PBK Bab 20 - Istriku Berbeda

"Benar kamu memang bukan putra ku, bagaimana pun juga aku telah memberikan segalanya untuk mu. Jadi, bersikaplah seolah-olah kamu adalah anak ku!"

Vino tidak menjawab apapun pertanyaan David, ia keluar dari ruangan itu dan mencari keberadaan Zila. Di bukanya hampir semua pintu yang ada di dalam rumah itu, Vino menemukan Zila sedang berada di dalam sebuah kamar tidur bersama beberapa orang pelayan wanita yang menemaninya.

Vino mendekatinya dan menarik tangannya, membawa Zila segera pergi dari kediaman utama Orlando. Zila yang tidak mengerti apa-apa hanya bisa menurut saja saat Vino membawanya keluar dari rumah itu. Perlahan pegangan tangan Vino Zila lepaskan, sehingga Vino tersadar ia telah menggenggam tangan itu begitu lama. Vino khawatir sehingga membuatnya tidak bisa membiarkan Zila sedetikpun jauh darinya.

"Apa seseorang menyakitimu di dalam?" Kata itu yang pertama kali Vino ucapkan kepada Zila.

"Tidak, tidak seorang pun menyakiti ku." Jawab Zila sambil menggelengkan kepalanya.

"Segera hubungi aku jika lain kali ada seseorang yang tidak kamu kenal datang dan meminta untuk ikut. Ada hal yang tidak kamu ketahui dan aku tidak mau kamu terlibat."

Perkataan Vino membuat Zila tersenyum getir, ia melihat laki-laki itu. Zila memang sudah merasa kalau dirinya sudah terlibat.

"Aku bahkan terlibat saat pertama kali Anda memaksa untuk menikah, bagaimana bisa sekarang Anda berkata seperti itu?"

Zila tahu Vino tidak akan menjawab pertanyaannya. Zila pun kemudian mengalihkan pandangannya keluar jendela mobil. Sedangkan mobil terus berjalan membelah jalanan.

Zila dengan sejuta pertanyaan di hatinya, ia mencoba menerka-nerka setiap kejadian yang terjadi antara dirinya dengan Vino. Semua seperti kebetulan yang sempurna. Zila akhirnya terlelap di saat perjalanan pulang ke Villa. Ia terbuai indah dalam tidurnya.

Zila tidak menyadari Vino telah menggendongnya masuk ke dalam kamar. Di tidurkannya Zila dengan sangat pelan dan nyaman di atas ranjang. Ia telah mencoba untuk tidak tergoda tapi bentuk lekuk tubuh Zila yang selalu mengganggu pikirannya selama ini. Vino tidak tahan untuk tidak melakukannya sore itu.

Seperti di buai mimpi yang indah, Zila merasakan seseorang telah menyentuh dirinya, menikmatinya, hingga ia benar-benar sadar kalau itu bukanlah mimpi. Zila terbangun dan benar saja, Vino berada tepat di atasnya. Ia sebisa mungkin menolak.

"Menurutlah." Sebuah perintah yang Zila dengar dari mulut Vino membuat Zila seolah diam.

"Perjanjian kita masih berlaku kan?"

Ia membiarkan Vino melakukan dengan sesuka hatinya, hatinya menolak. Tapi, tubuhnya tidak bisa berbohong dengan semua rasa yang telah Vino berikan kepadanya sore itu.

Puas dengan semua yang telah ia lakukan kepada Zila, Vino lalu meninggalkan tubuh ramping itu di atas ranjang. Sisa nikmat masih menjalar di seluruh tubuhnya. Vino masuk ke kamar mandi dan mengguyur tubuhnya. Ia telah melakukannya lagi, ia tahu kalau Zila menginginkannya tapi bukan dengan dirinya, ia membayangkan seseorang yang ia cintai di masa lalu.

