Eps 9:Awal Keributan

Di dalam istana saat ini terpapar keindahan yang memukau bagi siapa yang menyaksikan perwujudan sejati dari seorang Dewa.

Mereka terdiam seolah mengalami halusinasi hingga membuat mereka secara tidak sadar menerima keadaan tersebut sebagai kondisi tidak nyata.

Melihat mereka yang terpesona oleh perubahan Dewi Gabriel menyadarkan dampak dari tindakannya sendiri yang sejujurnya Dewi Gabriel tidak mengira akan menghasilkan perubahan di sekitarnya.

"Sekuat itukah perubahan diriku di masa lalu? Ini bahkan hanya sebatas pancaran aura keberadaan. Sepertinya aku harus lebih menekan kekuatanku."

Dalam perubahan yang baru ia capai, Dewi Gabriel memutuskan untuk mengurangi aura keberadaan yang menjadi resiko penyebab mereka terpikat oleh keanggunan dirinya.

Hasilnya mereka yang memandanginya telah terlepas dari ilusi tersebut.

"Eh? Apa itu tadi? Seolah aku sedang bermimpi."

Rasa terkejut Belt membuat yang lainnya turut merasakan kebingungan.

"Maafkan diriku anak-anaku, sepertinya itu juga berdampak pada kalian. Sekarang kalian sudah baik-baik saja."

Dewi Gabriel menunjukan senyuman bahagia dengan menampilkan sosok barunya di hadapan mereka semua.

Di samping dari mereka semua yang telah tersadarkan, sebaliknya Zelth masih memperlihatkan reaksi tubuh bergemetar yang sangat terbalik oleh kondisi yang di alami lainnya, seolah ia baru saja menemui sesuatu yang luar biasa hingga membuat Dewi Gabriel meliriknya.

"Zelth... Jangan bilang kau..."

Dewi Gabriel yang lebih tau akan kekuatannya sendiri dapat berasumsi kondisi apa yang telah di terima oleh Zelth.

"Ma-Maafkan hamba Dewi. Ini bukan berarti saya telah menaruh hasrat pada anda."

Mendengar jawaban Zelth yang ragu membuat yang lainnya merasa curiga bercampur bingung.

"Begitu ya, kau tidak perlu merasa bersalah sudah sewajarnya anaku menunjukan rasa cintanya. Dan juga sepenuhnya hal tersebut bisa terjadi karena memang dari efek yang dapat memaksa perasaan korbannya. Selagi berada di momen kebersamaan ini aku akan sedikit menceritakan latar belakangku, terutama soal diriku di masa lampau. Di masa lalu aku memegang kedamaian dan di juluki sebagai Mirage, ya itu adalah nama manusiaku sebelum menjadi sesosok Dewa. Sampai dengan aku menemukan cinta sejatiku saat sebelum perang Dewa berlangsung panjang. Lalu ketika aku kehilangan hal paling berharga serta segala yang kumiliki, di saat itulah awal diriku membangun duniaku sendiri dan melahirkan sosok kalian. Setelah itu kuputuskan bahwa aku telah menghapus sejarah masa laluku dengan mengganti nama menjadi Gabriel. Tidak semua Dewa di masa lalu dapat bertahan hidup hingga sekarang. Sepertinya aku kurang pandai merangkai ceritanya."

Di balik kisah yang ia ceritakan ada sebuah ketakutan menghantui perasaannya, seperti dalam beberapa waktu kedepan akan ada bencana besar yang menyangkut semua orang.

"Bukan soal anda merangkai cerita Dewiku, hanya saja bagi kami sulit di percaya anda berkeinginan menceritakan masa lalu anda padahal anda sendiri ingin menguburnya seorang diri."

Akibat keadaan sebelumnya Zelth masih merasa tidak enak di hadapan Dewi Gabriel sehingga ia mencoba memperbaiki suasana.

"Tidak ada alasan bagiku untuk tidak mengungkapkannya kepada kalian. Tidak, mungkin... Aku takut."

