"Maafkan saya, Pak. Saya kira bapak belum tiba di kantor." Zila segera minta maaf atas kesalahannya. Zila hari ini masih membersihkan ruangan Vino. Mira masih cuti.
Tanpa menjawab permintaan maaf Zila, Vino tanpa sadar telah menatap Zila sejak tadi. Zila yang mendapatkan tatapan seperti itu merasa kalau Vino marah kepadanya. Begitu juga dengan Alan, ia melihat tatapan tidak biasa dari Tuannya kepada seorang office girl itu.
"Lakukan pekerjaan mu!" Perintah Vino membuat Zila segera melakukan pekerjaannya.
"Saya akan memanggilmu nanti, saya mau menunda pertemuan saya dengan beberapa klien hari ini." Perintah Vino kepada Alan. Sebuah pengusiran secara halus bagi Alan. Tapi itu semua sudah biasa. Alan selama bekerja dengan Vino sudah sangat mengenal siapa Tuannya itu.
Saat ia memerintahkan tunda, berarti harus di tunda. Ia berhak melakukan apapun kepada siapapun. Dalam lingkup bisnis dan perusahaannya. Alan meninggalkan ruangan itu, seorang office girl masih ada di dalamnya. Zila sedang membersihkan ruangan yang berukuran luas itu.
Dari ujung kaki sampai rambut Vino melihat Zila dengan tatapan tanpa ekspresi. Sibuk bekerja, Zila tidak menghiraukan Vino menatap dirinya tanpa berkedip. Apa yang dipikirkan hanya dia yang tahu. Beberapa menit kemudian Zila selesai membersihkan ruangan itu. Masih di tatap dengan tatapan seperti itu, Zila segera pamit keluar.
"Tunggu!"
Dengan menggigit bibirnya, Zila terpaksa berbalik dan tetap menundukkan kepalanya.
"Iya, Pak."
"Buatkan saya kopi seperti kemarin!" Perintah Vino.
"Baik, Pak."
"Tunggu!" Zila menghentikan langkahnya lagi. Zila menoleh kepada Vino.
"Buatkan saya sarapan, saya mau kamu yang buatkan!"
"Bapak mau sarapan apa, Pak?"
"Telur dadar dan sedikit campurkan sayuran."
Namanya omelette tapi Vino tahu kalau nama itu akan membuat Zila bingung. Sejak kapan Vino berpikir kalau dirinya akan membuat orang lain susah atau tidak?
Kali ini, ia peduli dan hati-hati saat bicara dengan Zila.
°
°
Dengan sangat hati-hati Zila membawa nampan berisi makanan yang sudah di pesan oleh sang CEO. Zila membuka pintu dan meletakkan nampan itu di sebuah meja yang ada di ruangan itu.
"Silahkan, Pak!" Zila berdiri di sebelah kiri meja, ia menunggu Vino untuk mencoba masakannya.
"Maaf, Pak. Sebelumnya saya belum pernah masak untuk orang lain. Jadi, itu adalah resep dari Bibi saya. Jika rasanya kurang cocok sama Bapak nanti akan saya ganti lagi." Zila mengatakannya penuh hormat kepada Vino selaku petinggi perusahaan.
Ini adalah yang pertama bagi Zila untuk membuatkan orang sepenting Vino makanan. Sebelumnya ia hanya memasak untuk keluarga pamannya saja. Resepnya juga sederhana bukan resep masakan ala restoran.
Vino mencicipi makanan buatan Zila, satu sendok di kunyahnya dan ia terdiam sejenak. Seperti mengingat akan sesuatu. Zila khawatir rasa makanan buatannya itu tidak cocok dengan lidah bosnya. Zila dengan segala ke khawatirannya mencoba untuk tenang.
Di lihatnya Vino kembali memotong makanan itu dengan garpu. Memakannya hingga habis. Zila mengelus dadanya bertanda lega. Entah masakannya yang enak atau bosnya itu sedang lapar. Zila tidak peduli apapun alasannya, yang ia butuhkan selamat dari terkaman kemarahan bosnya akibat makanan yang ia buat tidak enak.
"Sejak kapan kamu datang ke Jakarta?" Pertanyaan bosnya membuat Zila mengernyitkan dahinya. Pertanyaan itu bukan pertanyaan antara bos dan karyawan seharusnya pertanyaan itu adalah "sejak kapan kamu bekerja di sini?"
"Saya bertanya sama kamu!"
"Ah, maaf Pak. Saya sudah tiga bulan datang dari kampung. Dan bekerja di sini."
Vino menyilangkan satu kakinya yang panjang di atas kakinya yang lain. Ia menatap Zila yang sedang berdiri tertunduk masih di posisi yang tadi. Zila tidak berani untuk melihat ke arah Vino dan menatapnya. Itu tidak akan pantas. Seorang karyawan tidak seperti itu terhadap atasannya.
Tok .. Tok .. Tok.
Pintu ruangan itu di ketuk oleh seorang sekretaris yang ingin menyampaikan sesuatu yang penting kepada Vino.
"Maaf, Pak. Tuan besar datang untuk bertemu. Asisten Alan telah menjemputnya di lantai satu."
