"Bisakah kita bicara di dalam saja?"
"Em, baiklah. Apa tidak apa-apa kalau Pak Vino harus menunggu?"
"Dia tidak keberatan."
Zila dan Mona meninggalkan Vino yang masih di dalam mobil. Mereka berbicara berdua di dalam.
"Apa yang terjadi sebenarnya?"
"Maaf, La. Aku tidak bisa berbuat apa-apa saat Pak Vino membawa kamu pergi dalam keadaan tidak sadar." Mona menyesali kebodohannya.
"Orang-orang itu datang dan membawa kamu, saat aku akan mengejar. Asisten Alan melarangnya dan berjanji untuk tidak akan berbuat macam-macam kepada mu."
"Lalu?" Mona menceritakan semua kepada Zila. Pak Vino punya rencana sendiri dan tidak ada yang bisa membantah perintahnya termasuk Mona malam itu. Mereka menyuruh Mona untuk membuka baju Zila dan menyelimutinya. Kemudian Vino masuk sendiri. Tidak terjadi apa-apa Vino hanya mengambil sebuah gambar. Gambar yang ia gunakan untuk mengancam Zila agar mau menikah dengannya.
"Semua salah ku, La. Andai malam itu kita tidak datang ke sana dan aku tidak memaksa mu untuk ikut."
"Sudahlah, semua telah menjadi takdir."
Zila tidak menceritakan kalau dirinya dan Vino kini sudah menikah dan tinggal bersama. Jika Zila cerita, Mona akan memberitahu teman yang lainnya. mungkin pernikahan ini tidak akan lama, Vino telah berjanji untuk mempertimbangkan untuk bercerai. Jadi, tidak perlu memberitahu Mona soal pernikahannya.
Zila tidak bisa lama-lama, ia hanya ingin tahu kalau malam itu benar-benar tidak terjadi apa-apa antara dirinya dengan Vino. Ia akan menemui Mona lain kali. Berbicara banyak dan bercerita dengannya. Saat ini Vino telah menunggu, Zila tidak bisa di sana untuk waktu yang lama. Zila tidak ingin Mona mengetahui pernikahannya dengan Vino. Ia telah memutuskan untuk menutupinya dari Mona.
Bagaimana pun Mona adalah teman sekampungnya. Pasti ia akan cerita kepada orang-orang dan Paman bibinya akan segera tahu masalah ini. Zila tidak mau itu sampai terjadi. Zila cukup meminta Mona merahasiakan semua yang ia tahu kepada teman-temannya. Dan juga tidak memberitahu paman dan bibinya di kampung. Mona juga tidak punya keberanian jika berurusan dengan Vino. Ia telah dulu merahasiakan semuanya sebelum Zila memintanya.
"Aku pulang dulu, akan ku beritahu nanti di mana aku tinggal."
"Baiklah, aku harap kamu mempercayaiku."
Zila kemudian pergi dengan senyuman di bibirnya. Zila kembali masuk ke mobil dan mereka segera kembali ke Villa.
Vino telah meninggalkan kantor lebih awal dan semua yang tidak bisa di selesaikan lantaran harus pergi menemui Zila di toko. Alan lagi yang kena imbasnya, ia harus setia di samping bosnya dan juga mengatur semua agar tetap berjalan seperti yang Tuannya inginkan. Lagi-lagi dia yang harus bertanggung jawab untuk semua yang terbengkalai. Ia sering kali ngebatin tanpa harus protes.
Sepenting itukah Zila bagi Vino, sehingga pekerjaan apapun tidak lagi penting baginya. Urusan kantor dan perusahaan adalah nomor satu sebelumnya. Kini, Zila telah merubah musim dingin menjadi musim semi di hati Vino. Sebelumnya Alan tidak pernah melihat Vino bicara dengan nada lembut kepada seorang wanita apalagi sampai berkorban untuknya.
Luar biasa pikir Alan, meskipun Vino tidak pernah bercerita apapun tentang Zila kepada Alan. Tapi, ia yakin Zila pasti seseorang yang sangat spesial bagi Tuannya itu. Tidak penting kapan pertama Tuannya menemukan Zila, untungnya ia percaya bahwa cinta memang bisa merubah segalanya.
"Istirahatlah lebih dulu, aku akan menyelesaikan beberapa pekerjaan yang tertunda." Bahasa Vino saat berbicara dengan Zila tidak seperti saat ia bicara dengan orang lain bahkan dirinya.
Suaranya terdengar begitu lembut dan halus.
Alan melihat bagaimana tatapan Tuannya itu kepada Zila. Pandangannya, seolah ia tidak rela walau hanya sedetikpun untuk tidak menatapnya. Alan tahu Tuannya itu telah jatuh cinta.
Zila meninggalkan Vino dan Alan berdua di ruang tamu, Zila masuk ke kamar untuk mandi dan berganti pakaian. Saat Zila mengeringkan rambutnya ia melihat ke arah sofa tempat Vino setiap malam tidur. Ia tahu Vino tidak nyaman di sana. Kenapa Vino rela memberikannya tempat tidurnya dan ia harus tidur di sofa?