Sepintas terdengar beberapa ungkapan langsung dari lubuk hati Dewi Gabriel, mereka yang mendengarnya di buat merasa terheran-heran dengan keadaan yang mereka semua tau sendiri bahwa, selama ini Dewi Gabriel menutup perasaan akan ketakutan yang memungkinkan memicu penyimpangan dengan otoritas yang di milikinya.

"Tidak, tolong lupakan apa yang kalian dengar. Di balik sosok Dewa ini... Diri manusiaku merasakan perasaan tersebut karena takut kehilangan segala yang selama ini kudapatkan untuk sekali lagi. Dan semakin lama... Aku merasa semakin lemah meski alasan tersebut tidak ada."

"Apa yang ada katakan Dewi? Saya tidak pernah mendengar anda menunjukan alasan semacam itu, anda mungkin merasa bingung dengan apa yang akan terjadi kedepannya, karena anda tau sendiri ini pertama kalinya anda menunjukan momen menakjubkan di depan publik. Tentu siapapun akan merasa bingung dan gelisah jika di hadapkan oleh sesuatu yang selama ini tidak pernah orang ketahui, yang mungkin menjadi kondisi perbedaan pendapat."

Ketika Zelth mengatakan apa yang menurutnya benar beberapa dari yang lain tidak menerima ulasan tersebut karena bagi mereka terdengar seperti meragukan kehendak Dewa.

"Sialan kau Zelth..."

Belt bergumam dengan menunjukan wajah kesalnya terhadap Zelth.

"Aku menyukai kejujuranmu Zelth. Tapi kau tidak perlu sampai seblak-blakan itu, meski aku sendiri paham dengan tujuanmu mengatakan hal tersebut."

"Maaf Dewiku."

Zelth memperlihatkan wajah bersalah di hadapan Dewi Gabriel.

"Intinya diriku saat ini tidak akan kalah oleh siapapun. Meski ada beberapa kasus yang membuatku khawatir itu tidak akan menghentikanku untuk terus melindungi apa yang kumiliki sekarang."

Perkataan Dewi Gabriel kali ini benar-benar menunjukan adanya tekad yang menggelora di hati mereka.

"Kalau begitu mari kami bimbing anda, saya yakin mereka yang di luar sedang menantikan kedatangan anda."

Zelth yang sebagai perwakilan dari mereka semua, mengulurkan tangannya kepada Dewi Gabriel dan menunjukan senyuman kepercayaan diri.

".... Tolong."

Dengan gembira hati Dewi Gabriel menerima tawaran tersebut.

***

Situasi di luar istana....

Mereka para rakyat yang mengetahui Dewi Gabriel akan segera tiba, telah menyiapkan segala upaya termasuk kondisi dimana posisi mereka akan menyambut kedatangan beliau, yang sejak awal mereka putuskan akan berdiri di samping jalan searah datangnya Dewi Gabriel.

"Lihat di sana itu beliau, tapi..."

Selangkah ketika Dewi Gabriel baru saja keluar dari dalam istana bersama dengan seluruh pelayan yang sedang mendampinginya, hanya butuh sedikit perhatian, mereka para rakyat mulai berpendapat tentang kehadiran Dewi Gabriel yang menyimpang dari yang mereka ketahui.

Sewajarnya mereka menunjukan kebingungan dan menciptakan kebisingan dari setiap sudut pandang mereka terhadap sosok yang mereka yakini.

"Kupikir beliau tampak berbeda dari sepengetahuanku."

"Kau benar, tapi jujur saja aku merasa jatuh cinta melihat sosok Dewi yang di luar perkiraanku."

"Bodoh kalian, beraninya kalian menunjukan hasrat lelaki kepada sang Dewi."

"Ah tidak, dia memang cantik."

"Iya kau benar."

Dewi Gabriel terus melangkahkan kakinya di tengah kerumbungan tersebut, namun dalam satu kondisi ia menghentikan kehendaknya yang membuat sebagaian rakyat merasa heran termasuk para pendamping di sisinya. Pilihan Dewi Gabriel untuk menghentikan langkahan kakinya tanpa sebuah alasan sangat kurang tepat sehingga memberi kesan serius bagi sekitarnya.

