewi Gabriel sangat khawatir akan orang terdekatnya yang tersisa.

"Oh? Maksudmu anakmu yang kau gandang-gandang kan. Sebelum itu aku akan bertanya kepadamu, apa yang akan kau lakukan jika dia tidak pernah kembali?"

"Jawab!."

Ketegangan obrolan mereka mulai terasa ketika Dewi Gabriel meninggikan nada bicaranya dan mengabaikan pertanyaan Izaya.

"Apa ini bisa menjadi bukti?"

Izaya mengeluarkan sebuah jubah hitam pekat dari tangan kanannya menggunakan sihir, lalu memakainya tepat jauh di depan Dewi Gabriel yang sedang memperhatikan.

"Huh?"

Melihat apa yang Izaya kenakan adalah bukti bahwa ia telah berhasil mengalahkan entitas yang di terima dari Dewi Gabriel.

"Ini bukan omong kosong rupanya, aku bisa merasakan berbagai potensi sihirku bisa ku keluarkan. Yah Item Drop ini hanya sebatas sebagai pengontrol energi sihir namun kuakui aku merasa jauh lebih puas setelah sedikit ku rombak. Tidak heran lagi bila ini berisikan ribuan jiwa Dewa."

Jubah tersebut di penuhi aura kegelapan serta sedikit campur tangan kekuatan Izaya yang menjadikan perubahan antara ungu dan gelap.

"Mustahil ... Dia melakukannya?"

Sedikit sulit di percaya namun sebagian besar Dewi Gabriel mempercayai hal itu dapat di lakukan oleh orang yang hingga saat ini masih terbilang misterius dari berbagai sudut.

"Apa kau bergumam bahwa akulah yang melakukannya?"

Gema tersebut tersampaikan kepada Dewi Gabriel yang memiliki jarak pisah satu sama lain.

"Aku tidak mengerti maksudmu!."

"Kalau begitu akan ku perjelas."

Secara tiba sebuah jantung hadir dari tangan kanan Izaya, setelah itu ia menjatuhkannya ke lantai tepat di depannya.

"Itu ..."

Melihat sesuatu yang di tunjukan oleh Izaya, Dewi Gabriel mulai memikirkan segala kemungkinan yang terjadi dalam pertarungan mereka antara makhluk tingkatan yang juga menyangkut orang terdekatnya.

"Apa kau sudah paham? Anakmu yang satunya itu memiliki hal terakhir yang mengejutkanku, tidak dapat ku ungkit bahwa ledakan tersebut sungguh mengerikan bila melebihi batas itu artinya ... BOM! ... Menghancurkan dirinya sendiri, di situasi tersebut yang perlu kulakukan hanyalah memanfaatkan ledakan tanpa mengotori tanganku. Singkatnya dia tewas mengorbankan dirinya sendiri demi menghalauku agar tidak menemuimu, pada akhirnya itulah yang ingin ia sampaikan kepadamu."

Untuk ucapannya kali ini terutama pada perkataan terakhir, Izaya meninggalkan senyuman tulus ia khususkan hanya untuk Dewi Gabriel.

"Itu tidak berlaku lagi bagiku, jadi begitu ya bukan untuk membalas dendam, aku sudah menduga kematian telah menantinya, aku akan mengikhlaskannya karena keputusannya sendiri.

Di waktu yang sama Dewi Gabriel merendahkan wajahnya demi menutupi kesedihan di balik senyuman. Sejujurnya ia tidak dapat menerima kenyataan tersebut yang sangat menyakiti perasaannya, itu hal yang wajar bagi sosok ibu yang tidak ingin mendengar kabar kematian anaknya.

"Zelth ... Dia menggunakan seluruh potensinya ya, dasar anak keras kepala. *Hiks*."

Pada akhirnya rintihan tangis tidak dapat ia sembunyikan di depan pelaku yang melakukannya.

"Ah ... Aku merasa sedikit terharu ... Dalam artian lain. Oh ya awalnya jantungnya tidak seperti ini, melainkan seperti ini ..."

*Brakk!*

"He?"

Sebuah perlakuan yang tidak megenakan sekali lagi mengerahkan hati Dewi Gabriel, untuk kasus ini ia benar-benar tidak mengerti lagi bagaimana menyikapi lawannya setelah baru saja merasakan kehilangan sosok yang paling ia sayangi.

Namun satu hal yang terlintas, tatapan Dewi Gabriel tidak lagi menunjukan adanya emosional maupun topeng yang selalu menutupi perasaannya sendiri seolah ia berada di titik terendah untuk sedikit menunjukan harapan.

"Kaki ku jadi berlumur darah nih, entah mengapa tiba-tiba aku mengharapkan seorang pelayan untuk membersihkannya, tapi bila itu terjadi dengan fakta yang ada mungkin hal itu akan merusak citraku dan kehilangan pengikutku."

