PBK Bab 17 - Panik Mode On

Vino memaksa waktu untuk segera membawanya kepada Zila nya. Ia akhirnya tidak ingin kehilangan setelah sekian lama tidak bertemu dengan wanitanya itu. Ia bahkan menyadari cara yang tidak masuk akal saat ia menikahinya tapi jika ia menunggu waktu untuk menjelaskan yang sebenarnya, itu akan membutuhkan waktu terlalu lama, sedangkan Vino tidak ingin menunggu waktu lebih lama lagi untuk bisa bersama dengan Zila.

Hingga ia terpaksa harus menggunakan cara yang licik, sepenuhnya ia sadari caranya itu salah dan akan membuat Zila membencinya. Tapi, rasa egoisnya yang tinggi tidak mampu ia bendung dan semua berjalan seperti saat ini.

Vino memegang benda pipih itu setelah mendengar ada notifikasi pesan masuk. Ia tersenyum saat melihat nama pengirim dari pesan itu. Alan dan beberapa rekannya yang saat itu sedang berada dalam satu ruangan saat rapat selesai mulai bertanya-tanya.

Siapa kiranya yang telah mengirimkan pesan kepada laki-laki yang telah bertahun-tahun tanpa memiliki perasaan dan keinginan dengan seorang wanita itu. Vino kembali melirik ponselnya setelah mengirimi balasan kepada sosok yang mengirimi pesan terkirim ke ISTRI KU itu. Alan dapat menebak siapa yang sudah membuat wajah ekspresi wajah Tuannya itu berubah menjadi bahagia setelah satu harian terlihat sangat tidak bersahabat dengan siapa pun.

Zila yang mengkhawatirkan luka di tangan Vino akhirnya mengiriminya pesan singkat untuk bertanya keadaannya. Ia sebenarnya ragu, tapi kali ini ia merasa serius terpikirkan akan luka yang membuat Vino akhirnya tidak nyaman.

Setelah mendapatkan balasan dari Vino, Zila pun akhirnya lega. Laki-laki itu membalas dengan cepat dan sepertinya tangannya sudah mulai terasa lebih baik. Zila kembali sibuk dengan pekerjaan dan Vino, ia hanyut dengan perasaannya. Zila kini memperhatikannya. Untuk mendapatkan perhatian dari Zila, Vino harus merasakan sakit terlebih dahulu. Itu tidak masalah baginya, yang terpenting itu adalah Zila, iya Zila lah satu-satunya yang penting untuknya.

Hari sudah mulai sore, Alan yang baru saja membawa kabar tentang perkembangan dan anak perusahaan mereka yang mengalami beberapa masalah membuat Vino menunda kepulangannya. Ia terpaksa harus menyelesaikan beberapa berkas yang ada. Ini tidak sesuai dengan perkiraannya, Vino harus mencari solusi lain untuk mengatasi masalah yang terjadi.

Zila pulang dengan supir yang telah di kirimkan oleh Alan atas perintah Vino, ia mengkhawatirkan Zila. Bagaimana pun Vino telah membawa masuk Zila dalam hidupnya. Vino juga sudah memprediksi sesuatu yang akan terjadi di masa depan atas keputusannya itu. David Orlando tidak akan pernah setuju atas ini sebelum, ia mengetahui pernikahan Vino dan Zila, semuanya akan baik-baik saja.

Laki-laki tua itu memiliki mata-mata di mana-mana, bukan hal yang sulit untuk mengetahui kehidupan Vino. Jika sejauh ini ia belum beraksi apapun, itu pasti karena memikirkan rencananya. Vino mengkhawatirkan Zila saat sedang tidak berada di bawah pengawasannya. Ia tidak mau kehilangan lagi wanita itu.

Andai saja Zila tahu kekhawatirannya tidak ada orang yang sekhawatir Vino atas keselamatan diri Zila.

Saat tiba di Villa, Zila melihat Bi Sumi yang sedang menyiapkan makanan, ia mencoba mengajak wanita paruh baya itu untuk bicara. Namun, sepertinya wanita itu terlalu sibuk untuk sekedar menemaninya berbicara. Zila paham, mungkin ini karena Vino yang terlalu bersikap berlebihan terhadap dirinya.

"Em, apa Bi Sum lama bekerja disini?"

"Saat Tuan muda berusia 11 tahun, Nyonya."

"Apa saya boleh bertanya, Bi?"

"Maaf Nyonya. Tuan muda telah berpesan untuk tidak mengatakan apapun kepada Nyonya tentang dirinya."

"Tapi, Bi. Saya hanya ..." Zila mengurungkan niatnya untuk bertanya kepada Bi Sumi.

"Maaf Nyonya. Saya akan membuatkan Nyonya minuman yang hangat untuk menjaga kesehatan, permisi." Bi Sumi kemudian kembali ke dapur meninggalkan Zila.