Semua tampak formal saat menyadari tingkah laku Dewi Gabriel yang secara mendadak merubah suasana menjadi sedikit tegang.

"Ada apa Dewiku?"

Salah satu pendamping yang berada di sisinya yaitu Zelth mulai menanyakan alasan Dewi Gabriel tidak melanjutkan langkahan kakinya untuk terus berjalan.

"Ini adalah perayaanku sebagai penghormatan besar sejak aku mendirikan kerajaan ini. Maaf aku hanya ngelantur, jalan ini mereka yang membuatnya bukan? Apa mereka bermaksud ingin diriku mengikuti arah jalan yang mereka buat sendiri ini."

"Bukankah itu hebat, biasanya kami yang menyiapkan jalan acara sedangkan mereka menyiapkan apa yang di butuhkan, namun dalam perayaan kali ini mereka semua sungguh antusias seolah mereka ingin bertukar pekerjaan kami yang mengatur jalannya perayaan, sebagai hasilnya mereka menginginkan anda mengikuti jalan yang mereka buat. Saya tidak menyangka anda juga mengetahui hal kecil semacam ini."

Dengan senang tiasa Zelth menjelaskan apa yang sebenarnya telah terjadi.

"Begitu ya, aku juga turut senang melihatnya."

Dewi Gabriel tersenyum bahagia di tengah suasana yang ia buat sendiri dan di saat yang sama ia mengangkat salah satu tangannya seolah ingin menunjukan sesuatu.

Ketika semua orang memperhatikan gerakan tangan dari Dewi Gabriel secara ajaib langit-langit pagi di penuhi berbagai jenis kembang api yang mewarnai acara tersebut.

Untuk alasan tertentu Dewi Gabriel hanya ingin memperbaiki tanggapan mereka terhadap hal yang sebelumnya menjadikan semua orang bingung dan tegang.

"Hadirin semuanya!"

Di tengah kemeriahan tersebut Zelth mengajukan diri untuk mewakili Dewi Gabriel dalam membuka suara.

Sembari orang-orang menikmati momen yang telah di buat oleh Dewi Gabriel mereka juga memperhatikan Zelth yang berada di sampingnya bersama pelayan lainnya.

"Apa yang kalian lihat saat ini adalah sosok beliau yang sesungguhnya. Mungkin dari kalian pernah berpikir tentang penampilan beliau yang berbeda dari yang kalian ketahui, namun khusus penghormatan tahun ini beliau menempatkan diri dengan keinginannya untuk menampilkan langsung wujud beliau yang sesungguhnya. Perlu kalian ketahui, semua kedamaian yang hadirin-hadirin rasakan adalah wujud cinta kalian terhadap Dewi kami, maka dari itu--"

Secara mendadak pernyataan yang di sampaikan oleh Zelth terputuskan oleh suatu keadaan. Dimana ia melihat seorang bocah melewati batas jalan yang nantinya akan di lalui Dewi Gabriel beserta pelayannya. Perilaku yang di tunjukan oleh bocah tersebut memberikan kesan serius terhadap publik dan menjadikan perhatian bagi Dewi Gabriel karena tindakannya yang seolah menghalangi jalannya di tengah-tengah acara.

Tatapan serius di tunjukan oleh bocah tersebut yang berfokus di depan Dewi Gabriel. Di satu lain sisi bagi beberapa orang apa yang bocah tersebut perlihatkan adalah bukti penyampaian khusus bagi Dewi Gabriel.

Sebagai contohnya bocah tersebut mulai berjalan mendekati Dewi Gabriel dan mereka para pelayan yang bertugas mendampinginya tidak dapat menentang gerak-gerik bocah tersebut yang mereka pahami sendiri.

Ketika mereka berdua di pertemukan, Dewi Gabriel dengan senang hati memberikan jarak pandang lebih dekat agar dapat mendengarkan permohonannya.

"Ada apa... Pria kecil."

Sedikit suara dari Dewi Gabriel menjadikan pusat perhatian bagi semua orang.

"A-Anu... To-Tolong terima ini."