Izaya bermaksud menyindir otoritas Dewi Gabriel namun sedikit melenceng hanya untuk merubah suasana.

Tetapi yang ia temukan justru di luar perkiraan dimana setelah sindiran tersebut Izaya mendengar tawa kecil berasal dari Dewi Gabriel.

"Hah, kau sudah membuatku menderita, kau sudah membuatku kacau, kau sudah mengacaukan mentalku dan sekarang kau mencoba menghancurkan harga diriku lebih dalam lagi?! Bodoh ... Aku sudah muak dengan semua ini. Aku tidak peduli lagi pada otoritas atau semacam itu, aku telah kehilangan satu-satunya harapanku dan bukankah itu artinya aku berhak memiliki kebebasan haaaa ....!!?? Yah, yang di katakan anaku sendiri memang benar sifat sejatiku ... Adalah perang yang berlawanan dengan dedikasiku."

"Oh?"

Sungguh kejutan yang sangat tidak terduga, karakter Dewi Gabriel secara mendadak berbeda menggambarkan penyimpangan bahkan itu terbilang sangat buruk bagi sesosok Dewa.

Terlebih lagi ada hal lain juga dalam dirinya selain sifat yang berubah sangat signifikat, pandangan mata seolah berisikan kekosongan dan hanya terpaku kepada Izaya, dari hal tersebut dapat di simpulkan bahwa Dewi Gabriel sebagian jiwanya telah termakan oleh kegilaan atas apa yang telah menimpahnya.

"Yah ... Inilah karakteristik diriku yang sebenarnya sebelum aku mengenal apa itu cinta dalam kehidupan maupun saat perang Dewa berlangsung."

Izaya dapat merasakan perasaan yang sama dengan dirinya, ketertarikan terhadap sesuatu hingga merubahnya menjadi kegilaan dan menyisakan kepercayaan diri.

"He ... Rupanya satu keluarga suka mengejutkanku ya, tapi sayangnya sejak awal hal itu bisa kurasakan, lalu apa yang akan terjadi setelah kau menunjukan sisi kebenaran itu? Kau akan bertambah kuat? Atau kau merasakan ada sesuatu sedang merasukimu? Jangan terlalu pamer tau ini bukan cerita fiksi."

"Aku tidak peduli dengan ucapanmu kau hanya memberikan rasa takut, dan aku memiliki kewajiban untuk menyelesaikan masalah ini, perlu kau sadari tidak ada alasan bagimu lari dari tanggung jawabmu. Menentang seorang Dewa adalah hal tabu bagi siapapun, bagaimana pun aku tidak mengharapkan apapun lagi di dunia ini terkecuali satu ... Yaitu menginginkamu mati di tanganku."

Mereka berdua saling bertatapan dengan mengutamakan perasaan untuk saling membunuh.

"Itu bisa saja terjadi, ada kemungkinan aku akan mati di tanganmu bahkan sebelum aku mampu melakukan sesuatu terhadapmu. Jika dirimu yang ini adalah sesungguhnya ... Mari kita ulangi dari awal."

Perkataan Izaya tidak memiliki dasar ia hanya ingin memulai obrolan baru bersama Dewi Gabriel.

"Maksudmu ... Pengenalan?"

"Yah itu juga termasuk, anggap saja aku tidak pernah mengenalmu bukankah perkataanmu sebelumnya seolah ingin berkata inilah diriku yang baru dengan berpegang kebebasan dan terlepas dari otoritas."

"Jadi ... ?"

Dewi Gabriel menatap dingin Izaya.

"Tidak ada lagi alasanmu untuk hidup, dan tidak ada lagi harapan yang kau sia-sia kan, kau lelah dengan sirklus kehidupanmu yang selalu menyaksikan kematian orang-orang terdekatmu, kau sekarang kehilangan arah dan tidak jauh berbeda dengan manusia, satu-satunya yang dapat kau nikmati adalah apa yang sekarang ada di depanmu."

Perkataan Izaya seolah mengetahui apa yang saat ini di butuhkan oleh Dewi Gabriel dan memahami betul bagaimana hal itu dapat di lakukan.

Lalu suatu jawaban terjawab lewat ekspresi Dewi Gabriel yang menutupi tawanya dengan tangan.

"Kau ... Lebih baik perhatikan kembali omonganmu!."

*Swosshh..*

Dan itu menjadi perbincangan terakhir mereka berdua saat Dewi Gabriel mengakhirinya dengan melancarkan pukulan mengarah ke wajah Izaya.

"Sayang sekali ... Anakmu jauh lebih cepat dari pada ini tau."

*Blam*

Selisih waktu yang hampir mengenai wajah Izaya, dengan tanggap dan santainya Izaya menerima pukulan tersebut menggunakan telapak tangan kanan.