Kenan, nama itu masih melekat di dalam palung hati Zila. Masih tersusun rapi dalam memorinya semua kenangan dengannya. Vino, ia tahu akan hal itu. Haruskah ia jujur kepadanya tentang sebuah kebenaran? Ia takut kejujurannya justru tidak membuahkan hasil yang memuaskan. Ia takut akan menjadi bodoh dan kehilangan untuk yang kedua kalinya.

Zila menghapus sisa air mata di pipinya, ia pura-pura tertidur saat melihat Vino keluar dari kamar mandi. Entahlah, ia masih berharap pernikahan dengan Vino segera berakhir atau tidak. Zila belum tahu apa yang di inginkan hatinya saat ini. Vino sepertinya sungguh-sungguh dengan perasaannya. Vino bahkan memperlakukan dirinya lebih baik dari seorang ratu.

Kenan sepertinya tidak ikhlas membiarkannya jatuh cinta dengan laki-laki lain. Bayang-bayangnya terus menghantui, harusnya itu tidak perlu terjadi bukan? Masa lalu ya sudahlah biarkan saja pergi membawa kenangan. Ada masa depan yang harus Zila jalankan sekarang. Zila masih terbelenggu dengan bayangan semu masa lalunya.

Vino mendekatinya dan menaiki ranjang, ia tertidur di sampingnya. Zila yang belum sepenuhnya tidur, ia merasakan jantungnya mulai tidak seperti biasanya. Di dekat Vino ia merasakan jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya. Sebelumnya ia belum pernah merasakan ini, Zila berusaha mengontrol nafasnya, ia membuang semua bayangan yang baru saja terjadi antara dirinya dengan Vino.

Semua kejadian itu seperti terekam jelas di memorinya, Zila berusaha untuk tidak mengingatnya. Semakin ia mengingat semakin terasa jantungnya berdebar-debar. Zila tidak bisa tidur dengan tenang oleh perasaannya sendiri. Sementara di sampingnya, Vino mulai tidur dengan suara nafas yang pelan teratur, Zila mendengarnya. Zila tahu Vino telah tertidur kali ini.

Zila pun mulai bernafas lega, ia mencoba memejamkan matanya. Ia harus segera tidur agar malam yang menegangkan itu segera berakhir. Pagi akan segera datang dan Zila akan terbangun dari ranjang yang besar tapi terasa sangat sempit itu.

Vino mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk berwarna biru saat keluar dari kamar mandi, pandangannya ke Zila yang sejak tadi sudah bersiap-siap untuk ke toko bunga. Zila telah rapi dengan dres selutut berlengan. Rambutnya di gerai dan ia begitu terlihat anggun saat menyiapkan baju kerja untuk Vino. Zila tidak bisa tidur nyenyak sehingga bangun terlalu pagi. Ia pun segera mandi dan bersiap-siap sebelum Vino terbangun. Ia tidak tahu kalau saat ini Vino hampir tidak berkedip saat memandangnya.

"Rambutmu terlalu cantik jika di biarkan seperti ini." Zila kaget saat tiba-tiba Vino menyentuh rambutnya lembut. Diambilnya ikat rambut di sampingnya, Zila bahkan tidak percaya kalau Vino mengikat rambutnya dan jarak antara mereka kali ini terlalu dekat. Zila bisa merasakan jantungnya seperti tadi malam saat Vino berbaring di sampingnya.

"Kamu hanya boleh membukanya saat di rumah, aku tidak ingin laki-laki lain melihat kamu secantik tadi."

Dari mana datangnya malu saat Vino mengatakan kalau Zila terlihat cantik saat mengerai rambutnya. Benarkah? Iya, Zila tersipu dengan kalimat sederhana dari Vino. Ia merasa telah di rayu, entah kenapa dia mulai suka meskipun ia tahu kalau sedang di rayu oleh Vino.

Diam, Zila tidak bisa berkata apa-apa. Ia hanya diam tanpa berani menatap wajah Vino yang sedang ada di hadapannya. Zila mengalihkan pandangannya saat Vino akan menggunakan pakaiannya. Zila pura-pura sibuk dengan urusannya sendiri.

