PBK Bab 19 - Kali Ini Benar-benar Ragu

Apa Vino begitu menyukai bunga sehingga ia dengan khusus membuat kebun bunga. Atau itu alasan Vino saat memberinya sebuah toko bunga?

Iya, Zila berpikir kalau Vino dan dirinya sama-sama jatuh cinta pada bunga. Ia mengitari kebun bunga itu dan tanpa ia sadari Vino telah melihatnya dari jendela kamar yang arahnya langsung ke tempat di mana Zila berdiri.

Tanpa berkedip Vino memperhatikan Zila yang sedang menikmati keindahan bunga-bunga yang bermekaran di sana. Setelah beberapa lama Zila di sana, ia akhirnya menyadari Vino telah melihat dirinya. Kemudian Zila pun memikirkan sesuatu yang ingin ia tanyakan kepada Vino. Zila bergegas naik ke lantai dua dan mencari sosok Vino.

Ia melihat Vino yang sedang ingin melepaskan perban untuk menggantinya. Zila pun segera mendekatinya dan membantu Vino. Dengan pelan-pelan Zila membuka dan mengganti perbannya. Zila terkejut melihat bekas luka yang sebelumnya ia pernah lihat sekilas di tangan Vino.

"Sejak kapan anda memilikinya, bekas luka ini?"

"Ah, sudah sangat lama." Vino segera menarik tangannya dan menyudahi perbannya.

"Aku akan segera ke ruang kerja ku?"

Vino seperti mencari sebuah alasan untuk menghindari kecurigaan Zila.

"Tunggu ..! Bisakah aku menanyakan sesuatu pada mu?"

"Khemm, tentu saja. Tapi, jika yang ingin kamu tanyakan adalah perihal perceraian kita. Aku belum ingin membahasnya."

"Apa anda mengenal Kenan?"

"Untuk apa bertanya soal pria yang telah mati, dia sudah tidak di dunia ini. Jadi, lupakan saja dia."

Perkataan Vino membuat hati Zila menjadi terasa teriris, perkataan itu sering ia dengar dari keluarga ataupun teman-temannya yang lain.

"Untuk apa masih memikirkan seseorang yang telah meninggal, bukankah dia sudah tidak ada lagi di dunia ini?"

Zila bahkan telah mendengar kalimat itu ribuan kali.

Tadi pagi saat Vino demam dan saat Zila mencarikan beberapa alat untuk membantunya menurunkan demamnya. Sebelum kedatangan Dokter Ryu tangan Zila tidak sengaja mengenai dompet kulit yang Vino letakkan di atas nakas. Karena terbentur dengan lantai, dari dompet itu keluar sebuah struk, bukti kirim sejumlah uang kepada seseorang yang Zila tentu sangat mengenalnya.

Apa hubungan Vino dengan orang tersebut, apakah ia mengenal baik Kenan atau mungkin kerabatnya yang dulu tidak pernah Kenan ceritakan? Mendengar perkataan Vino, ia mengurungkan niatnya untuk bertanya. Vino bahkan tahu kalau Kenan telah meninggal. Apa semua itu Vino menyuruh orang untuk mencari tahu identitas dirinya. Tentu sangat mudah bagi seorang Vino untuk melakukan hal itu.

Zila masih berdiri dan memikirkan perihal struk bukti pengiriman itu. Vino mengirim sejumlah uang kepada Bu Pangesty Saman yang biasa akrab di sapa Bu Tyas adalah seorang yang mungkin saat ini umurnya telah memasuki umur 60 tahun. Wanita yang dulunya akrab dengan orang tua Zila, iya sebelum Zila pindah ke kampung halaman paman dan bibinya ia sering menengok wanita tua itu di rumahnya.

Setelah tiga tahun kepergian orang tuanya dan itu adalah tahun terberat bagi Zila, di mana Kenan di kabarkan menjadi salah satu korban pesawat yang jatuh saat ia pergi untuk menemui ayahnya. Setelah itu Zila tidak lagi bertemu dengan Tyas karena Zila harus pindah ke rumah paman dan bibinya di kampung.

Bu Tyas adalah sahabat kedua orang tuanya, sekaligus ibu dari Kenan. Sudah lama rasanya tidak bertemu dengan dia, Zila tiba-tiba merindukan sosok Tyas, wanita dengan paras cantik yang sekarang mungkin telah menua. Ia kembali memikirkan apakah Kenan mengenalnya atau Pangesty yang tertera di struk itu Pangesty yang lain.

"Bagaimana bisa kebetulan seperti ini?" Gumam Zila.

Banyak hal yang kebetulan, Vino tiba-tiba memberikannya sebuah toko bunga yang di mana dulu ia hanya bilang kepada Kenan kalau ia punya cukup uang, maka Zila akan membuat sebuah toko bunga yang akan ia kelola sendiri nantinya. Di mana mimpi itu telah di wujudkan oleh Vino.