Namun apa yang Dewi Gabriel perhatikan dari bocah tersebut adalah keraguan saat memberikan sebuah hadiah kecil di tangannya, umumnya itu hal yang wajar bagi seorang bocah namun untuk alasan dari perasaan Dewi Gabriel sendiri justru membawakan ke khawatiran meski ia tidak tau kenapa alasan tersebut bisa muncul.

"Sebuah kotak kecil?"

Dewi Gabriel bergumam sekaligus memikirkan beberapa hal yang menjanggal di benaknya saat melihat bocah tersebut yang baginya mencurigakan meski ia sendiri tidak ingin memikirkan hal tersebut.

"Ah, terima kasih, dengan senang hati diriku menerimanya."

Mengabaikan firasat tersebut pada akhirnya Dewi Gabriel menerima pemberian tangan dari si kecil.

"Baiklah terima kasih pria kecil, semoga anda selalu di berikan berkah atas hadiah kecilmu, sekarang anda bisa kemba-"

Perkataan manis Zelth yang di sampaikan khusus untuk bocah tersebut sesaat tersendat oleh suatu perhatian, tepat saat melirik Dewi Gabriel yang mendadak merubah raut wajahnya menjadi sangat terkejut dengan mata yang terbuka lebar.

"Ada apa Dewi-"

"Semuanya! Cepat lidungi diriku! Beserta yang lain!"

Mereka semua terkejut dengan perintah Dewi Gabriel yang sangat mendadak.

Hingga...

*Bloommmm...!!*

Kurang dari 10 detik terjadi ledakan bom yang sangat luar biasa begitu kuatnya hingga menghasilkan suara yang meredup serta terpaan angin di sekitarnya.

Momen yang sangat di nanti-nantikan oleh semua orang kini menjadi bencana yang tak terduga di tengah acara yang bahkan belum saatnya menghela nafas.

5 menit kemudian...

Beberapa menit kedepan semua kekacauan yang di hasilkan oleh bom sebelumnya telah terhenti dengan kondisi kerajaan yang masih terselimuti asap hitam.

Namun di saat itu juga semua orang menyadari bahwa mereka masih memegang nyawa diri mereka masing-masing, padahal mereka baru saja menyaksikan peristiwa yang dekat dengan kematian.

Di samping itu sekali lagi orang-orang mengamati situasi di sekitarnya dan tidak ada hal aneh selain terciptanya sebuah kondisi dimana membuat mereka orang-orang sadar, telah menerima perlindungan dari Dewi Gabriel.

Situasi tersebut terpapar jelas di hadapan mereka yang menjelaskan bahwa keadaan yang hampir merenggut nyawa mereka secara mengejutkan telah terselamatkan berkat Dewi Gabriel beserta pelayannya yang berani menampung ledakan tersebut secara berkelompok.

Namun bukan berarti mereka menerima kondisi yang cukup baik setelah menerima ledakan super cepat di sertai tekanan yang begitu kuat, dalam kasus ini mereka para pelayan terpaksa mengorbankan zirah mereka atau mendapatkan luka yang lebih parah hanya untuk melindungi para warga.

"Dewi.. Apa anda baik-baik saja?"

Meski menerima kondisi fisik yang kacau Zelth memprioritaskan keadaan Dewi Gabriel lebih dari siapapun.

"Ya aku baik-baik saja, ledakan seperti itu hanya membuatku sedikit tergores. Tampaknya kau juga tidak menerima luka fatal yang serius, tapi... Tidak dengan yang lain."

Melihat para pelayan lainnya yang tak jauh dari pandanganya saat menyisakan berbagai luka berat turut membuat Dewi Gabriel merasa memperihatinkan, perasaan tersebut bagaikan buah hatinya sendiri.

"..... Saya pikir dari kita semua merekalah yang benar-benar mengkhawatirkan anda sekaligus rakyat, Dewiku."

Zelth tidak dapat mengatakan lebih dari ini karena baginya melindungi Dewi Gabriel sudalah kewajiban bagi mereka para pelayan, entah kondisi apapun selagi mereka berkorban demi mengutamakan visi dan misi mereka, Zelth tidak akan menanggapinya dengan lembut.