Padahal jika mau di Villa yang begitu besar itu banyak terdapat kamar yang kosong. Kenapa Vino lebih memilih untuk tidur di sofa itu. Seperti apapun usaha Vino untuk mendapatkan hati Zila, hati itu tetap membeku. Ia berpikir semua karena memang salahnya. Kenapa ia memaksa Zila untuk menikah dengannya, kalau ia menikah dengan wanita yang mencintainya pasti keadaannya tidak akan seperti ini.
Zila teringat bagaimana ia menolak untuk menikah dengan Vino. Tapi, laki-laki itu seperti tidak mau peduli. Ia tetap memaksa Zila dan saat ini jika ia menderita karena Zila, itu pasti karena kesalahannya sendiri. Vino terlalu egois dan tidak mau mendengarkan perkataan orang lain. Biarkan saja ia menikmati penderitaannya.
Lihat saja tidak semua urusannya dapat di selesaikan dengan Alan. Buktinya, tidak ada yang gak tahu bos mereka telah tidur di sofa semalaman. Ia bahkan tidak bangun tanpa mengeluh demi cintanya. Benar, seseorang akan terlihat bodoh saat jatuh cinta. Tapi, bagi Vino itu bukan kebodohan melainkan adalah ketulusan dan pengorbanan, itu tidak seberapa, jika jantungnya bisa ia berikan maka ia dengan mudah pasti akan memberikannya.
Tidak ada yang bisa menebak seseorang, saat ia terlihat begitu beringas sebenarnya ia telah begitu untuk sebuah kelembutan. Mungkin bibirnya enggan meminta tapi hatinya tidak bisa menolak. Hati Vino telah lama butuh akan cinta. Seperti musim panas yang berkepanjangan ia begitu haus untuk di cintai. Andai saja cinta Zila bisa ia berikan saat ini Vino menjadi laki-laki yang paling bahagia di muka bumi.
Hati, tidak bisakah sedikit mengalah demi sebuah ke egoisan untuk memiliki. Bisakah sedikit melunak dan menerima rasa yang sebenarnya begitu tulus dan suci. Hati Zila masih enggan menerima, ia masih berada di antara bongkahan batu es yang membeku. Ia tidak dapat merasakan kehangatan hati seorang Vino yang begitu ingin memilikinya.
Tok .. tok .. tok.
Suara ketukan pintu membangunkan Zila dari lamunannya, ia meninggalkan semua tentang Vino saat pandangan berhenti tertuju pada sofa tempat tidur laki-laki yang kini menjadi suaminya itu. Zila menekan dan menarik handle pintu kamar. Bi Sumi telah berada di hadapannya.
"Nyonya muda, jangan melupakan makan malam mu."
"Aku akan segera turun dan makan malam."
Bi Sumi menundukkan kepalanya dan tersenyum lalu pergi. Sementara Vino belum keluar dari ruangannya dan Zila hanya makan malam sendirian.
Saat sendiri di meja makan, Zila melirik kursi kosong yang ada di depannya. Biasanya laki-laki itu dengan gagah duduk di singgasana kepemilikannya, menikmati makannya tanpa bersuara. Sesekali ia akan melihat Zila yang hanya tertunduk diam di hadapannya.
Zila tiba-tiba memikirkan Vino, laki-laki itu. Ia selalu semaunya membuat orang lain menjadi seperti yang ia inginkan. Mengambil tanpa meminta dan memberi tanpa bertanya. Ia sungguh angkuh dan sangat menyebalkan. Zila segera menyelesaikan makan malamnya yang hanya di temani Bi Sumi. Ia kembali ke kamar saat sudah selesai makan.
Di ruang kerjanya, Vino tidak tahan untuk berlama-lama di sana. Ia sebenarnya ingin menguji Zila, apakah ia akan bertanya atau tidak saat dirinya tidak ada. tapi, Zila tidak mengatakan apapun kepada Bi Sumi dan hanya menyelesaikan makan malamnya.
Vino memasuki kamarnya dan melihat Zila sedang berbaring di ranjang sambil memainkan ponselnya. Vino tidak tahan untuk tidak bicara padanya tapi ia tahu Zila pasti menjawab seadanya. Membiarkannya melakukan apapun tanpa protes.
Vino pergi ke kamar mandi dan mulai mengguyur seluruh tubuhnya dengan air hangat sehingga membuat pikirannya menjadi lebih rileks. Ia menanyakan Zila saat menggunakan baju dalaman yang ada di keranjang baju kotor di dalam kamar mandi.
Saat Vino melepas bajunya ia tidak sengaja melihatnya. Seketika pikirannya menari dengan liar dan mengganggunya. Lama di dalam kamar mandi untuk meredam perasaannya. Zila yang merasakan keanehan merasa curiga dan mencoba peduli tapi ia tahu ini justru akan salah. Zila mengurungkan niatnya dan hanya menunggu Vino kembali. Saat pintu kamar mandi itu terbuka Zila pura-pura tidak melihat kehadiran Vino dan hanya fokus terhadap ponselnya.
***
~Happy Reading 😘
Jangan lupa tinggalkan jejaknya yah 😊
Jangan lupa bantu vote dan gif nya🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments