PBK Bab 5 - Sebuah Isyarat

Alan berdiri di sana, ia selalu setia sama Tuannya. Alan ingin bertanya soal calon istri yang Tuannya maksud. Namun, sebaiknya Alan menunggu Tuannya itu yang lebih awal menceritakan hal ini. Alan tahu ini adalah masalah yang sangat sensitif. Alan tidak ingin menyinggung Tuannya.

Vino menyesap rokoknya, ia berjalan ke arah jendela dan terlihat berpikir sesuatu.

"Bawa dia untuk ku!"

Alan mengernyitkan alisnya bingung, siapa yang tuannya maksud kali ini?

"Maaf Tuan. Siapa yang Tuan muda maksud?"

Vino menoleh ke arah Alan yang masih bingung. Vino berjalan beberapa langkah dan berdiri di sana.

"Zila!"

Apa yang di maksud Tuan muda sebagai calon istrinya itu adalah Zila?

Pertanyaan itu terlintas di benak Alan, walaupun begitu Alan tidak mau mempertanyakan hal itu.

"Bawa dia untuk ku!" Perkataan Vino tegas dan tidak bisa di bantah.

"Baik Tuan."

Alan pergi untuk menemui Zila ke ruangan cleaning servis. Dua orang laki-laki di belakangnya. Mereka berdua selalu siap menerima perintah dari Alan kapan saja. Karena ini adalah tugas perdana dan Alan belum bisa memprediksi resiko yang akan ia terima jika membuat kesalahan pada hal ini, Alan memilih untuk terjun sendiri tanpa mengandalkan anak buahnya.

"Di mana dia?"

"Maaf Pak, anda sedang mencari siapa?" Tanya Eka yang saat melihat kedatangan Alan langsung berdiri.

"Zila!"

Semua orang di ruangan itu melihat ke arah Zila. Pikiran semua teman-temannya sama.

Kesalahan apa yang telah Zila lakukan sehingga Alan asisten Vino itu datang langsung ke ruangan mereka. sesuatu yang langka terjadi di kantor itu. Biasanya seseorang akan memanggilnya ke ruangan itu dan merekalah yang datang ke ruangan Pak asisten.

Zila mendekat ke arah Alan dan ikut pergi bersamanya. Bukan hanya teman-temannya yang di liput pertanyaan, Zila juga bertanya-tanya dalam hatinya. Apa yang telah dirinya lakukan sehingga ia di cari oleh asisten pribadi bos. Apakah dua hari bertugas membersihkan ruangan bosnya ia melakukan kesalahan? Entahlah.

Saat mereka memasuki ruangan Vino laki-laki itu sedang menunggu mereka. Karena tidak ada perintah untuk keluar dari ruangan tuannya Alan tetap berdiri seperti biasa dan melihat semua yang hari ini membuatnya mempunyai banyak pertanyaan.

Zila masih berdiri di depan Alan, Vino kemudian mendekati dirinya. Di tatapnya gadis itu, jarak di antara mereka hanya beberapa centi saja. Zila melihat ke arah Alan. Sebuah anggukan kecil dari Alan mengisyaratkan dirinya untuk tetap tenang dan tidak ada masalah apapun.

"Menikahlah denganku!"

Degh!

Zila merasa tubuhnya sedang di sambar petir, ia tidak pernah bermimpi menjadi istri seorang CEO.

"Maaf, Pak. Kalau anda ingin becanda tidak masalah tapi ini tidak lucu." Perkataan Zila membuat Vino mendekat satu langkah ke depan.

Tapi, Zila justru mundur satu langkah menghindari jarak yang begitu dekat antara dirinya dengan Vino.

"Apa aku terlihat sedang becanda?" Kalimat pertanyaan sekaligus penegas bahwa kata-kata sebelumnya tidak ada yang salah.