Hasil dari bentrokan tersebut menghasilkan deru angin yang luar biasa sehingga menciptakan dampak di sekitarnya.

"He, ini belum selesai tau."

*Blak!*

Serangan dari Dewi Gabriel masih berlanjut dengan mengayunkan kaki kirinya menargetkan tulang rusuk Izaya.

Dan sekali lagi perlawanan Dewi Gabriel dapat di tanggapi Izaya menggunakan sisa tangannya untuk menahan hantaman dari kaki tersebut.

"Apa hanya segini saja yang dapat kau perlihatkan? Ini bahkan hanya sekedar gulat biasa. Sepertinya aku juga perlu sedikit pemanasan."

Kaki kiri Izaya mulai bergerak tentu Dewi Gabriel dapat mengetahui karena secara sengaja maupun tidak, Izaya mengangkat kaki kirinya tanpa metode yang sama seperti Dewi Gabriel, ia menggerakan dengan santai berproses mengenai lawannya pastinya itu sangat berbeda dengan Dewi Gabriel sebelumnya yang dapat memberikan kejutan dalam satu momen.

Walau begitu pergerakan tersebut menghasilkan perasaan ragu, cemas, dan waspada, Dewi Gabriel tidak dapat menebak pasti maksud dari pergerakan yang terasa lamban tersebut akan tetapi setiap detiknya saat mencoba mencapai lawan terasa memberikan tekanan tersendiri.

"Sayang sekali inilah yang aku tuju."

*Blarr..!!*

Tanpa Dewi Gabriel sadari dengan menunjukan rasa terkejut ia menerima hantaman yang sangat kuat di bagian perutnya.

"Sial, jadi begitu ya ... *Huak..*."

Beberapa saat ia sedikit kehilangan keseimbangan ketika muntahan darah terjadi, lalu sekilas Dewi Gabriel melihat kepalan tangan Izaya terbentuk di depan matanya.

"Kau mencoba mengecohku ya ... Kaki itu ada untuk membuatku kehilangan arah pandangku dengan demikian kau menghilangkan konsentrasiku, jujur kau sedikit membuatku kesal."

*Wush...*

Sekali lagi Dewi Gabriel melancarkan tendangan menggunakan kaki kirinya dan itu mengarah ke tempat yang sama namun memiliki perubahan kecepatan yang tidak secepat sebelumnya.

*Blam!*

Lagi-lagi Izaya mampu mengatasi situasinya, akan tetapi ia juga merasa mendapati tekanan gempuran yang jauh lebih kuat hingga secara paksa ia harus serius menanggapinya dengan memegangi kaki tersebut.

"Kau pikir aku akan melakukan hal yang sama dan memiliki akhir yang sama tanpa menduga tidak ada perubahan?"

Kaki Dewi Gabriel yang masih berada di genggaman Izaya ia manfaatkan sebagai tumpuan batu loncatan, hal tersebut terlihat ketika Dewi Gabriel sengaja menghilangkan keseimbangan tubuh untuk mendapatkan sedikit jeda, alhasil Izaya harus menerima semua beban tubuh miliknya yang bertumpuh di kakinya.

Lalu ketika kesempatan itu datang Dewi Gabriel kembali mengangkat dirinya dengan sekuat tenaga sekaligus secepat mungkin berlandaskan di titik Izaya menahan berat massa tubuhnya sehingga gaya loncat pun terjadi.

*Blarrr...!!*

Dari peluang tersebut Dewi Gabriel memberikan kejutan serangan mengarah ke wajah Izaya dengan mengerahkan segenap tenaga dalam satu pusat di kaki kanannya.

*Swrwoshhh...Dam!Dam!..Dammm..!!*

Begitu kuat hingga mampu melontarkan Izaya jauh dari arah pandang menjadikannya sebagai bahan penghancur bangunan.

Di perkirakan Izaya telah terpental sejauh 550 meter berdasarkan penglihatan Dewi Gabriel.

***

Waktu telah berlalu beberapa menit dan tidak tanda-tanda Izaya berusaha bangkit namun senyuman iblisnya masih terpancarkan.

Hingga akhirnya Izaya mulai megangkat diri untuk berdiri dan mulai berjalan normal menghampiri Dewi Gabriel kembali.

"Ah, terasa sakit juga ya. Aku mencoba menelan setiap rasa sakit ini agar aku dapat mengetahui perbedaan seorang Dewa. Kukira kaki mulus itu hanya untuk memamerkan rupanya kau juga bisa memberiku damage."

"(Tidak, ini aneh. Seharusnya ia bisa saja menepis tendangan tersebut dengan sisa tangannya sama seperti waktu itu. Namun kali ini ia sengaja menerima? Pria ini ... Pria ini ... Membuatku muak.)"

Dewi Gabriel bergumam kesal saat memperhatikan Izaya sedang berjalan sambil mengoceh.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!