Zila tidak bisa diam saja saat Vino mengikat dasinya, Zila membantunya dan perlahan wajah Vino mendekati wajah manis Zila. Tanpa menolak, Vino telah memberikan ciuman di bibir Zila lembut. Zila tidak bisa menyembunyikan rasa kagetnya walaupun ia hanya bisa diam dan protes. Mereka berdua tertawa suasana dengan pikiran masing-masing.

Tok .. tok.. tok.

Ketukan pintu membuat mereka sadar bahwa telah terlalu lama berpandangan. Zila kemudian melepaskan tangan Vino dan segera membuka pintu kamar. Bi Sumi berdiri di sana.

"Nyonya muda, Tuan muda telah di tunggu oleh asisten Alan di bawah."

"Em, kami akan segera turun Bi."

"Baik Nyonya." Bi Sumi kembali dengan menundukkan kepalanya kepada Zila.

"Kenapa dia datang sepagi ini?" Vino bertanya pada Zila tapi Zila tidak memberikannya jawaban. Mereka pun segera turun dan menemui Alan.

Alan terlihat sedang duduk menunggunya di ruang tamu, tatapan Vino yang seolah ingin membunuh Alan saat itu juga. Beraninya asisten sialan ini mengganggu waktu berduaannya dengan Zila. Apakah ia sudah lelah bekerja? Iya, Alan memang datang di waktu kurang tepat, kali ini ia akan benar-benar menggadaikan jas dan dasinya untuk bertahan hidup.

"Maaf Tuan, ada hal penting yang sedang terjadi di perusahaan yang harus segera Tuan tahu."

"Kita bicara di kantor." Vino melirik Zila yang ada di sampingnya.

"Baik Tuan." Alan mengerti kalau Vino tidak ingin Zila mendengar pembicaraan mereka. Pasti ini masalah kemarin saat Vino secara sepihak membawa Zila pergi dari kediaman utama Orlando.

Dengan gaya santainya Vino berdiri sambil menyesap sesekali rokok yang ada di tangannya. Ia mendengarkan beberapa berita dari Alan yang sepertinya masalah sedikit serius dari perusahaan. Vino kemudian mematikan sisa rokok yang ia pegang di masukkannya puntung rokok itu ke dalam asbak. Vino kemudian mengatur nafasnya untuk berbicara dengan Alan.