"Maaf, Pak. Untuk bisa bekerja di sini dengan posisi yang tidak terlalu di pandang oleh orang lain adalah sesuatu yang sangat berharga untuk saya. Apalagi memiliki bos yang baik seperti anda. Satu paket yang mungkin tidak saya temui di luar sana." Zila tertunduk dan terdiam sejenak.

"Saya cukup tahu diri, Pak. Tidak mungkin saya selancang itu." Zila melanjutkan kata-katanya.

"Jika saya yang menginginkan kamu, apa kamu akan menolak?"

Mungkinkah bosnya ini minum terlalu banyak. Ia pasti sedang meracau pikir Zila. Baru saja ia mendengar gosip tentang bosnya yang menolak beberapa wanita cantik termasuk wanita yang datang ke kantor pagi tadi.

Zila bertemu dengannya, wanita itu terlihat sangat cantik dan nyaris sempurna. Wanita seperti itu saja dia tolak, bagaimana wanita di bawah rata-rata berani bermimpi bisa bersanding dengan bosnya itu. Hal yang seperti kejadian tadi pagi kata teman-teman Zila, itu sudah sering terjadi.

"Mungkin anda salah orang, Pak. Saya harus menjelaskan siapa diri saya kepada anda. Saya adalah seorang office girl yang bekerja merangkap cleaning servis. Saya tidak setara dengan anda."

Alan melihat Zila yang saat itu menolak Tuannya sopan. Alan memang sepemikiran dengan Zila. Tapi, Alan mengenal siapa Tuannya itu. Ia tidak akan mengulangi kata-katanya jika hal itu bukan masalah yang penting.

"Pikirkan baik-baik, saya menginginkan kamu dan ..." Vino menggantungkan kata-katanya.

Vino menyentuh dagu Zila lembut, menyadari hal itu Zila langsung menepis tangan Vino.

"Maaf, Pak. Apa ada hal lain yang ingin anda katakan. Saya masih banyak kerjaan." Perkataan Zila membuat Vino tersenyum. Jadi wanita ini tidak mudah di dapatkan pikir Vino. Karena Vino terdiam. Zila menganggap dirinya sudah bisa keluar dari ruangan itu.

"Nona sebaiknya anda tidak menyinggung Tuan muda!" Alan memperingati Zila saat hendak keluar membuka pintu ruangan itu.

Vino mengangkat tangannya tanda perintah kepada Alan untuk membiarkan Zila pergi.

Zila telah kembali dari ruangan Vino, teman-temannya menunggunya dan melempari bermacam-macam pertanyaan tapi satu pun tidak ada yang Zila jawab. Ia berpikir bosnya hari itu sedang mabuk atau mungkin salah minum obat. Zila memutuskan untuk tidak mengatakan apapun kepada teman-temannya.

Ia memilih bersiap untuk pulang karena hari sudah mulai sore. Semua pegawai kantor sudah meninggalkan gedung yang menjulang tinggi itu. Zila dan Mona telah tiba di kost mereka. Mandi dan mencoba untuk mengobrol sedikit. Zila memilih untuk melupakan semua yang terjadi hari ini di kantor. Ia tidak menganggap serius ucapan bosnya.

Sedangkan Mona penasaran kejadian apa yang telah membuat Zila sampai di panggil oleh bos mereka. Mona lebih dulu kerja di sana. Belum pernah ia secara pribadi bertemu dengan orang nomor satu di kantor tempat ia bekerja. Meskipun penasaran Mona tetap tidak menanyakan apapun kepada Zila. Mona lebih memilih untuk tidur.

Zila menatap langit-langit di kamar kost miliknya. Ia tidak bisa tidur kali ini. Ia mengenang kembali kejadian delapan tahun lalu. Saat kekasihnya pergi untuk selamanya, meninggalkan rasa rindu teramat dalam hati Zila hingga saat ini. Ia tidak mampu melupakan kekasih masa lalunya. Belum ada laki-laki yang bisa menempati ruang terdalam di hati Zila.

