Zila tidak tahan untuk menangis, kenapa Mona sahabatnya tidak ada di sana, kenapa meninggalkannya. Zila memeluk kedua lututnya dan membenamkan wajahnya. Hatinya perih, memikirkan sesuatu hal yang buruk sering terjadi padanya.
Langkah kaki seseorang terdengar mendekatinya, Zila tidak berani melihat siapa yang datang. Langkah kaki itu semakin dekat dan berhenti tepat di hadapannya.
"Pakailah bajumu?" Sebuah suara yang sangat familiar akhir-akhir ini.
Zila mengangkat wajahnya dan menatap laki-laki yang ada di hadapannya itu.
"Apa yang sudah Bapak lakukan kepada saya?" Suaranya terdengar parau karena sedang menangis.
"Sudah kukatakan sebelumnya, bukan. Jangan biarkan aku menggunakan cara yang kasar!"
Zila terdiam menatap lurus ke depan. Ia tidak menyangka kalau bosnya itu memang benar-benar tidak waras. Ia melakukan segala cara untuk mendapatkan apapun yang ia inginkan.
"Patuhlah kali ini! Karena tubuh mulus mu itu telah aku miliki." Kata Vino sambil membungkukkan badannya berbicara pelan kepada Zila.
PLAKK ..
Tamparan ini adalah yang kedua kalinya, wajah Zila terlihat merah padam menahan emosinya.
"Kali ini bunuh lah aku, untuk membayar rasa sakit di wajah anda, Pak!"
Vino mengusap luka di sudut bibirnya, darah segar kembali menetes. Vino mendekat pada Zila yang saat itu masih duduk di ranjang.
"Apa yang akan anda lakukan?"
Vino hanya terdiam tapi terus mendekati wajahnya pada Zila.
"Tampar lah jika itu yang bisa membuat hati mu puas!"
"Apa anda sudah kehilangan akal, kenapa melakukan hal ini pada ku? Hiks .. hiks." Tangisnya pecah.
Ia menangisi sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Semua Vino lakukan untuk membuat Zila menjadi penurut kepadanya setelah kejadian ini.
"Tawaran saya masih berlaku sampai detik ini. Jadi, bagaimana?"
"Jadi cara licik ini anda gunakan untuk menjebak saya agar mau menikah dengan anda?"
"Tidak ada cara lain, kamu sudah di dapatkan." Kata Vino santai.
"Saya tidak akan menikah dengan anda, apapun yang akan terjadi."
"Baiklah, kalau begitu. Setelah seluruh teman-teman kamu mengetahuinya tentang malam ini. Selanjutnya Paman dan Bibi mu, akan melihatnya juga."
Vino mengeluarkan ponsel dari saku jasnya, menekan beberapa tombol di layar ponsel itu.
"Baiklah, kita tunggu setelah ini apa yang akan terjadi?"
"Tunggu!"
Vino melihat ke arah Zila, ia melihat betapa malangnya nasib gadis lugu dan polos namun cantik ini. Vino tidak memiliki pilihan lain. Cara ini akan berhasil pikirnya.
"Jangan beri tahu Paman dan Bibi hal ini!" Suaranya pelan hampir tidak terdengar oleh Vino.
Vino menganggap itu sebagai kata setuju kalau Zila mau menikah dengannya. Vino meninggalkan Zila di kamar itu dengan senyuman penuh kemenangan. Sementara Zila, buliran air matanya masih membasahi pipinya.
Di luar ruangan itu beberapa penjagaan telah di lakukan. Alan juga berada di sana menunggu perintah selanjutnya dari Tuannya. Hotel ini juga milik Indorama group, tidak ada yang bisa menekan dirinya di manapun ia berada.
"Siapkan pernikahan untuk saya, pernikahan ini secara tertutup saya tidak akan mengundang laki-laki tua itu untuk datang."
"Baik, Tuan. Alan sebagai kaki tangannya langsung menyiapkan pernikahan untuk Vino dan Zila. Ini masih pukul 04: 00 dini hari, pernikahan akan di lakukan setelah hari mulai terang.
Matahari masih bersembunyi di balik tebalnya awan hitam, mendung hari ini telah mewakili perasaan Zila. Seseorang dari ahlinya telah merias wajahnya dan memakaikannya sebuah gaun pengantin. Di sebuah ruangan lain, Vino juga telah bersiap-siap dengan setelan jasnya. Alan bersamanya.
Seorang penghulu sudah menunggu di ruangan yang berbeda, pernikahan itu di atur sesederhana mungkin. Kedua mempelai, beberapa saksi, termasuk Alan dan Pak Penghulu.
Vino melirik wanita yang sedang duduk di sampingnya itu. Ia tahu hatinya. Namun, apa yang Vino lakukan sudah ia pikirkan resikonya.
Dengan satu tarikan nafas Vino mengucapkannya dengan lantang. Tidak ada kendala apapun. Pernikahan dirinya dengan Zila sudah sah. Mereka kini suami istri. Saat Vino mencium keningnya, Zila justru merasakan sosok Kenan pada diri Vino, Zila memejamkan matanya, menikmati perasaannya. Alangkah bahagianya jika laki-laki yang saat ini menikahinya itu adalah Kenan, laki-laki yang ia cintai.
Setelah acara pernikahan itu selesai, Vino tidak membawa Zila pulang ke kediaman ayahnya. Vino membawanya ke sebuah Villa yang beberapa hari yang lalu pernah mereka datangi. Di halaman Villa mobil yang mereka kendarai berhenti. Alan membukakan pintu untuk Tuannya dan Zila.
Sepanjang perjalanan pulang tidak ada sepatah katapun yang Zila ucapkan. Di dalam mobil ia memilih untuk membuang muka ke jendela. Vino faham perasaannya ia tidak mau mempermasalahkan apapun dengan Zila saat ini. Bisa membawanya pulang ke Villa saja itu sudah cukup.
Seorang wanita paruh baya menyambut kedatangan mereka di pintu Villa, dia adalah Bi Sumi atau kesehariannya di panggil Bi Sum, penjaga Villa yang jarang sekali Vino kunjungi.
Villa ini tidak terlalu jauh dari kota hanya dua jam perjalanan mobil. Vino sengaja membawa Zila ke sini, Vino butuh banyak waktu untuk berdua dengan Zila. Vino mengantisipasi agar ayahnya tidak ikut campur untuk sementara waktu dengan pernikahannya.
"Antar dia ke kamar, Bi!"
"Baik, Tuan."
Bi Sumi mengantar Zila ke sebuah kamar yang waktu itu pernah ia masuki, Zila pernah ke sini sebelumnya tapi tidak bertemu dengan Bi Sumi.
"Mari, Non. Bibi antar ke kamar!"
Tanpa menjawab Zila mengikuti langkah Bi Sumi. Tangan Bi Sumi yang lembut menyentuh gagang pintu dan membukanya untuk Zila.
"Silahkan, Non. Bibi tinggal dulu ke dapur untuk menyiapkan makan malam."
Bi Sumi pergi meninggalkan Zila sendirian di dalam kamar itu.
Berdiri di depan jendela melihat pemandangan di luar yang di penuhi pepohonan yang menjulang tinggi beberapa di antara bangunan yang gaya bangunannya sama seperti Villa milik keluarga Orlando.
Pemandangan ini membawa Zila kepada kampung halamannya. Meskipun tidak terlihat sama dengan bangunan rumah di desa paman dan bibinya, cuaca di tempat itu terasa sama.
Krek!
Seseorang telah membuka pintu kamar itu dari luar, Zila menoleh ke arahnya. Vino berjalan mendekatinya. Ia membawa sebuah kertas di tangannya. Kertas itu lalu di berikan kepada Zila dengan gaya santainya ia berkata kepada Zila.
"Tulis di kertas itu semua keinginan mu, berikan pada ku nanti." Tanpa menjawab apapun Zila mengambil kertas itu lalu mengabaikan Vino.
"Jangan biarkan aku menunggu terlalu lama, turunlah untuk sarapan!"
Vino kemudian meninggalkan Zila yang masih berdiri di depan jendela. Semalam Vino membiarkan Zila tidur sendiri di kamar itu. Setelah Bi Sumi mengantar Zila masuk ke dalam kamar, Vino tidak lagi menemuinya.
Setelah beberapa lama menunggu di meja makan, Vino tidak melihat tanda-tanda kalau Zila turun dari kamarnya untuk sarapan. Vino lalu berangkat ke kantor bersama Alan yang sudah menunggunya sejak tadi. Suara deru mobil pun terdengar telah meninggalkan halaman Villa. Alan melihat raut wajah bosnya yang tenang tanpa ekspresi.
Sebuah ketukan pintu membangunkan Zila dari lamunannya, di lihatnya kertas yang Vino berikan kepadanya. Di letakkannya di atas meja dan Zila membuka pintu kamar itu. Di lihatnya sosok wanita dengan sanggul sederhana membawa nampan berisi piring makanan dan segelas minuman untuk di berikan kepada Zila.
"Bibi tidak perlu repot-repot, jika lapar saya bisa mengambilnya sendiri." Bi Sumi tersenyum mendengar perkataan istri tuan mudanya itu. Bi Sumi meletakkan nampan itu di sebuah meja yang terdapat di kamar itu.
"Nyonya muda, ini adalah tugas saya, jangan sungkan."
'Apa tadi yang ia katakan? Nyonya muda?'
'Panggilan macam apa itu, panggilan yang sangat tidak cocok untuknya.'
"Bi, panggil saja saya Zila, itu terdengar lebih akrab." Zila mulai mau di ajak bicara dengan wanita yang di panggilnya Bibi itu.
"Tidak bisa Nyonya muda. Tuan muda akan marah jika mendengar saya memanggil Nyonya muda dengan sebutan itu." Kata Bi Sumi menjelaskan.
Zila terdiam, ia sadar betul bahwa aturan di sini pasti di kendalikan penuh oleh Vino.
"Silahkan Nyonya, Tuan muda menyuruh saya untuk memastikan Nyonya sarapan sebelum beliau pulang."
***
Halo readers🥰🥰
Nantikan kelanjutan PBK nya yah😊😊 jangan lupa tinggalkan jejak juga ya😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
sella surya amanda
lanjut
2024-03-13
0
Renesme
Sulitnya menaklukkan seorang hati wanita yang memegang prinsip idealis yang kuat untuk menjaga kehormatan dan harga dirinya.
2024-03-12
2
atik
semangat Vino meluluhkan hati Zila
2024-03-12
0