Episodes
1 PBK Bab 1 - Kabar Buruk
2 PBK Bab 2 - Awal Pertemuan
3 PBK Bab 3 - Awal Rencana
4 PBK Bab 4 - Rasa Yang Tak Biasa
5 PBK Bab 5 - Sebuah Isyarat
6 PBK Bab 6 - Tekanan CEO Bucin Dan Dilema
7 PBK Bab 7 - Kenekatan Cinta
8 PBK Bab 8 - Rencana Yang Berhasil
9 PBK Bab 9 - Permintaan
10 PBK Bab 10 - Kejutan!
11 PBK Bab 11 - Dan Akhirnya Terjawab!
12 PBK Bab 12 - Panas Hati
13 PBK Bab 13 - Penjelasan
14 PBK Bab 14 - Bagian Dari Nafkah
15 PBK Bab 15 - Quality Time Berdua
16 PBK Bab 16 - Menahan Diri
17 PBK Bab 17 - Panik Mode On
18 PBK Bab 18 - Persimpangan Dilema
19 PBK Bab 19 - Kali Ini Benar-benar Ragu
20 PBK Bab 20 - Istriku Berbeda
21 PBK Bab 21 - Akan Kupertegas
22 PBK Bab 22 - Mengukir Kenangan
23 PBK Bab 23 - Sulit Ditebak
24 PBK Bab 24 - Galak Mode On
25 PBK Bab 25 - Tersiksa Masa Lalu
26 PBK Bab 26 - Celaka
27 PBK Bab 27 - Khawatir, Tidak Lebih
28 PBK Bab 28 - Sabar dan Tahan!
29 PBK Bab 29 - Melelahkan dan Menyakitkan
30 PBK Bab 30 - Siapa Alvino?
31 PBK Bab 31 - Mengungkap Tabir
32 PBK Bab 32 - Memastikan Kebenaran
33 PBK Bab 33 - Mencoba Bangkit Walaupun Sakit
34 PBK Bab 34 - Jangan Coba Menghindariku
35 PBK Bab 35 - Maju Kena, Mundur Kena
36 PBK Bab 36 - Back To Office
37 PBK Bab 37 - Pengakuan Alvino
38 PBK Bab 38 - Kedatangan Wanita Rubah
39 PBK Bab 39 - Janji Tulus Seorang Pria
40 PBK Bab 40 - Bermesraan
41 PBK Bab 41 - Duka Zila
42 PBK Bab 42 - Berjumpa
43 PBK Bab 43 - Penguntit
44 PBK Bab 44 - Suara Hati Vino
45 PBK Bab 45 - Suasana Rumah Yang Dirindukan
46 PBK Bab 46 - Wanita Iblis
47 PBK Bab 47 - Kedatangan
48 PBK Bab 48 - Firasat
49 PBK Bab 49 - Rasa Aneh
50 PBK Bab 50 - Rasa Cinta
51 PBK Bab 51 - Kedatangan Mike
52 PBK Bab 52 - Cemburu
53 PBK Bab 53 - Masalah Baru
54 PBK Bab 54 - Bermesraan
55 PBK Bab 55 - Menyesal Pun Tak Ada Gunanya
56 PBK Bab 56 - Kekacauan Di Pesta
57 PBK Bab 57 - I love You, My Wife
58 PBK Bab 58 - Banyak Jalan, Banyak Cara
59 PBK Bab 59 - Berkumpul
60 PBK Bab 60 - Obrolan Pagi Tiga Penghuni Rumah
61 PBK Bab 61 - Sahabat Lama
62 PBK Bab 62 - Menolak Cinta Lama
63 PBK Bab 63 - Perhatian Kecil
64 PBK Bab 64 - Mereka Sudah di Takdirkan!
65 PBK Bab 65 - Sudah Jangan Berharap!
66 PBK Bab 66 - Penculikan Yang di Rencana
67 PBK Bab 67 - Siapa Kau Harus Kutemukan!
68 PBK Bab 68 - Diculik
69 PBK Bab 69 - Penyerangan
70 PBK BAb 70 - Kehilangan Kesempatan Lagi
71 PBK Bab 71 - Kisah Yang Sebenarnya!
72 PBK Bab 72 - Dulu, Sekarang dan Nanti
73 PBK 73 - Berubah Labil
74 PBK Bab 74 - Sensitif
75 PBK Bab 75 - Vino Mellow
76 PBK Bab 76 - Galau
77 PBK Bab 77 - Selesaikan di Atas Ranjang
78 PBK Bab 78 - Ngidam Pribadi
79 PBK Bab 79 - Mengucap Ikrar Janji Suci
80 PROMO
Episodes