"Sepertinya kerajaan tidak menerima kehancuran apapun. Kalau begitu Zelth tolong kau bantu mereka kembali ke-"

"Tidak."

Terdengar sebuah perkataan dari salah satu pelayan yang menjadi korban terparah di bandingkan Zelth.

"Belt?"

Dewi Gabriel cukup terkejut saat mendengar jawabannya yang sejujurnya cukup melegahkan bisa mendengar respon salah seorang dari mereka.

"Ka-Kami baik-baik saja, kita tidak selemah itu hanya karena di jatuhi sebuah ledakan."

"Itu benar."

Dengan tekad Belt bersama yang lain mulai menegakan diri dari rasa sakit yang menggerogoti raga mereka.

"Yang di katakan mereka benar Dewiku. Tolong mengertilah, sekarang yang menjadi permasalahan adalah si bocah itu."

"Mengertilah?"

Dewi Gabriel bergumam dengan membawa kesedihan bercampur kekhawatirannya. Karena kebenarannya ia tidak dapat menerima takdir bila anaknya menemui ajal mereka.

"Bocah itu... Berani sekali, akan ku pastikan akan menghakiminya."

Amarah atas perilaku terhadap rekan-rekannya membuat Zelth benar-benar menahan dendam kepada bocah tersebut yang berusaha berlari terbirit-birit menjauh dari pandangan Dewi Gabriel.

"Tidak akan kubiarkan kau-"

"Tunggu."

Saat Zelth berkeinginan menggunakan sihir kepada bocah tersebut, sebuah tangan mencoba menahan tindakannya.

"De-Dewiku?"

"Ingat, jangan sekalipun kau menghakimi anak seusianya. Aku memiliki cara lain agar--"

*Srippp..*

Sekali lagi hal mengejutkan menimpa Dewi Gabriel, yang tanpa ia prediksi sebuah tombak telah menusuk bahunya dengan begitu cepat hingga mendapatkan luka untuk pertama kalinya sejak semua kejadian berlalu.

Semua orang yang berada di sekitarnya benar-benar di kejutkan dengan datangnya tombak tersebut.

"A-Apa ini?.. Aku.. Menerima luka?

Melihat keadaan dirinya sendiri Dewi Gabriel hanya menunjukan reaksi terkejut dan ketidak percayaannya.

"Siapa itu!?"

Zelth tidak dapat menerima keadaan yang menimpa Dewi Gabriel sehingga ia mencoba mencernah kembali kejadian dari mana tombak tersebut hadir, dan di saat itu juga Zelth mejumpai keberadaan yang bersemayan di langit-langit.

"Apa itu? Sosok Dewa? Tidak."

Semua orang yang menyaksikan keberadaan tersebut di buat bingung termasuk Dewi Gabriel yang tidak dapat menyampaikannya.

Seolah mereka sedang menyaksikan keberadaan lain yang menyerupai sosok Dewa di mata orang-orang, karena faktanya apa yang mereka semua temui menggambarkan sama persis dengan kepribadian Dewi Gabriel, hanya saja keberadaan tersebut memiliki perbedaan di bagian sayap.

"Siapa dia?.. Penutup kepala itu menutupi wajahnya. Namun... Perasaan apa ini, seolah dia adalah sosok yang kukenal karena hatinya yang selalu tulus menghormatiku."

Firasat-firasat tersebut menyelubungi hati Dewi Gabriel yang membuatnya merasa ragu untuk mempercayainya.

Dari semua keadaan tersebut Zelth beserta pelayan lainnya telah menunjukan taringnya yang tertuju kepada sosok di atas langit, mereka seakan siap menunjukan ketajaman dari senjata mereka.

"Tunggu kalian..!"

Dan lagi-lagi Dewi Gabriel menghentikan keputusan mereka untuk segera membalas tindakan yang telah menginjak harga diri Dewi mereka.

"Tolong jangan hentikan kami."

Ucap Zelth bersama dengan yang lain tampak menahan kesaraban mereka.

"Sebentar, ini mungkin hanya sekedar firasatku namun... Mungkin sosok tersebut adalah... Arkilah."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!