Bekas luka itu, bagaimana bisa Vino memiliki bekas luka yang sama dengan Kenan, aneh, semuanya membuat Zila berpikir apakah ini semua kebetulan saja. Vino, siapa sebenarnya dia?

Ia datang dengan segala keegoisannya, memaksa dan menyayangi Zila. Ia mencoba mencerna semua yang telah terjadi tapi justru semua membuatnya menjadi semakin ragu.

Zila kemudian duduk di ranjang dan melihat kembali struk itu, iya nama itu jelas sama. Haruskah Zila menemui Bu Tyas untuk bertanya hal ini? Ah, dia tidak punya keberanian untuk itu. Vino tidak akan mengizinkannya untuk pergi sejauh itu.

Setelah kepergian Vino dari toko bunga, Zila melihat lagi sebuah kertas yang dari kemarin ia simpan di dalam tasnya, pandangannya tertuju pada mobil Vino yang semakin lama semakin samar terlihat. Zila mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam toko.

Vino yang saat itu sedang di perjalanan ke kantor ia terus melihat layar ponselnya, ia tidak pernah bosan menatap wajah Zila yang terlihat jelas sedang memperbaiki letak dan bentuk bunga-bunga di dalam toko dari kamera pengawas. Saat Vino meletakkan ponselnya ia tiba-tiba melihat seseorang yang mencurigakan sedang berbicara dengan Zila. Di lihatnya baik-baik dengan seksama, sepertinya Vino mengenali sosok yang datang, ia pun langsung menyuruh supirnya untuk kembali ke toko.

Alan tentu saja bingung dengan sikap Tuannya, apakah yang terjadi sampai seorang Vino begitu sangat khawatir. Namun, Alan hanya menurut tanpa bertanya apapun, Alan tahu pasti sesuatu telah terjadi. Meskipun ada meeting penting hari ini, Alan tetap memilih untuk mengikuti perintah Tuannya tanpa protes.

"Percepat!" Vino menyuruh supirnya mempercepat lagi laju mobil.

Baru kali ini Alan melihat Tuannya gusar, ia tidak seperti biasanya yang terlihat tenang dalam segala situasi. Kali ini urusannya menyangkut Zila, wanita yang ia nikahi paksa itu.

Vino membuka pintu mobil dan segera berlari ke arah pintu. Tidak ada Zila di sana, seseorang tadi telah membawanya pergi.

"Sial, beraninya dia!"

Vino mengumpat seolah tahu siapa yang telah membawa Zila pergi. Ia kembali ke mobil dan kembali ke kantor. Ia telah memerintahkan Alan untuk mengirim anak buahnya mengikuti dan mencari tahu keberadaan Zila. Ia tahu David tidak mungkin menyakiti Zila. Vino hanya mengkhawatirkan Zila yang pasti akan merasa tidak nyaman saat bertemu dengan pria tua yang belum pernah ia temui sebelumnya.

Vino menyesap rokoknya, ia melihat beberapa kali ke arlojinya, seperti sedang menunggu kedatangan seseorang. Di waktu yang sama juga seseorang datang melapor kepadanya. Vino berdiri dengan salah satu tangannya di dalam saku celananya. Tangan kanannya masih memegang puntung rokok yang beberapa saat kemudian ia masukkan ke dalam asbak.

Vino melihat ke arah laki-laki dengan badan tegap di sampingnya, ia terlihat tenang dan santai. Meskipun pikirannya mungkin tidak setenang yang terlihat tapi Vino memilih untuk terlihat seperti baik-baik saja sambil terus memutar otaknya sambil mencari solusi dari laporan yang ia dapatkan.

"Sore ini, ketatkan penjagaan saat menuju ke kediaman utama."

"Baik Tuan, sesuai perintah anda."

David membawa Zila ke kediaman utama, membawanya dengan sebuah alasan yang sedikitpun tidak membuatnya tersakiti. Vino sudah mengenal David dengan segala ke angkuhannya. Ia pasti memiliki niat tertentu, Vino sudah menduga ini sejak awal.

Apapun yang David lakukan kepada Zila jika semua itu membuat Zila tersakiti Vino pasti tidak akan tinggal diam. Terlepas siapapun David, Vino tidak akan main-main jika semua menyangkut tentang Zila. Vino memerintahkan Alan dan beberapa anak buahnya datang ke kediaman utama keluarga Orlando. Sedangkan Vino ia masuk terlebih dahulu.

Vino memasuki ruangan yang di dalamnya sudah ada seorang laki-laki dengan tongkatnya sedang berdiri di depan jendela. Tanpa basa-basi Vino menghampirinya.

"Dimana dia?"

"Duduklah dulu, sepertinya hanya ini satu-satunya cara untuk membuat mu pulang."

"Sudah ku bilang, ini bukan rumah ku. Aku bukan Alvino Orlando Kaivandra putra mu, jadi berhentilah untuk pura-pura jadi Ayah ku."

David manggut-manggut seolah mengerti dengan semua yang Vino katakan.

Episodes
1 PBK Bab 1 - Kabar Buruk
2 PBK Bab 2 - Awal Pertemuan
3 PBK Bab 3 - Awal Rencana
4 PBK Bab 4 - Rasa Yang Tak Biasa
5 PBK Bab 5 - Sebuah Isyarat
6 PBK Bab 6 - Tekanan CEO Bucin Dan Dilema
7 PBK Bab 7 - Kenekatan Cinta
8 PBK Bab 8 - Rencana Yang Berhasil
9 PBK Bab 9 - Permintaan
10 PBK Bab 10 - Kejutan!
11 PBK Bab 11 - Dan Akhirnya Terjawab!
12 PBK Bab 12 - Panas Hati
13 PBK Bab 13 - Penjelasan
14 PBK Bab 14 - Bagian Dari Nafkah
15 PBK Bab 15 - Quality Time Berdua
16 PBK Bab 16 - Menahan Diri
17 PBK Bab 17 - Panik Mode On
18 PBK Bab 18 - Persimpangan Dilema
19 PBK Bab 19 - Kali Ini Benar-benar Ragu
20 PBK Bab 20 - Istriku Berbeda
21 PBK Bab 21 - Akan Kupertegas
22 PBK Bab 22 - Mengukir Kenangan
23 PBK Bab 23 - Sulit Ditebak
24 PBK Bab 24 - Galak Mode On
25 PBK Bab 25 - Tersiksa Masa Lalu
26 PBK Bab 26 - Celaka
27 PBK Bab 27 - Khawatir, Tidak Lebih
28 PBK Bab 28 - Sabar dan Tahan!
29 PBK Bab 29 - Melelahkan dan Menyakitkan
30 PBK Bab 30 - Siapa Alvino?
31 PBK Bab 31 - Mengungkap Tabir
32 PBK Bab 32 - Memastikan Kebenaran
33 PBK Bab 33 - Mencoba Bangkit Walaupun Sakit
34 PBK Bab 34 - Jangan Coba Menghindariku
35 PBK Bab 35 - Maju Kena, Mundur Kena
36 PBK Bab 36 - Back To Office
37 PBK Bab 37 - Pengakuan Alvino
38 PBK Bab 38 - Kedatangan Wanita Rubah
39 PBK Bab 39 - Janji Tulus Seorang Pria
40 PBK Bab 40 - Bermesraan
41 PBK Bab 41 - Duka Zila
42 PBK Bab 42 - Berjumpa
43 PBK Bab 43 - Penguntit
44 PBK Bab 44 - Suara Hati Vino
45 PBK Bab 45 - Suasana Rumah Yang Dirindukan
46 PBK Bab 46 - Wanita Iblis
47 PBK Bab 47 - Kedatangan
48 PBK Bab 48 - Firasat
49 PBK Bab 49 - Rasa Aneh
50 PBK Bab 50 - Rasa Cinta
51 PBK Bab 51 - Kedatangan Mike
52 PBK Bab 52 - Cemburu
53 PBK Bab 53 - Masalah Baru
54 PBK Bab 54 - Bermesraan
55 PBK Bab 55 - Menyesal Pun Tak Ada Gunanya
56 PBK Bab 56 - Kekacauan Di Pesta
57 PBK Bab 57 - I love You, My Wife
58 PBK Bab 58 - Banyak Jalan, Banyak Cara
59 PBK Bab 59 - Berkumpul
60 PBK Bab 60 - Obrolan Pagi Tiga Penghuni Rumah
61 PBK Bab 61 - Sahabat Lama
62 PBK Bab 62 - Menolak Cinta Lama
63 PBK Bab 63 - Perhatian Kecil
64 PBK Bab 64 - Mereka Sudah di Takdirkan!
65 PBK Bab 65 - Sudah Jangan Berharap!
66 PBK Bab 66 - Penculikan Yang di Rencana
67 PBK Bab 67 - Siapa Kau Harus Kutemukan!
68 PBK Bab 68 - Diculik
69 PBK Bab 69 - Penyerangan
70 PBK BAb 70 - Kehilangan Kesempatan Lagi
71 PBK Bab 71 - Kisah Yang Sebenarnya!
72 PBK Bab 72 - Dulu, Sekarang dan Nanti
73 PBK 73 - Berubah Labil
74 PBK Bab 74 - Sensitif
75 PBK Bab 75 - Vino Mellow
76 PBK Bab 76 - Galau
77 PBK Bab 77 - Selesaikan di Atas Ranjang
78 PBK Bab 78 - Ngidam Pribadi
79 PBK Bab 79 - Mengucap Ikrar Janji Suci
Episodes

Updated 79 Episodes

1
PBK Bab 1 - Kabar Buruk
2
PBK Bab 2 - Awal Pertemuan
3
PBK Bab 3 - Awal Rencana
4
PBK Bab 4 - Rasa Yang Tak Biasa
5
PBK Bab 5 - Sebuah Isyarat
6
PBK Bab 6 - Tekanan CEO Bucin Dan Dilema
7
PBK Bab 7 - Kenekatan Cinta
8
PBK Bab 8 - Rencana Yang Berhasil
9
PBK Bab 9 - Permintaan
10
PBK Bab 10 - Kejutan!
11
PBK Bab 11 - Dan Akhirnya Terjawab!
12
PBK Bab 12 - Panas Hati
13
PBK Bab 13 - Penjelasan
14
PBK Bab 14 - Bagian Dari Nafkah
15
PBK Bab 15 - Quality Time Berdua
16
PBK Bab 16 - Menahan Diri
17
PBK Bab 17 - Panik Mode On
18
PBK Bab 18 - Persimpangan Dilema
19
PBK Bab 19 - Kali Ini Benar-benar Ragu
20
PBK Bab 20 - Istriku Berbeda
21
PBK Bab 21 - Akan Kupertegas
22
PBK Bab 22 - Mengukir Kenangan
23
PBK Bab 23 - Sulit Ditebak
24
PBK Bab 24 - Galak Mode On
25
PBK Bab 25 - Tersiksa Masa Lalu
26
PBK Bab 26 - Celaka
27
PBK Bab 27 - Khawatir, Tidak Lebih
28
PBK Bab 28 - Sabar dan Tahan!
29
PBK Bab 29 - Melelahkan dan Menyakitkan
30
PBK Bab 30 - Siapa Alvino?
31
PBK Bab 31 - Mengungkap Tabir
32
PBK Bab 32 - Memastikan Kebenaran
33
PBK Bab 33 - Mencoba Bangkit Walaupun Sakit
34
PBK Bab 34 - Jangan Coba Menghindariku
35
PBK Bab 35 - Maju Kena, Mundur Kena
36
PBK Bab 36 - Back To Office
37
PBK Bab 37 - Pengakuan Alvino
38
PBK Bab 38 - Kedatangan Wanita Rubah
39
PBK Bab 39 - Janji Tulus Seorang Pria
40
PBK Bab 40 - Bermesraan
41
PBK Bab 41 - Duka Zila
42
PBK Bab 42 - Berjumpa
43
PBK Bab 43 - Penguntit
44
PBK Bab 44 - Suara Hati Vino
45
PBK Bab 45 - Suasana Rumah Yang Dirindukan
46
PBK Bab 46 - Wanita Iblis
47
PBK Bab 47 - Kedatangan
48
PBK Bab 48 - Firasat
49
PBK Bab 49 - Rasa Aneh
50
PBK Bab 50 - Rasa Cinta
51
PBK Bab 51 - Kedatangan Mike
52
PBK Bab 52 - Cemburu
53
PBK Bab 53 - Masalah Baru
54
PBK Bab 54 - Bermesraan
55
PBK Bab 55 - Menyesal Pun Tak Ada Gunanya
56
PBK Bab 56 - Kekacauan Di Pesta
57
PBK Bab 57 - I love You, My Wife
58
PBK Bab 58 - Banyak Jalan, Banyak Cara
59
PBK Bab 59 - Berkumpul
60
PBK Bab 60 - Obrolan Pagi Tiga Penghuni Rumah
61
PBK Bab 61 - Sahabat Lama
62
PBK Bab 62 - Menolak Cinta Lama
63
PBK Bab 63 - Perhatian Kecil
64
PBK Bab 64 - Mereka Sudah di Takdirkan!
65
PBK Bab 65 - Sudah Jangan Berharap!
66
PBK Bab 66 - Penculikan Yang di Rencana
67
PBK Bab 67 - Siapa Kau Harus Kutemukan!
68
PBK Bab 68 - Diculik
69
PBK Bab 69 - Penyerangan
70
PBK BAb 70 - Kehilangan Kesempatan Lagi
71
PBK Bab 71 - Kisah Yang Sebenarnya!
72
PBK Bab 72 - Dulu, Sekarang dan Nanti
73
PBK 73 - Berubah Labil
74
PBK Bab 74 - Sensitif
75
PBK Bab 75 - Vino Mellow
76
PBK Bab 76 - Galau
77
PBK Bab 77 - Selesaikan di Atas Ranjang
78
PBK Bab 78 - Ngidam Pribadi
79
PBK Bab 79 - Mengucap Ikrar Janji Suci

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!