PBK Bab 4 - Rasa Yang Tak Biasa

"Maafkan saya, Pak. Saya kira bapak belum tiba di kantor." Zila segera minta maaf atas kesalahannya. Zila hari ini masih membersihkan ruangan Vino. Mira masih cuti.

Tanpa menjawab permintaan maaf Zila, Vino tanpa sadar telah menatap Zila sejak tadi. Zila yang mendapatkan tatapan seperti itu merasa kalau Vino marah kepadanya. Begitu juga dengan Alan, ia melihat tatapan tidak biasa dari Tuannya kepada seorang office girl itu.

"Lakukan pekerjaan mu!" Perintah Vino membuat Zila segera melakukan pekerjaannya.

"Saya akan memanggilmu nanti, saya mau menunda pertemuan saya dengan beberapa klien hari ini." Perintah Vino kepada Alan. Sebuah pengusiran secara halus bagi Alan. Tapi itu semua sudah biasa. Alan selama bekerja dengan Vino sudah sangat mengenal siapa Tuannya itu.

Saat ia memerintahkan tunda, berarti harus di tunda. Ia berhak melakukan apapun kepada siapapun. Dalam lingkup bisnis dan perusahaannya. Alan meninggalkan ruangan itu, seorang office girl masih ada di dalamnya. Zila sedang membersihkan ruangan yang berukuran luas itu.

Dari ujung kaki sampai rambut Vino melihat Zila dengan tatapan tanpa ekspresi. Sibuk bekerja, Zila tidak menghiraukan Vino menatap dirinya tanpa berkedip. Apa yang dipikirkan hanya dia yang tahu. Beberapa menit kemudian Zila selesai membersihkan ruangan itu. Masih di tatap dengan tatapan seperti itu, Zila segera pamit keluar.

"Tunggu!"

Dengan menggigit bibirnya, Zila terpaksa berbalik dan tetap menundukkan kepalanya.

"Iya, Pak."

"Buatkan saya kopi seperti kemarin!" Perintah Vino.

"Baik, Pak."

"Tunggu!" Zila menghentikan langkahnya lagi. Zila menoleh kepada Vino.

"Buatkan saya sarapan, saya mau kamu yang buatkan!"

"Bapak mau sarapan apa, Pak?"

"Telur dadar dan sedikit campurkan sayuran."

Namanya omelette tapi Vino tahu kalau nama itu akan membuat Zila bingung. Sejak kapan Vino berpikir kalau dirinya akan membuat orang lain susah atau tidak?

Kali ini, ia peduli dan hati-hati saat bicara dengan Zila.

°

°

Dengan sangat hati-hati Zila membawa nampan berisi makanan yang sudah di pesan oleh sang CEO. Zila membuka pintu dan meletakkan nampan itu di sebuah meja yang ada di ruangan itu.

"Silahkan, Pak!" Zila berdiri di sebelah kiri meja, ia menunggu Vino untuk mencoba masakannya.

"Maaf, Pak. Sebelumnya saya belum pernah masak untuk orang lain. Jadi, itu adalah resep dari Bibi saya. Jika rasanya kurang cocok sama Bapak nanti akan saya ganti lagi." Zila mengatakannya penuh hormat kepada Vino selaku petinggi perusahaan.

Ini adalah yang pertama bagi Zila untuk membuatkan orang sepenting Vino makanan. Sebelumnya ia hanya memasak untuk keluarga pamannya saja. Resepnya juga sederhana bukan resep masakan ala restoran.

Vino mencicipi makanan buatan Zila, satu sendok di kunyahnya dan ia terdiam sejenak. Seperti mengingat akan sesuatu. Zila khawatir rasa makanan buatannya itu tidak cocok dengan lidah bosnya. Zila dengan segala ke khawatirannya mencoba untuk tenang.