Tuan besar adalah ayah Vino yang sudah pensiun dan posisinya sekarang di gantikan dengan Vino. Tidak kunjung mau menikah membuat ayahnya terpaksa harus ikut campur dalam mencarikannya pendamping hidup.
"Saya pamit keluar dulu, Pak." Zila membawa piring yang kotor keluar. Mendengar Tuan besar datang berkunjung ke kantor, Vino bisa menebak apa yang membuat laki-laki tua itu datang menemuinya.
"Apa dia datang sendiri?"
"Dia bersama seorang wanita dan seorang rekan bisnis yang memiliki saham yang terbanyak setelah anda di Indorama group, Pak."
"Hesstt, laki-laki tua itu, kenapa ia tidak mau menyerah juga."
Yang di maksud laki-laki tua adalah ayahnya. David Orlando. Ia terus mencarikan jodoh terbaik untuk anaknya. Sedangkan Vino, ia tidak pernah tertarik dengan wanita manapun, secantik dan setajir apapun ayahnya. Ia suka mencarinya sendiri tanpa harus ada kriteria khusus untuk pasangannya nanti.
Alan dan Tuan besar sudah menaiki lift VIP menuju ruangan Vino. Seolah tidak mengetahui akan kedatangan ayahnya. Vino pura-pura sibuk dengan pekerjaannya dan tidak melakukan penyambutan atas kedatangan ayahnya dan orang-orang yang di maksud atas sekretaris Ivy.
"Kamu pasti sangat sibuk sehingga tidak menyambut kedatangan Ayahmu yang sudah tua ini." Perkataan ayahnya itu jelas adalah sindiran untuk Vino. Meskipun begitu, ia tetap pura-pura sibuk dan tidak menghiraukan kedatangan ayahnya dan rekan bisnisnya itu.
Sambutlah kedatangan Pak Adam dan putrinya Aylin. Kedatangan mereka adalah suatu kehormatan untuk kita.
"Bukankah kaki ayah sakit, bagaimana ayah bisa meninggalkan rumah dalam keadaan lemah?" Vino kembali menegur ayahnya yang mau membuang-buang waktu hanya untuk sesuatu yang pasti Vino tolak.
"Lihatlah Pak Adam, dia sangat mengkhawatirkan ku."
David Orlando mengalihkan pembicaraannya, ia tahu Vino tidak senang dari raut wajah dan nada bicaranya. Gelak tawa dari Pak Adam terdengar saat David Orlando begitu membanggakan putra sulungnya itu.
Akhirnya setelah beberapa menit kemudian, Vino duduk di lingkaran mereka. Ekspresi wajah yang datar saat ia melihat wanita yang ada di hadapannya itu. Meskipun sudah menyinggung senyum di bibirnya, tetap saja membuat Vino menatapnya tanpa ekspresi apapun.
Aylin menyukai Vino saat pertama kali melihatnya beberapa waktu itu, di sebuah perjamuan makan malam. Ia jatuh cinta dan mengatakan hal itu pada ayahnya. David Orlando memberikan lampu hijau dan siap mendukung mereka jika ingin ke jenjang yang lebih serius.
Seperti pada wanita-wanita sebelumnya. Vino menolaknya secara langsung di depan ayahnya dan juga David Orlando.
"Saya sudah memiliki calon istri, saya tidak bisa jika harus meninggalkannya." Pengakuan Vino tidak hanya membuat David Orlando dan Adam juga Aylin kaget. Alan yang setiap hari bersama dengan Tuannya itu juga di buat kaget oleh pengakuannya itu. Tuannya telah memiliki calon istri bagaimana dirinya bisa tidak mengetahui akan hal itu? Tidak ada rahasia antara dirinya dengan Tuannya itu selama ini. Lalu sejak kapan Tuannya memiliki seorang kekasih?
Alan melihat guratan kekecewaan pada wajah Tuan Besar. Aylin merasa telah di permalukan oleh Vino, dengan menenteng tas brandednya, Aylin keluar dari ruangan Vino. Pak Adam menyusul putrinya. David Orlando marah, untuk yang kesekian kalinya anak satu-satunya itu mempermalukan dirinya.
"Berhentilah untuk mempermalukan dirimu, Ayah!"
"Jika kamu tidak membawanya kepada ku, kamu harus menikahi Aylin atas nama Indorama group."
Setelah kepulangan ayahnya, Vino kembali duduk dan memikirkan perkataan terakhir ayahnya. Vino kali ini benar-benar membuat David Orlando marah. Tapi, bukan itu masalahnya, ia tidak pernah berbohong selama ini, kenapa ia tiba-tiba mengatakan hal yang konyol.
Dari mana ide itu datang dan ia begitu berani mengatakannya. Bukan Alvino namanya kalau ia tidak berani mengambil resiko. Pantang ia menarik kata-katanya. Darah David yang mengalir di tubuhnya, mereka yang memiliki sifat dan kepribadian sama akan tetap pada prinsip masing-masing. Tidak peduli badai seperti apa, Vino tetap mempertahankan keputusannya. Ia tidak mau di jodohkan dengan wanita manapun.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments