PBK Bab 8 - Rencana Yang Berhasil

Zila tidak tahan untuk menangis, kenapa Mona sahabatnya tidak ada di sana, kenapa meninggalkannya. Zila memeluk kedua lututnya dan membenamkan wajahnya. Hatinya perih, memikirkan sesuatu hal yang buruk sering terjadi padanya.

Langkah kaki seseorang terdengar mendekatinya, Zila tidak berani melihat siapa yang datang. Langkah kaki itu semakin dekat dan berhenti tepat di hadapannya.

"Pakailah bajumu?" Sebuah suara yang sangat familiar akhir-akhir ini.

Zila mengangkat wajahnya dan menatap laki-laki yang ada di hadapannya itu.

"Apa yang sudah Bapak lakukan kepada saya?" Suaranya terdengar parau karena sedang menangis.

"Sudah kukatakan sebelumnya, bukan. Jangan biarkan aku menggunakan cara yang kasar!"

Zila terdiam menatap lurus ke depan. Ia tidak menyangka kalau bosnya itu memang benar-benar tidak waras. Ia melakukan segala cara untuk mendapatkan apapun yang ia inginkan.

"Patuhlah kali ini! Karena tubuh mulus mu itu telah aku miliki." Kata Vino sambil membungkukkan badannya berbicara pelan kepada Zila.

PLAKK ..

Tamparan ini adalah yang kedua kalinya, wajah Zila terlihat merah padam menahan emosinya.

"Kali ini bunuh lah aku, untuk membayar rasa sakit di wajah anda, Pak!"

Vino mengusap luka di sudut bibirnya, darah segar kembali menetes. Vino mendekat pada Zila yang saat itu masih duduk di ranjang.

"Apa yang akan anda lakukan?"

Vino hanya terdiam tapi terus mendekati wajahnya pada Zila.

"Tampar lah jika itu yang bisa membuat hati mu puas!"

"Apa anda sudah kehilangan akal, kenapa melakukan hal ini pada ku? Hiks .. hiks." Tangisnya pecah.

Ia menangisi sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Semua Vino lakukan untuk membuat Zila menjadi penurut kepadanya setelah kejadian ini.

"Tawaran saya masih berlaku sampai detik ini. Jadi, bagaimana?"

"Jadi cara licik ini anda gunakan untuk menjebak saya agar mau menikah dengan anda?"

"Tidak ada cara lain, kamu sudah di dapatkan." Kata Vino santai.

"Saya tidak akan menikah dengan anda, apapun yang akan terjadi."

"Baiklah, kalau begitu. Setelah seluruh teman-teman kamu mengetahuinya tentang malam ini. Selanjutnya Paman dan Bibi mu, akan melihatnya juga."

Vino mengeluarkan ponsel dari saku jasnya, menekan beberapa tombol di layar ponsel itu.

"Baiklah, kita tunggu setelah ini apa yang akan terjadi?"

"Tunggu!"

Vino melihat ke arah Zila, ia melihat betapa malangnya nasib gadis lugu dan polos namun cantik ini. Vino tidak memiliki pilihan lain. Cara ini akan berhasil pikirnya.

"Jangan beri tahu Paman dan Bibi hal ini!" Suaranya pelan hampir tidak terdengar oleh Vino.

Vino menganggap itu sebagai kata setuju kalau Zila mau menikah dengannya. Vino meninggalkan Zila di kamar itu dengan senyuman penuh kemenangan. Sementara Zila, buliran air matanya masih membasahi pipinya.

Di luar ruangan itu beberapa penjagaan telah di lakukan. Alan juga berada di sana menunggu perintah selanjutnya dari Tuannya. Hotel ini juga milik Indorama group, tidak ada yang bisa menekan dirinya di manapun ia berada.

"Siapkan pernikahan untuk saya, pernikahan ini secara tertutup saya tidak akan mengundang laki-laki tua itu untuk datang."

"Baik, Tuan. Alan sebagai kaki tangannya langsung menyiapkan pernikahan untuk Vino dan Zila. Ini masih pukul 04: 00 dini hari, pernikahan akan di lakukan setelah hari mulai terang.