Meskipun telah memutuskan hubungan dengan Kenan sebelum keberangkatannya ke Amerika untuk menemui Ayahnya, nyatanya Zila masih setia menunggu Kenan hingga kini. Kenan telah di nyatakan salah satu korban kecelakaan pesawat delapan tahun yang lalu. Hati Zila tetap sama seperti awal ia jatuh cinta kepada Kenan. Kenan adalah sahabat kecil Zila.

Kenan, atas dorongan permintaan Ibunya ia pergi menemui ayahnya yang saat itu berada di Amerika. Saat itu Kenan yang baru selesai menyelesaikan kuliahnya tidak memiliki pilihan lain, selain menuruti ibunya yang sakit-sakitan. Kepergiannya yang sampai detik ini.

Saat Zila hendak memejamkan matanya untuk tidur, buliran air matanya menetes mengingat kisah cinta di masa lalu.

Satu-satunya yang meninggalkan keindahan itu hanya kenangan manis. Selain itu, yang pergi selalu menyisakan luka.

Luka di hati Zila yang belum bisa terobati. Menangis Mengadu hanya pada malam, hanya malam tanpa suara yang memahami dan membiarkannya menangis tanpa bertanya. Kenan tidak ingin membuatnya menunggu dan menunda kebahagiaan demi dirinya yang tidak tahu kapan akan kembali. Ia mengakhiri hubungan yang sejujurnya masih ingin Zila pertahankan.

Takdir berkata lain, Kenan justru menjadi korban jatuhnya sebuah pesawat dan telah di nyatakan meninggal dunia. Jika masih di berikan kesempatan bertemu lagi, Zila hanya ingin mengatakan bahwa ia begitu rindu. Walaupun hanya lewat mimpi. Zila terlelap dan berpelukan dengan luka di hatinya.

Malam itu telah berlalu, matahari pagi menerobos diantara celah gedung yang menjulang tinggi di kota Jakarta. Zila telah menyelesaikan tugasnya pagi ini. Ia kembali ke loket penyimpanan barang karyawan yang berada khusus di sebuah ruangan.

Saat ia menutup loket penyimpanannya, Zila kaget dengan kehadiran seorang pria di sampingnya.

Bagaimana mungkin seorang pimpinan perusahaan berdiri di sana. Belum pernah dalam sejarah kepimpinannya mendatangi sebuah ruangan khusus karyawan. Vino berdiri di belakangnya.