Di lihatnya Vino kembali memotong makanan itu dengan garpu. Memakannya hingga habis. Zila mengelus dadanya bertanda lega. Entah masakannya yang enak atau bosnya itu sedang lapar. Zila tidak peduli apapun alasannya, yang ia butuhkan selamat dari terkaman kemarahan bosnya akibat makanan yang ia buat tidak enak.

"Sejak kapan kamu datang ke Jakarta?" Pertanyaan bosnya membuat Zila mengernyitkan dahinya. Pertanyaan itu bukan pertanyaan antara bos dan karyawan seharusnya pertanyaan itu adalah "sejak kapan kamu bekerja di sini?"

"Saya bertanya sama kamu!"

"Ah, maaf Pak. Saya sudah tiga bulan datang dari kampung. Dan bekerja di sini."

Vino menyilangkan satu kakinya yang panjang di atas kakinya yang lain. Ia menatap Zila yang sedang berdiri tertunduk masih di posisi yang tadi. Zila tidak berani untuk melihat ke arah Vino dan menatapnya. Itu tidak akan pantas. Seorang karyawan tidak seperti itu terhadap atasannya.

Tok .. Tok .. Tok.

Pintu ruangan itu di ketuk oleh seorang sekretaris yang ingin menyampaikan sesuatu yang penting kepada Vino.

"Maaf, Pak. Tuan besar datang untuk bertemu. Asisten Alan telah menjemputnya di lantai satu."

Tuan besar adalah ayah Vino yang sudah pensiun dan posisinya sekarang di gantikan dengan Vino. Tidak kunjung mau menikah membuat ayahnya terpaksa harus ikut campur dalam mencarikannya pendamping hidup.

"Saya pamit keluar dulu, Pak." Zila membawa piring yang kotor keluar. Mendengar Tuan besar datang berkunjung ke kantor, Vino bisa menebak apa yang membuat laki-laki tua itu datang menemuinya.

"Apa dia datang sendiri?"

"Dia bersama seorang wanita dan seorang rekan bisnis yang memiliki saham yang terbanyak setelah anda di Indorama group, Pak."

"Hesstt, laki-laki tua itu, kenapa ia tidak mau menyerah juga."

Yang di maksud laki-laki tua adalah ayahnya. David Orlando. Ia terus mencarikan jodoh terbaik untuk anaknya. Sedangkan Vino, ia tidak pernah tertarik dengan wanita manapun, secantik dan setajir apapun ayahnya. Ia suka mencarinya sendiri tanpa harus ada kriteria khusus untuk pasangannya nanti.

Alan dan Tuan besar sudah menaiki lift VIP menuju ruangan Vino. Seolah tidak mengetahui akan kedatangan ayahnya. Vino pura-pura sibuk dengan pekerjaannya dan tidak melakukan penyambutan atas kedatangan ayahnya dan orang-orang yang di maksud atas sekretaris Ivy.

"Kamu pasti sangat sibuk sehingga tidak menyambut kedatangan Ayahmu yang sudah tua ini." Perkataan ayahnya itu jelas adalah sindiran untuk Vino. Meskipun begitu, ia tetap pura-pura sibuk dan tidak menghiraukan kedatangan ayahnya dan rekan bisnisnya itu.

Sambutlah kedatangan Pak Adam dan putrinya Aylin. Kedatangan mereka adalah suatu kehormatan untuk kita.

"Bukankah kaki ayah sakit, bagaimana ayah bisa meninggalkan rumah dalam keadaan lemah?" Vino kembali menegur ayahnya yang mau membuang-buang waktu hanya untuk sesuatu yang pasti Vino tolak.

"Lihatlah Pak Adam, dia sangat mengkhawatirkan ku."

David Orlando mengalihkan pembicaraannya, ia tahu Vino tidak senang dari raut wajah dan nada bicaranya. Gelak tawa dari Pak Adam terdengar saat David Orlando begitu membanggakan putra sulungnya itu.