Matahari masih bersembunyi di balik tebalnya awan hitam, mendung hari ini telah mewakili perasaan Zila. Seseorang dari ahlinya telah merias wajahnya dan memakaikannya sebuah gaun pengantin. Di sebuah ruangan lain, Vino juga telah bersiap-siap dengan setelan jasnya. Alan bersamanya.

Seorang penghulu sudah menunggu di ruangan yang berbeda, pernikahan itu di atur sesederhana mungkin. Kedua mempelai, beberapa saksi, termasuk Alan dan Pak Penghulu.

Vino melirik wanita yang sedang duduk di sampingnya itu. Ia tahu hatinya. Namun, apa yang Vino lakukan sudah ia pikirkan resikonya.

Dengan satu tarikan nafas Vino mengucapkannya dengan lantang. Tidak ada kendala apapun. Pernikahan dirinya dengan Zila sudah sah. Mereka kini suami istri. Saat Vino mencium keningnya, Zila justru merasakan sosok Kenan pada diri Vino, Zila memejamkan matanya, menikmati perasaannya. Alangkah bahagianya jika laki-laki yang saat ini menikahinya itu adalah Kenan, laki-laki yang ia cintai.

Setelah acara pernikahan itu selesai, Vino tidak membawa Zila pulang ke kediaman ayahnya. Vino membawanya ke sebuah Villa yang beberapa hari yang lalu pernah mereka datangi. Di halaman Villa mobil yang mereka kendarai berhenti. Alan membukakan pintu untuk Tuannya dan Zila.

Sepanjang perjalanan pulang tidak ada sepatah katapun yang Zila ucapkan. Di dalam mobil ia memilih untuk membuang muka ke jendela. Vino faham perasaannya ia tidak mau mempermasalahkan apapun dengan Zila saat ini. Bisa membawanya pulang ke Villa saja itu sudah cukup.

Seorang wanita paruh baya menyambut kedatangan mereka di pintu Villa, dia adalah Bi Sumi atau kesehariannya di panggil Bi Sum, penjaga Villa yang jarang sekali Vino kunjungi.

Villa ini tidak terlalu jauh dari kota hanya dua jam perjalanan mobil. Vino sengaja membawa Zila ke sini, Vino butuh banyak waktu untuk berdua dengan Zila. Vino mengantisipasi agar ayahnya tidak ikut campur untuk sementara waktu dengan pernikahannya.

"Antar dia ke kamar, Bi!"

"Baik, Tuan."

Bi Sumi mengantar Zila ke sebuah kamar yang waktu itu pernah ia masuki, Zila pernah ke sini sebelumnya tapi tidak bertemu dengan Bi Sumi.

"Mari, Non. Bibi antar ke kamar!"

Tanpa menjawab Zila mengikuti langkah Bi Sumi. Tangan Bi Sumi yang lembut menyentuh gagang pintu dan membukanya untuk Zila.

"Silahkan, Non. Bibi tinggal dulu ke dapur untuk menyiapkan makan malam."

Bi Sumi pergi meninggalkan Zila sendirian di dalam kamar itu.

Berdiri di depan jendela melihat pemandangan di luar yang di penuhi pepohonan yang menjulang tinggi beberapa di antara bangunan yang gaya bangunannya sama seperti Villa milik keluarga Orlando.

Pemandangan ini membawa Zila kepada kampung halamannya. Meskipun tidak terlihat sama dengan bangunan rumah di desa paman dan bibinya, cuaca di tempat itu terasa sama.

Krek!

Seseorang telah membuka pintu kamar itu dari luar, Zila menoleh ke arahnya. Vino berjalan mendekatinya. Ia membawa sebuah kertas di tangannya. Kertas itu lalu di berikan kepada Zila dengan gaya santainya ia berkata kepada Zila.

"Tulis di kertas itu semua keinginan mu, berikan pada ku nanti." Tanpa menjawab apapun Zila mengambil kertas itu lalu mengabaikan Vino.