Sudah pukul 11.30, Zila kembali melihat ponselnya. Apa ia menunggu kedatangan Vino? Kini ia menunggu Vino tanpa memikirkan makan malamnya. Bi Sumi membangunkan Zila yang tertidur saat menunggu kedatangan Vino. Zila pun akhirnya menyerah dan meninggalkan ruang tengah untuk masuk ke kamarnya. Ia berpikir mungkin Vino tidak akan pulang malam ini, Zila tiba-tiba teringat akan lukanya. Ia tidak bisa tidur dengan tenang. Sampai akhirnya Vino tiba di rumah begitu larut.

Vino tahu pasti Zila sudah tidur, ia pun membuka pintu kamar dengan sangat pelan-pelan. Ia menyadarinya, ia tahu Vino telah kembali tapi ia pura-pura tertidur. Vino yang masih sakit di tangannya ia tidak bisa membangunkan Zila, ia terpaksa membuka kran shower dan luka di tangannya terkena air saat ia membasuh badannya.

Dengan waktu yang sangat lama ia terdiam di dalam kamar mandi. Vino tidak ingin membuat Zila khawatir untuk lukanya. Vino menahan perih saat mengeringkan lukanya yang terkena air.

Zila pun mengkhawatirkan keadaan Vino yang saat itu masih di dalam kamar mandi. Zila menimbang-nimbang perasaannya. Apakah ia akan mengetuk kamar mandi atau menunggu Vino keluar dari sana.

Vino akhirnya keluar dan mengeringkan badannya dengan handuk, lalu ia mengenakan piyama tidurnya. Vino mendekat dengan pelan ke arah ranjang. Zila yang bersembunyi di balik selimut dan pura-pura tertidur, ia merasakan Vino dengan sangat pelan tidur di sampingnya. Vino takut membangunkan Zila. Ia mulai memejamkan matanya. Entah kenapa jantung Zila berdetak dengan kencang saat ia mengetahui Vino berada di sampingnya.

Ia membayangkan malam yang sangat panjang saat ia memberikan segalanya pada laki-laki itu. Kini ia harus terbiasa tidur dengan Vino dan memberikan haknya demi sebuah anak yang menjadi syarat perceraian antara dirinya dan Vino.

Suara nafas Vino yang terdengar pelan, ia telah tidur, mungkin hari ini ia sudah bekerja sangat keras sehingga ia begitu cepat tertidur. Pukul 01.00 Zila masih berada diantara dilema perasaannya. Ia masih memikirkan bagaimana ia harus bersikap kepada laki-laki yang sudah menjadi suaminya itu.

Meskipun sikap egoisnya yang menyebalkan, ia juga memiliki sisi baik yang tidak ia perlihatkan kepada orang lain kecuali pada Zila. Sehingga Zila harus terlelap tanpa menemukan jawaban atas pertanyaannya sendiri.

Pagi telah menyapa dengan ramah dari sela-sela bangunan dan daun pepohonan yang tumbuh di daerah itu. Zila telah bangun dan melihat Vino masih berada di dalam selimut tebalnya. Sesekali ia mendengar laki-laki itu mengeluarkan suara. Sepertinya ia sedang demam, Zila telah memeriksanya dengan meletakkan tangan di atas keningnya. Benar saja, Vino demam dan badannya terasa panas.

Zila kemudian mengambil air dan membersihkan badannya dengan air itu, mengganti pakaiannya dengan pakaian yang bersih dan setelah itu Zila berpikir untuk menelpon siapa. Tentu ia tidak memiliki nomer telpon siapapun. Zila kemudian turun untuk mencari keberadaan Bi Sumi dan memintainya pertolongan.

Bi Sumi yang jarang sekali melihat Tuan mudanya itu sakit, ia sedikit panik dan hanya bisa menelpon Alan dan memberitahu kabar buruk itu. Dari apartemennya Alan telah menghubungi Dokter Ryu dan saat ini telah berada di dalam perjalanan ke Villa. Secara bersamaan, Alan dan Dokter Ryu datang. Zila telah beberapa kali mengganti pakaiannya yang basah oleh keringat. Dokter Ryu telah memberikannya obat penurun panas dan obat untuk lukanya yang infeksi. Vino adalah orang yang jarang sekali sakit. Kali ini Dokter Ryu dan Alan melihat badan kekar Vino terkulai lemas dengan cucuran keringat di badannya.

Beberapa saat setelah di berikan obat oleh Dokter Ryu, panasnya mulai turun, ia telah mengangkat badannya menjadi setengah duduk dan bersandar di ranjang. Ia tahu dua laki-laki yang pura-pura terlihat serius di hadapannya itu sebenarnya di hatinya telah tertawa karena Vino yang biasanya sosok yang kuat kini terlihat begitu lemah.