***

Episodes
1 PBK Bab 1 - Kabar Buruk
2 PBK Bab 2 - Awal Pertemuan
3 PBK Bab 3 - Awal Rencana
4 PBK Bab 4 - Rasa Yang Tak Biasa
5 PBK Bab 5 - Sebuah Isyarat
6 PBK Bab 6 - Tekanan CEO Bucin Dan Dilema
7 PBK Bab 7 - Kenekatan Cinta
8 PBK Bab 8 - Rencana Yang Berhasil
9 PBK Bab 9 - Permintaan
10 PBK Bab 10 - Kejutan!
11 PBK Bab 11 - Dan Akhirnya Terjawab!
12 PBK Bab 12 - Panas Hati
13 PBK Bab 13 - Penjelasan
14 PBK Bab 14 - Bagian Dari Nafkah
15 PBK Bab 15 - Quality Time Berdua
16 PBK Bab 16 - Menahan Diri
17 PBK Bab 17 - Panik Mode On
18 PBK Bab 18 - Persimpangan Dilema
19 PBK Bab 19 - Kali Ini Benar-benar Ragu
20 PBK Bab 20 - Istriku Berbeda
21 PBK Bab 21 - Akan Kupertegas
22 PBK Bab 22 - Mengukir Kenangan
23 PBK Bab 23 - Sulit Ditebak
24 PBK Bab 24 - Galak Mode On
25 PBK Bab 25 - Tersiksa Masa Lalu
26 PBK Bab 26 - Celaka
27 PBK Bab 27 - Khawatir, Tidak Lebih
28 PBK Bab 28 - Sabar dan Tahan!
29 PBK Bab 29 - Melelahkan dan Menyakitkan
30 PBK Bab 30 - Siapa Alvino?
31 PBK Bab 31 - Mengungkap Tabir
32 PBK Bab 32 - Memastikan Kebenaran
33 PBK Bab 33 - Mencoba Bangkit Walaupun Sakit
34 PBK Bab 34 - Jangan Coba Menghindariku
35 PBK Bab 35 - Maju Kena, Mundur Kena
36 PBK Bab 36 - Back To Office
37 PBK Bab 37 - Pengakuan Alvino
38 PBK Bab 38 - Kedatangan Wanita Rubah
39 PBK Bab 39 - Janji Tulus Seorang Pria
40 PBK Bab 40 - Bermesraan
41 PBK Bab 41 - Duka Zila
42 PBK Bab 42 - Berjumpa
43 PBK Bab 43 - Penguntit
44 PBK Bab 44 - Suara Hati Vino
45 PBK Bab 45 - Suasana Rumah Yang Dirindukan
46 PBK Bab 46 - Wanita Iblis
47 PBK Bab 47 - Kedatangan
48 PBK Bab 48 - Firasat
49 PBK Bab 49 - Rasa Aneh
50 PBK Bab 50 - Rasa Cinta
51 PBK Bab 51 - Kedatangan Mike
52 PBK Bab 52 - Cemburu
53 PBK Bab 53 - Masalah Baru
54 PBK Bab 54 - Bermesraan
55 PBK Bab 55 - Menyesal Pun Tak Ada Gunanya
56 PBK Bab 56 - Kekacauan Di Pesta
57 PBK Bab 57 - I love You, My Wife
58 PBK Bab 58 - Banyak Jalan, Banyak Cara
59 PBK Bab 59 - Berkumpul
60 PBK Bab 60 - Obrolan Pagi Tiga Penghuni Rumah
61 PBK Bab 61 - Sahabat Lama
62 PBK Bab 62 - Menolak Cinta Lama
63 PBK Bab 63 - Perhatian Kecil
64 PBK Bab 64 - Mereka Sudah di Takdirkan!
65 PBK Bab 65 - Sudah Jangan Berharap!
66 PBK Bab 66 - Penculikan Yang di Rencana
67 PBK Bab 67 - Siapa Kau Harus Kutemukan!
68 PBK Bab 68 - Diculik
69 PBK Bab 69 - Penyerangan
70 PBK BAb 70 - Kehilangan Kesempatan Lagi
71 PBK Bab 71 - Kisah Yang Sebenarnya!
72 PBK Bab 72 - Dulu, Sekarang dan Nanti
73 PBK 73 - Berubah Labil
74 PBK Bab 74 - Sensitif
75 PBK Bab 75 - Vino Mellow
76 PBK Bab 76 - Galau
77 PBK Bab 77 - Selesaikan di Atas Ranjang
78 PBK Bab 78 - Ngidam Pribadi
79 PBK Bab 79 - Mengucap Ikrar Janji Suci
Episodes

Updated 79 Episodes

1
PBK Bab 1 - Kabar Buruk
2
PBK Bab 2 - Awal Pertemuan
3
PBK Bab 3 - Awal Rencana
4
PBK Bab 4 - Rasa Yang Tak Biasa
5
PBK Bab 5 - Sebuah Isyarat
6
PBK Bab 6 - Tekanan CEO Bucin Dan Dilema
7
PBK Bab 7 - Kenekatan Cinta
8
PBK Bab 8 - Rencana Yang Berhasil
9
PBK Bab 9 - Permintaan
10
PBK Bab 10 - Kejutan!
11
PBK Bab 11 - Dan Akhirnya Terjawab!
12
PBK Bab 12 - Panas Hati
13
PBK Bab 13 - Penjelasan
14
PBK Bab 14 - Bagian Dari Nafkah
15
PBK Bab 15 - Quality Time Berdua
16
PBK Bab 16 - Menahan Diri
17
PBK Bab 17 - Panik Mode On
18
PBK Bab 18 - Persimpangan Dilema
19
PBK Bab 19 - Kali Ini Benar-benar Ragu
20
PBK Bab 20 - Istriku Berbeda
21
PBK Bab 21 - Akan Kupertegas
22
PBK Bab 22 - Mengukir Kenangan
23
PBK Bab 23 - Sulit Ditebak
24
PBK Bab 24 - Galak Mode On
25
PBK Bab 25 - Tersiksa Masa Lalu
26
PBK Bab 26 - Celaka
27
PBK Bab 27 - Khawatir, Tidak Lebih
28
PBK Bab 28 - Sabar dan Tahan!
29
PBK Bab 29 - Melelahkan dan Menyakitkan
30
PBK Bab 30 - Siapa Alvino?
31
PBK Bab 31 - Mengungkap Tabir
32
PBK Bab 32 - Memastikan Kebenaran
33
PBK Bab 33 - Mencoba Bangkit Walaupun Sakit
34
PBK Bab 34 - Jangan Coba Menghindariku
35
PBK Bab 35 - Maju Kena, Mundur Kena
36
PBK Bab 36 - Back To Office
37
PBK Bab 37 - Pengakuan Alvino
38
PBK Bab 38 - Kedatangan Wanita Rubah
39
PBK Bab 39 - Janji Tulus Seorang Pria
40
PBK Bab 40 - Bermesraan
41
PBK Bab 41 - Duka Zila
42
PBK Bab 42 - Berjumpa
43
PBK Bab 43 - Penguntit
44
PBK Bab 44 - Suara Hati Vino
45
PBK Bab 45 - Suasana Rumah Yang Dirindukan
46
PBK Bab 46 - Wanita Iblis
47
PBK Bab 47 - Kedatangan
48
PBK Bab 48 - Firasat
49
PBK Bab 49 - Rasa Aneh
50
PBK Bab 50 - Rasa Cinta
51
PBK Bab 51 - Kedatangan Mike
52
PBK Bab 52 - Cemburu
53
PBK Bab 53 - Masalah Baru
54
PBK Bab 54 - Bermesraan
55
PBK Bab 55 - Menyesal Pun Tak Ada Gunanya
56
PBK Bab 56 - Kekacauan Di Pesta
57
PBK Bab 57 - I love You, My Wife
58
PBK Bab 58 - Banyak Jalan, Banyak Cara
59
PBK Bab 59 - Berkumpul
60
PBK Bab 60 - Obrolan Pagi Tiga Penghuni Rumah
61
PBK Bab 61 - Sahabat Lama
62
PBK Bab 62 - Menolak Cinta Lama
63
PBK Bab 63 - Perhatian Kecil
64
PBK Bab 64 - Mereka Sudah di Takdirkan!
65
PBK Bab 65 - Sudah Jangan Berharap!
66
PBK Bab 66 - Penculikan Yang di Rencana
67
PBK Bab 67 - Siapa Kau Harus Kutemukan!
68
PBK Bab 68 - Diculik
69
PBK Bab 69 - Penyerangan
70
PBK BAb 70 - Kehilangan Kesempatan Lagi
71
PBK Bab 71 - Kisah Yang Sebenarnya!
72
PBK Bab 72 - Dulu, Sekarang dan Nanti
73
PBK 73 - Berubah Labil
74
PBK Bab 74 - Sensitif
75
PBK Bab 75 - Vino Mellow
76
PBK Bab 76 - Galau
77
PBK Bab 77 - Selesaikan di Atas Ranjang
78
PBK Bab 78 - Ngidam Pribadi
79
PBK Bab 79 - Mengucap Ikrar Janji Suci

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!