"Jangan biarkan aku menunggu terlalu lama, turunlah untuk sarapan!"

Vino kemudian meninggalkan Zila yang masih berdiri di depan jendela. Semalam Vino membiarkan Zila tidur sendiri di kamar itu. Setelah Bi Sumi mengantar Zila masuk ke dalam kamar, Vino tidak lagi menemuinya.

Setelah beberapa lama menunggu di meja makan, Vino tidak melihat tanda-tanda kalau Zila turun dari kamarnya untuk sarapan. Vino lalu berangkat ke kantor bersama Alan yang sudah menunggunya sejak tadi. Suara deru mobil pun terdengar telah meninggalkan halaman Villa. Alan melihat raut wajah bosnya yang tenang tanpa ekspresi.

Sebuah ketukan pintu membangunkan Zila dari lamunannya, di lihatnya kertas yang Vino berikan kepadanya. Di letakkannya di atas meja dan Zila membuka pintu kamar itu. Di lihatnya sosok wanita dengan sanggul sederhana membawa nampan berisi piring makanan dan segelas minuman untuk di berikan kepada Zila.

"Bibi tidak perlu repot-repot, jika lapar saya bisa mengambilnya sendiri." Bi Sumi tersenyum mendengar perkataan istri tuan mudanya itu. Bi Sumi meletakkan nampan itu di sebuah meja yang terdapat di kamar itu.

"Nyonya muda, ini adalah tugas saya, jangan sungkan."

'Apa tadi yang ia katakan? Nyonya muda?'

'Panggilan macam apa itu, panggilan yang sangat tidak cocok untuknya.'

"Bi, panggil saja saya Zila, itu terdengar lebih akrab." Zila mulai mau di ajak bicara dengan wanita yang di panggilnya Bibi itu.

"Tidak bisa Nyonya muda. Tuan muda akan marah jika mendengar saya memanggil Nyonya muda dengan sebutan itu." Kata Bi Sumi menjelaskan.

Zila terdiam, ia sadar betul bahwa aturan di sini pasti di kendalikan penuh oleh Vino.

"Silahkan Nyonya, Tuan muda menyuruh saya untuk memastikan Nyonya sarapan sebelum beliau pulang."

***

Halo readers🥰🥰

Nantikan kelanjutan PBK nya yah😊😊 jangan lupa tinggalkan jejak juga ya😘😘

Terpopuler

Comments

sella surya amanda

sella surya amanda

lanjut

2024-03-13

0

Renesme

Renesme

Sulitnya menaklukkan seorang hati wanita yang memegang prinsip idealis yang kuat untuk menjaga kehormatan dan harga dirinya.

2024-03-12

2

atik

atik

semangat Vino meluluhkan hati Zila

2024-03-12

0

lihat semua
Episodes
1 PBK Bab 1 - Kabar Buruk
2 PBK Bab 2 - Awal Pertemuan
3 PBK Bab 3 - Awal Rencana
4 PBK Bab 4 - Rasa Yang Tak Biasa
5 PBK Bab 5 - Sebuah Isyarat
6 PBK Bab 6 - Tekanan CEO Bucin Dan Dilema
7 PBK Bab 7 - Kenekatan Cinta
8 PBK Bab 8 - Rencana Yang Berhasil
9 PBK Bab 9 - Permintaan
10 PBK Bab 10 - Kejutan!
11 PBK Bab 11 - Dan Akhirnya Terjawab!
12 PBK Bab 12 - Panas Hati
13 PBK Bab 13 - Penjelasan
14 PBK Bab 14 - Bagian Dari Nafkah
15 PBK Bab 15 - Quality Time Berdua
16 PBK Bab 16 - Menahan Diri
17 PBK Bab 17 - Panik Mode On
18 PBK Bab 18 - Persimpangan Dilema
19 PBK Bab 19 - Kali Ini Benar-benar Ragu
20 PBK Bab 20 - Istriku Berbeda
21 PBK Bab 21 - Akan Kupertegas
22 PBK Bab 22 - Mengukir Kenangan
23 PBK Bab 23 - Sulit Ditebak
24 PBK Bab 24 - Galak Mode On
25 PBK Bab 25 - Tersiksa Masa Lalu
26 PBK Bab 26 - Celaka
27 PBK Bab 27 - Khawatir, Tidak Lebih
28 PBK Bab 28 - Sabar dan Tahan!
29 PBK Bab 29 - Melelahkan dan Menyakitkan
30 PBK Bab 30 - Siapa Alvino?
31 PBK Bab 31 - Mengungkap Tabir
32 PBK Bab 32 - Memastikan Kebenaran
33 PBK Bab 33 - Mencoba Bangkit Walaupun Sakit
34 PBK Bab 34 - Jangan Coba Menghindariku
35 PBK Bab 35 - Maju Kena, Mundur Kena
36 PBK Bab 36 - Back To Office
37 PBK Bab 37 - Pengakuan Alvino
38 PBK Bab 38 - Kedatangan Wanita Rubah
39 PBK Bab 39 - Janji Tulus Seorang Pria
40 PBK Bab 40 - Bermesraan
41 PBK Bab 41 - Duka Zila
42 PBK Bab 42 - Berjumpa
43 PBK Bab 43 - Penguntit
44 PBK Bab 44 - Suara Hati Vino
45 PBK Bab 45 - Suasana Rumah Yang Dirindukan
46 PBK Bab 46 - Wanita Iblis
47 PBK Bab 47 - Kedatangan
48 PBK Bab 48 - Firasat
49 PBK Bab 49 - Rasa Aneh
50 PBK Bab 50 - Rasa Cinta
51 PBK Bab 51 - Kedatangan Mike
52 PBK Bab 52 - Cemburu
53 PBK Bab 53 - Masalah Baru
54 PBK Bab 54 - Bermesraan
55 PBK Bab 55 - Menyesal Pun Tak Ada Gunanya
56 PBK Bab 56 - Kekacauan Di Pesta
57 PBK Bab 57 - I love You, My Wife
58 PBK Bab 58 - Banyak Jalan, Banyak Cara
59 PBK Bab 59 - Berkumpul
60 PBK Bab 60 - Obrolan Pagi Tiga Penghuni Rumah
61 PBK Bab 61 - Sahabat Lama
62 PBK Bab 62 - Menolak Cinta Lama
63 PBK Bab 63 - Perhatian Kecil
64 PBK Bab 64 - Mereka Sudah di Takdirkan!
65 PBK Bab 65 - Sudah Jangan Berharap!
66 PBK Bab 66 - Penculikan Yang di Rencana
67 PBK Bab 67 - Siapa Kau Harus Kutemukan!
68 PBK Bab 68 - Diculik
69 PBK Bab 69 - Penyerangan
70 PBK BAb 70 - Kehilangan Kesempatan Lagi
71 PBK Bab 71 - Kisah Yang Sebenarnya!
72 PBK Bab 72 - Dulu, Sekarang dan Nanti
73 PBK 73 - Berubah Labil
74 PBK Bab 74 - Sensitif
75 PBK Bab 75 - Vino Mellow
76 PBK Bab 76 - Galau
77 PBK Bab 77 - Selesaikan di Atas Ranjang
78 PBK Bab 78 - Ngidam Pribadi
79 PBK Bab 79 - Mengucap Ikrar Janji Suci
80 PROMO
Episodes

Updated 80 Episodes

1
PBK Bab 1 - Kabar Buruk
2
PBK Bab 2 - Awal Pertemuan
3
PBK Bab 3 - Awal Rencana
4
PBK Bab 4 - Rasa Yang Tak Biasa
5
PBK Bab 5 - Sebuah Isyarat
6
PBK Bab 6 - Tekanan CEO Bucin Dan Dilema
7
PBK Bab 7 - Kenekatan Cinta
8
PBK Bab 8 - Rencana Yang Berhasil
9
PBK Bab 9 - Permintaan
10
PBK Bab 10 - Kejutan!
11
PBK Bab 11 - Dan Akhirnya Terjawab!
12
PBK Bab 12 - Panas Hati
13
PBK Bab 13 - Penjelasan
14
PBK Bab 14 - Bagian Dari Nafkah
15
PBK Bab 15 - Quality Time Berdua
16
PBK Bab 16 - Menahan Diri
17
PBK Bab 17 - Panik Mode On
18
PBK Bab 18 - Persimpangan Dilema
19
PBK Bab 19 - Kali Ini Benar-benar Ragu
20
PBK Bab 20 - Istriku Berbeda
21
PBK Bab 21 - Akan Kupertegas
22
PBK Bab 22 - Mengukir Kenangan
23
PBK Bab 23 - Sulit Ditebak
24
PBK Bab 24 - Galak Mode On
25
PBK Bab 25 - Tersiksa Masa Lalu
26
PBK Bab 26 - Celaka
27
PBK Bab 27 - Khawatir, Tidak Lebih
28
PBK Bab 28 - Sabar dan Tahan!
29
PBK Bab 29 - Melelahkan dan Menyakitkan
30
PBK Bab 30 - Siapa Alvino?
31
PBK Bab 31 - Mengungkap Tabir
32
PBK Bab 32 - Memastikan Kebenaran
33
PBK Bab 33 - Mencoba Bangkit Walaupun Sakit
34
PBK Bab 34 - Jangan Coba Menghindariku
35
PBK Bab 35 - Maju Kena, Mundur Kena
36
PBK Bab 36 - Back To Office
37
PBK Bab 37 - Pengakuan Alvino
38
PBK Bab 38 - Kedatangan Wanita Rubah
39
PBK Bab 39 - Janji Tulus Seorang Pria
40
PBK Bab 40 - Bermesraan
41
PBK Bab 41 - Duka Zila
42
PBK Bab 42 - Berjumpa
43
PBK Bab 43 - Penguntit
44
PBK Bab 44 - Suara Hati Vino
45
PBK Bab 45 - Suasana Rumah Yang Dirindukan
46
PBK Bab 46 - Wanita Iblis
47
PBK Bab 47 - Kedatangan
48
PBK Bab 48 - Firasat
49
PBK Bab 49 - Rasa Aneh
50
PBK Bab 50 - Rasa Cinta
51
PBK Bab 51 - Kedatangan Mike
52
PBK Bab 52 - Cemburu
53
PBK Bab 53 - Masalah Baru
54
PBK Bab 54 - Bermesraan
55
PBK Bab 55 - Menyesal Pun Tak Ada Gunanya
56
PBK Bab 56 - Kekacauan Di Pesta
57
PBK Bab 57 - I love You, My Wife
58
PBK Bab 58 - Banyak Jalan, Banyak Cara
59
PBK Bab 59 - Berkumpul
60
PBK Bab 60 - Obrolan Pagi Tiga Penghuni Rumah
61
PBK Bab 61 - Sahabat Lama
62
PBK Bab 62 - Menolak Cinta Lama
63
PBK Bab 63 - Perhatian Kecil
64
PBK Bab 64 - Mereka Sudah di Takdirkan!
65
PBK Bab 65 - Sudah Jangan Berharap!
66
PBK Bab 66 - Penculikan Yang di Rencana
67
PBK Bab 67 - Siapa Kau Harus Kutemukan!
68
PBK Bab 68 - Diculik
69
PBK Bab 69 - Penyerangan
70
PBK BAb 70 - Kehilangan Kesempatan Lagi
71
PBK Bab 71 - Kisah Yang Sebenarnya!
72
PBK Bab 72 - Dulu, Sekarang dan Nanti
73
PBK 73 - Berubah Labil
74
PBK Bab 74 - Sensitif
75
PBK Bab 75 - Vino Mellow
76
PBK Bab 76 - Galau
77
PBK Bab 77 - Selesaikan di Atas Ranjang
78
PBK Bab 78 - Ngidam Pribadi
79
PBK Bab 79 - Mengucap Ikrar Janji Suci
80
PROMO

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!