Banyak lawan yang telah ia lumpuhkan, seharusnya luka yang hanya tergores di tangannya itu bukanlah masalah yang serius. Vino bahkan pernah terluka jauh lebih parah dari saat ini. Namun, ia terlihat baik-baik saja. Ryu memang sedikit meremehkannya kali ini, ia tidak percaya laki-laki itu akhirnya sakit juga.

Episodes
1 PBK Bab 1 - Kabar Buruk
2 PBK Bab 2 - Awal Pertemuan
3 PBK Bab 3 - Awal Rencana
4 PBK Bab 4 - Rasa Yang Tak Biasa
5 PBK Bab 5 - Sebuah Isyarat
6 PBK Bab 6 - Tekanan CEO Bucin Dan Dilema
7 PBK Bab 7 - Kenekatan Cinta
8 PBK Bab 8 - Rencana Yang Berhasil
9 PBK Bab 9 - Permintaan
10 PBK Bab 10 - Kejutan!
11 PBK Bab 11 - Dan Akhirnya Terjawab!
12 PBK Bab 12 - Panas Hati
13 PBK Bab 13 - Penjelasan
14 PBK Bab 14 - Bagian Dari Nafkah
15 PBK Bab 15 - Quality Time Berdua
16 PBK Bab 16 - Menahan Diri
17 PBK Bab 17 - Panik Mode On
18 PBK Bab 18 - Persimpangan Dilema
19 PBK Bab 19 - Kali Ini Benar-benar Ragu
20 PBK Bab 20 - Istriku Berbeda
21 PBK Bab 21 - Akan Kupertegas
22 PBK Bab 22 - Mengukir Kenangan
23 PBK Bab 23 - Sulit Ditebak
24 PBK Bab 24 - Galak Mode On
25 PBK Bab 25 - Tersiksa Masa Lalu
26 PBK Bab 26 - Celaka
27 PBK Bab 27 - Khawatir, Tidak Lebih
28 PBK Bab 28 - Sabar dan Tahan!
29 PBK Bab 29 - Melelahkan dan Menyakitkan
30 PBK Bab 30 - Siapa Alvino?
31 PBK Bab 31 - Mengungkap Tabir
32 PBK Bab 32 - Memastikan Kebenaran
33 PBK Bab 33 - Mencoba Bangkit Walaupun Sakit
34 PBK Bab 34 - Jangan Coba Menghindariku
35 PBK Bab 35 - Maju Kena, Mundur Kena
36 PBK Bab 36 - Back To Office
37 PBK Bab 37 - Pengakuan Alvino
38 PBK Bab 38 - Kedatangan Wanita Rubah
39 PBK Bab 39 - Janji Tulus Seorang Pria
40 PBK Bab 40 - Bermesraan
41 PBK Bab 41 - Duka Zila
42 PBK Bab 42 - Berjumpa
43 PBK Bab 43 - Penguntit
44 PBK Bab 44 - Suara Hati Vino
45 PBK Bab 45 - Suasana Rumah Yang Dirindukan
46 PBK Bab 46 - Wanita Iblis
47 PBK Bab 47 - Kedatangan
48 PBK Bab 48 - Firasat
49 PBK Bab 49 - Rasa Aneh
50 PBK Bab 50 - Rasa Cinta
51 PBK Bab 51 - Kedatangan Mike
52 PBK Bab 52 - Cemburu
53 PBK Bab 53 - Masalah Baru
54 PBK Bab 54 - Bermesraan
55 PBK Bab 55 - Menyesal Pun Tak Ada Gunanya
56 PBK Bab 56 - Kekacauan Di Pesta
57 PBK Bab 57 - I love You, My Wife
58 PBK Bab 58 - Banyak Jalan, Banyak Cara
59 PBK Bab 59 - Berkumpul
60 PBK Bab 60 - Obrolan Pagi Tiga Penghuni Rumah
61 PBK Bab 61 - Sahabat Lama
62 PBK Bab 62 - Menolak Cinta Lama
63 PBK Bab 63 - Perhatian Kecil
64 PBK Bab 64 - Mereka Sudah di Takdirkan!
65 PBK Bab 65 - Sudah Jangan Berharap!
66 PBK Bab 66 - Penculikan Yang di Rencana
67 PBK Bab 67 - Siapa Kau Harus Kutemukan!
68 PBK Bab 68 - Diculik
69 PBK Bab 69 - Penyerangan
70 PBK BAb 70 - Kehilangan Kesempatan Lagi
71 PBK Bab 71 - Kisah Yang Sebenarnya!
72 PBK Bab 72 - Dulu, Sekarang dan Nanti
73 PBK 73 - Berubah Labil
74 PBK Bab 74 - Sensitif
75 PBK Bab 75 - Vino Mellow
76 PBK Bab 76 - Galau
77 PBK Bab 77 - Selesaikan di Atas Ranjang
78 PBK Bab 78 - Ngidam Pribadi
79 PBK Bab 79 - Mengucap Ikrar Janji Suci
80 PROMO
Episodes

Updated 80 Episodes

1
PBK Bab 1 - Kabar Buruk
2
PBK Bab 2 - Awal Pertemuan
3
PBK Bab 3 - Awal Rencana
4
PBK Bab 4 - Rasa Yang Tak Biasa
5
PBK Bab 5 - Sebuah Isyarat
6
PBK Bab 6 - Tekanan CEO Bucin Dan Dilema
7
PBK Bab 7 - Kenekatan Cinta
8
PBK Bab 8 - Rencana Yang Berhasil
9
PBK Bab 9 - Permintaan
10
PBK Bab 10 - Kejutan!
11
PBK Bab 11 - Dan Akhirnya Terjawab!
12
PBK Bab 12 - Panas Hati
13
PBK Bab 13 - Penjelasan
14
PBK Bab 14 - Bagian Dari Nafkah
15
PBK Bab 15 - Quality Time Berdua
16
PBK Bab 16 - Menahan Diri
17
PBK Bab 17 - Panik Mode On
18
PBK Bab 18 - Persimpangan Dilema
19
PBK Bab 19 - Kali Ini Benar-benar Ragu
20
PBK Bab 20 - Istriku Berbeda
21
PBK Bab 21 - Akan Kupertegas
22
PBK Bab 22 - Mengukir Kenangan
23
PBK Bab 23 - Sulit Ditebak
24
PBK Bab 24 - Galak Mode On
25
PBK Bab 25 - Tersiksa Masa Lalu
26
PBK Bab 26 - Celaka
27
PBK Bab 27 - Khawatir, Tidak Lebih
28
PBK Bab 28 - Sabar dan Tahan!
29
PBK Bab 29 - Melelahkan dan Menyakitkan
30
PBK Bab 30 - Siapa Alvino?
31
PBK Bab 31 - Mengungkap Tabir
32
PBK Bab 32 - Memastikan Kebenaran
33
PBK Bab 33 - Mencoba Bangkit Walaupun Sakit
34
PBK Bab 34 - Jangan Coba Menghindariku
35
PBK Bab 35 - Maju Kena, Mundur Kena
36
PBK Bab 36 - Back To Office
37
PBK Bab 37 - Pengakuan Alvino
38
PBK Bab 38 - Kedatangan Wanita Rubah
39
PBK Bab 39 - Janji Tulus Seorang Pria
40
PBK Bab 40 - Bermesraan
41
PBK Bab 41 - Duka Zila
42
PBK Bab 42 - Berjumpa
43
PBK Bab 43 - Penguntit
44
PBK Bab 44 - Suara Hati Vino
45
PBK Bab 45 - Suasana Rumah Yang Dirindukan
46
PBK Bab 46 - Wanita Iblis
47
PBK Bab 47 - Kedatangan
48
PBK Bab 48 - Firasat
49
PBK Bab 49 - Rasa Aneh
50
PBK Bab 50 - Rasa Cinta
51
PBK Bab 51 - Kedatangan Mike
52
PBK Bab 52 - Cemburu
53
PBK Bab 53 - Masalah Baru
54
PBK Bab 54 - Bermesraan
55
PBK Bab 55 - Menyesal Pun Tak Ada Gunanya
56
PBK Bab 56 - Kekacauan Di Pesta
57
PBK Bab 57 - I love You, My Wife
58
PBK Bab 58 - Banyak Jalan, Banyak Cara
59
PBK Bab 59 - Berkumpul
60
PBK Bab 60 - Obrolan Pagi Tiga Penghuni Rumah
61
PBK Bab 61 - Sahabat Lama
62
PBK Bab 62 - Menolak Cinta Lama
63
PBK Bab 63 - Perhatian Kecil
64
PBK Bab 64 - Mereka Sudah di Takdirkan!
65
PBK Bab 65 - Sudah Jangan Berharap!
66
PBK Bab 66 - Penculikan Yang di Rencana
67
PBK Bab 67 - Siapa Kau Harus Kutemukan!
68
PBK Bab 68 - Diculik
69
PBK Bab 69 - Penyerangan
70
PBK BAb 70 - Kehilangan Kesempatan Lagi
71
PBK Bab 71 - Kisah Yang Sebenarnya!
72
PBK Bab 72 - Dulu, Sekarang dan Nanti
73
PBK 73 - Berubah Labil
74
PBK Bab 74 - Sensitif
75
PBK Bab 75 - Vino Mellow
76
PBK Bab 76 - Galau
77
PBK Bab 77 - Selesaikan di Atas Ranjang
78
PBK Bab 78 - Ngidam Pribadi
79
PBK Bab 79 - Mengucap Ikrar Janji Suci
80
PROMO

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!