Updated 80 Episodes

1
PBK Bab 1 - Kabar Buruk
2
PBK Bab 2 - Awal Pertemuan
3
PBK Bab 3 - Awal Rencana
4
PBK Bab 4 - Rasa Yang Tak Biasa
5
PBK Bab 5 - Sebuah Isyarat
6
PBK Bab 6 - Tekanan CEO Bucin Dan Dilema
7
PBK Bab 7 - Kenekatan Cinta
8
PBK Bab 8 - Rencana Yang Berhasil
9
PBK Bab 9 - Permintaan
10
PBK Bab 10 - Kejutan!
11
PBK Bab 11 - Dan Akhirnya Terjawab!
12
PBK Bab 12 - Panas Hati
13
PBK Bab 13 - Penjelasan
14
PBK Bab 14 - Bagian Dari Nafkah
15
PBK Bab 15 - Quality Time Berdua
16
PBK Bab 16 - Menahan Diri
17
PBK Bab 17 - Panik Mode On
18
PBK Bab 18 - Persimpangan Dilema
19
PBK Bab 19 - Kali Ini Benar-benar Ragu
20
PBK Bab 20 - Istriku Berbeda
21
PBK Bab 21 - Akan Kupertegas
22
PBK Bab 22 - Mengukir Kenangan
23
PBK Bab 23 - Sulit Ditebak
24
PBK Bab 24 - Galak Mode On
25
PBK Bab 25 - Tersiksa Masa Lalu
26
PBK Bab 26 - Celaka
27
PBK Bab 27 - Khawatir, Tidak Lebih
28
PBK Bab 28 - Sabar dan Tahan!
29
PBK Bab 29 - Melelahkan dan Menyakitkan
30
PBK Bab 30 - Siapa Alvino?
31
PBK Bab 31 - Mengungkap Tabir
32
PBK Bab 32 - Memastikan Kebenaran
33
PBK Bab 33 - Mencoba Bangkit Walaupun Sakit
34
PBK Bab 34 - Jangan Coba Menghindariku
35
PBK Bab 35 - Maju Kena, Mundur Kena
36
PBK Bab 36 - Back To Office
37
PBK Bab 37 - Pengakuan Alvino
38
PBK Bab 38 - Kedatangan Wanita Rubah
39
PBK Bab 39 - Janji Tulus Seorang Pria
40
PBK Bab 40 - Bermesraan
41
PBK Bab 41 - Duka Zila
42
PBK Bab 42 - Berjumpa
43
PBK Bab 43 - Penguntit
44
PBK Bab 44 - Suara Hati Vino
45
PBK Bab 45 - Suasana Rumah Yang Dirindukan
46
PBK Bab 46 - Wanita Iblis
47
PBK Bab 47 - Kedatangan
48
PBK Bab 48 - Firasat
49
PBK Bab 49 - Rasa Aneh
50
PBK Bab 50 - Rasa Cinta
51
PBK Bab 51 - Kedatangan Mike
52
PBK Bab 52 - Cemburu
53
PBK Bab 53 - Masalah Baru
54
PBK Bab 54 - Bermesraan
55
PBK Bab 55 - Menyesal Pun Tak Ada Gunanya
56
PBK Bab 56 - Kekacauan Di Pesta
57
PBK Bab 57 - I love You, My Wife
58
PBK Bab 58 - Banyak Jalan, Banyak Cara
59
PBK Bab 59 - Berkumpul
60
PBK Bab 60 - Obrolan Pagi Tiga Penghuni Rumah
61
PBK Bab 61 - Sahabat Lama
62
PBK Bab 62 - Menolak Cinta Lama
63
PBK Bab 63 - Perhatian Kecil
64
PBK Bab 64 - Mereka Sudah di Takdirkan!
65
PBK Bab 65 - Sudah Jangan Berharap!
66
PBK Bab 66 - Penculikan Yang di Rencana
67
PBK Bab 67 - Siapa Kau Harus Kutemukan!
68
PBK Bab 68 - Diculik
69
PBK Bab 69 - Penyerangan
70
PBK BAb 70 - Kehilangan Kesempatan Lagi
71
PBK Bab 71 - Kisah Yang Sebenarnya!
72
PBK Bab 72 - Dulu, Sekarang dan Nanti
73
PBK 73 - Berubah Labil
74
PBK Bab 74 - Sensitif
75
PBK Bab 75 - Vino Mellow
76
PBK Bab 76 - Galau
77
PBK Bab 77 - Selesaikan di Atas Ranjang
78
PBK Bab 78 - Ngidam Pribadi
79
PBK Bab 79 - Mengucap Ikrar Janji Suci
80
PROMO

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!