Akhirnya setelah beberapa menit kemudian, Vino duduk di lingkaran mereka. Ekspresi wajah yang datar saat ia melihat wanita yang ada di hadapannya itu. Meskipun sudah menyinggung senyum di bibirnya, tetap saja membuat Vino menatapnya tanpa ekspresi apapun.

Aylin menyukai Vino saat pertama kali melihatnya beberapa waktu itu, di sebuah perjamuan makan malam. Ia jatuh cinta dan mengatakan hal itu pada ayahnya. David Orlando memberikan lampu hijau dan siap mendukung mereka jika ingin ke jenjang yang lebih serius.

Seperti pada wanita-wanita sebelumnya. Vino menolaknya secara langsung di depan ayahnya dan juga David Orlando.

"Saya sudah memiliki calon istri, saya tidak bisa jika harus meninggalkannya." Pengakuan Vino tidak hanya membuat David Orlando dan Adam juga Aylin kaget. Alan yang setiap hari bersama dengan Tuannya itu juga di buat kaget oleh pengakuannya itu. Tuannya telah memiliki calon istri bagaimana dirinya bisa tidak mengetahui akan hal itu? Tidak ada rahasia antara dirinya dengan Tuannya itu selama ini. Lalu sejak kapan Tuannya memiliki seorang kekasih?

Alan melihat guratan kekecewaan pada wajah Tuan Besar. Aylin merasa telah di permalukan oleh Vino, dengan menenteng tas brandednya, Aylin keluar dari ruangan Vino. Pak Adam menyusul putrinya. David Orlando marah, untuk yang kesekian kalinya anak satu-satunya itu mempermalukan dirinya.

"Berhentilah untuk mempermalukan dirimu, Ayah!"

"Jika kamu tidak membawanya kepada ku, kamu harus menikahi Aylin atas nama Indorama group."

Setelah kepulangan ayahnya, Vino kembali duduk dan memikirkan perkataan terakhir ayahnya. Vino kali ini benar-benar membuat David Orlando marah. Tapi, bukan itu masalahnya, ia tidak pernah berbohong selama ini, kenapa ia tiba-tiba mengatakan hal yang konyol.

Dari mana ide itu datang dan ia begitu berani mengatakannya. Bukan Alvino namanya kalau ia tidak berani mengambil resiko. Pantang ia menarik kata-katanya. Darah David yang mengalir di tubuhnya, mereka yang memiliki sifat dan kepribadian sama akan tetap pada prinsip masing-masing. Tidak peduli badai seperti apa, Vino tetap mempertahankan keputusannya. Ia tidak mau di jodohkan dengan wanita manapun.

***

Episodes
1 PBK Bab 1 - Kabar Buruk
2 PBK Bab 2 - Awal Pertemuan
3 PBK Bab 3 - Awal Rencana
4 PBK Bab 4 - Rasa Yang Tak Biasa
5 PBK Bab 5 - Sebuah Isyarat
6 PBK Bab 6 - Tekanan CEO Bucin Dan Dilema
7 PBK Bab 7 - Kenekatan Cinta
8 PBK Bab 8 - Rencana Yang Berhasil
9 PBK Bab 9 - Permintaan
10 PBK Bab 10 - Kejutan!
11 PBK Bab 11 - Dan Akhirnya Terjawab!
12 PBK Bab 12 - Panas Hati
13 PBK Bab 13 - Penjelasan
14 PBK Bab 14 - Bagian Dari Nafkah
15 PBK Bab 15 - Quality Time Berdua
16 PBK Bab 16 - Menahan Diri
17 PBK Bab 17 - Panik Mode On
18 PBK Bab 18 - Persimpangan Dilema
19 PBK Bab 19 - Kali Ini Benar-benar Ragu
20 PBK Bab 20 - Istriku Berbeda
21 PBK Bab 21 - Akan Kupertegas
22 PBK Bab 22 - Mengukir Kenangan
23 PBK Bab 23 - Sulit Ditebak
24 PBK Bab 24 - Galak Mode On
25 PBK Bab 25 - Tersiksa Masa Lalu
26 PBK Bab 26 - Celaka
27 PBK Bab 27 - Khawatir, Tidak Lebih
28 PBK Bab 28 - Sabar dan Tahan!
29 PBK Bab 29 - Melelahkan dan Menyakitkan
30 PBK Bab 30 - Siapa Alvino?
31 PBK Bab 31 - Mengungkap Tabir
32 PBK Bab 32 - Memastikan Kebenaran
33 PBK Bab 33 - Mencoba Bangkit Walaupun Sakit
34 PBK Bab 34 - Jangan Coba Menghindariku
35 PBK Bab 35 - Maju Kena, Mundur Kena
36 PBK Bab 36 - Back To Office
37 PBK Bab 37 - Pengakuan Alvino
38 PBK Bab 38 - Kedatangan Wanita Rubah
39 PBK Bab 39 - Janji Tulus Seorang Pria
40 PBK Bab 40 - Bermesraan
41 PBK Bab 41 - Duka Zila
42 PBK Bab 42 - Berjumpa
43 PBK Bab 43 - Penguntit
44 PBK Bab 44 - Suara Hati Vino
45 PBK Bab 45 - Suasana Rumah Yang Dirindukan
46 PBK Bab 46 - Wanita Iblis
47 PBK Bab 47 - Kedatangan
48 PBK Bab 48 - Firasat
49 PBK Bab 49 - Rasa Aneh
50 PBK Bab 50 - Rasa Cinta
51 PBK Bab 51 - Kedatangan Mike
52 PBK Bab 52 - Cemburu
53 PBK Bab 53 - Masalah Baru
54 PBK Bab 54 - Bermesraan
55 PBK Bab 55 - Menyesal Pun Tak Ada Gunanya
56 PBK Bab 56 - Kekacauan Di Pesta
57 PBK Bab 57 - I love You, My Wife
58 PBK Bab 58 - Banyak Jalan, Banyak Cara
59 PBK Bab 59 - Berkumpul
60 PBK Bab 60 - Obrolan Pagi Tiga Penghuni Rumah
61 PBK Bab 61 - Sahabat Lama
62 PBK Bab 62 - Menolak Cinta Lama
63 PBK Bab 63 - Perhatian Kecil
64 PBK Bab 64 - Mereka Sudah di Takdirkan!
65 PBK Bab 65 - Sudah Jangan Berharap!
66 PBK Bab 66 - Penculikan Yang di Rencana
67 PBK Bab 67 - Siapa Kau Harus Kutemukan!
68 PBK Bab 68 - Diculik
69 PBK Bab 69 - Penyerangan
70 PBK BAb 70 - Kehilangan Kesempatan Lagi
71 PBK Bab 71 - Kisah Yang Sebenarnya!
72 PBK Bab 72 - Dulu, Sekarang dan Nanti
73 PBK 73 - Berubah Labil
74 PBK Bab 74 - Sensitif
75 PBK Bab 75 - Vino Mellow
76 PBK Bab 76 - Galau
77 PBK Bab 77 - Selesaikan di Atas Ranjang
78 PBK Bab 78 - Ngidam Pribadi
79 PBK Bab 79 - Mengucap Ikrar Janji Suci
Episodes

Updated 79 Episodes

1
PBK Bab 1 - Kabar Buruk
2
PBK Bab 2 - Awal Pertemuan
3
PBK Bab 3 - Awal Rencana
4
PBK Bab 4 - Rasa Yang Tak Biasa
5
PBK Bab 5 - Sebuah Isyarat
6
PBK Bab 6 - Tekanan CEO Bucin Dan Dilema
7
PBK Bab 7 - Kenekatan Cinta
8
PBK Bab 8 - Rencana Yang Berhasil
9
PBK Bab 9 - Permintaan
10
PBK Bab 10 - Kejutan!
11
PBK Bab 11 - Dan Akhirnya Terjawab!
12
PBK Bab 12 - Panas Hati
13
PBK Bab 13 - Penjelasan
14
PBK Bab 14 - Bagian Dari Nafkah
15
PBK Bab 15 - Quality Time Berdua
16
PBK Bab 16 - Menahan Diri
17
PBK Bab 17 - Panik Mode On
18
PBK Bab 18 - Persimpangan Dilema
19
PBK Bab 19 - Kali Ini Benar-benar Ragu
20
PBK Bab 20 - Istriku Berbeda
21
PBK Bab 21 - Akan Kupertegas
22
PBK Bab 22 - Mengukir Kenangan
23
PBK Bab 23 - Sulit Ditebak
24
PBK Bab 24 - Galak Mode On
25
PBK Bab 25 - Tersiksa Masa Lalu
26
PBK Bab 26 - Celaka
27
PBK Bab 27 - Khawatir, Tidak Lebih
28
PBK Bab 28 - Sabar dan Tahan!
29
PBK Bab 29 - Melelahkan dan Menyakitkan
30
PBK Bab 30 - Siapa Alvino?
31
PBK Bab 31 - Mengungkap Tabir
32
PBK Bab 32 - Memastikan Kebenaran
33
PBK Bab 33 - Mencoba Bangkit Walaupun Sakit
34
PBK Bab 34 - Jangan Coba Menghindariku
35
PBK Bab 35 - Maju Kena, Mundur Kena
36
PBK Bab 36 - Back To Office
37
PBK Bab 37 - Pengakuan Alvino
38
PBK Bab 38 - Kedatangan Wanita Rubah
39
PBK Bab 39 - Janji Tulus Seorang Pria
40
PBK Bab 40 - Bermesraan
41
PBK Bab 41 - Duka Zila
42
PBK Bab 42 - Berjumpa
43
PBK Bab 43 - Penguntit
44
PBK Bab 44 - Suara Hati Vino
45
PBK Bab 45 - Suasana Rumah Yang Dirindukan
46
PBK Bab 46 - Wanita Iblis
47
PBK Bab 47 - Kedatangan
48
PBK Bab 48 - Firasat
49
PBK Bab 49 - Rasa Aneh
50
PBK Bab 50 - Rasa Cinta
51
PBK Bab 51 - Kedatangan Mike
52
PBK Bab 52 - Cemburu
53
PBK Bab 53 - Masalah Baru
54
PBK Bab 54 - Bermesraan
55
PBK Bab 55 - Menyesal Pun Tak Ada Gunanya
56
PBK Bab 56 - Kekacauan Di Pesta
57
PBK Bab 57 - I love You, My Wife
58
PBK Bab 58 - Banyak Jalan, Banyak Cara
59
PBK Bab 59 - Berkumpul
60
PBK Bab 60 - Obrolan Pagi Tiga Penghuni Rumah
61
PBK Bab 61 - Sahabat Lama
62
PBK Bab 62 - Menolak Cinta Lama
63
PBK Bab 63 - Perhatian Kecil
64
PBK Bab 64 - Mereka Sudah di Takdirkan!
65
PBK Bab 65 - Sudah Jangan Berharap!
66
PBK Bab 66 - Penculikan Yang di Rencana
67
PBK Bab 67 - Siapa Kau Harus Kutemukan!
68
PBK Bab 68 - Diculik
69
PBK Bab 69 - Penyerangan
70
PBK BAb 70 - Kehilangan Kesempatan Lagi
71
PBK Bab 71 - Kisah Yang Sebenarnya!
72
PBK Bab 72 - Dulu, Sekarang dan Nanti
73
PBK 73 - Berubah Labil
74
PBK Bab 74 - Sensitif
75
PBK Bab 75 - Vino Mellow
76
PBK Bab 76 - Galau
77
PBK Bab 77 - Selesaikan di Atas Ranjang
78
PBK Bab 78 - Ngidam Pribadi
79
PBK Bab 79 - Mengucap Ikrar Janji Suci

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!