PBK Bab 14 - Bagian Dari Nafkah

Saat Vino kembali ia melihat Zila masih bermain ponselnya, Vino tidak suka di abaikan lalu mengambil paksa ponsel itu.

Vino menemukan notifikasi pesan dari seseorang yang baru saja Zila memberikan balasannya. Pesan dari seorang laki-laki yang ia lihat bersamanya tadi siang di dalam toko. Vino tahu itu, karena Vino membaca isi pesan yang ia kirim.

"Siapa dia?"

"Seorang customer yang menyukai bunga dan pelayanan di toko bunga. Ia hanya mengucapkan terima kasih pada ku."

Prankkk!

Ponsel itu telah hancur di lantai. Mata Zila terbelalak melihat Vino membanting ponsel itu tanpa pikir panjang. Apa ada salah dengan apa yang ia ucapkan? Tidak ada kebohongan apapun yang ia katakan. Lalu kenapa ia bisa semarah itu?

"Beli ponsel yang baru dan jangan pernah mengabaikan ku saat sedang berada di dekatmu."

Vino mendekat dan membuat Zila beringsut mundur. Ia menatap mata Vino yang saat ini terlihat menahan amarahnya.

Entah kenapa Zila merasakan bahwa Vino sedang cemburu sekarang. Zila tidak bisa menjelaskan apapun saat ini, ia berkata benar dan tidak ada yang perlu di jelaskan. Vino yang semakin menjelaskan wajahnya kepada Zila yang membuat Zila ingin bersembunyi menghindari tatapan Vino yang membuat dirinya tidak bisa bernafas dengan bebas.

Seketika Vino berhenti dan hendak meninggalkan Zila. Masih dalam keadaan emosi yang mampu ia kontrol. Ia takut tidak bisa menahan dirinya jika lama-lama di hadapan Zila.

"Mari bercerai." Perkataan Zila yang saat itu membuat darah di dalam tubuh Vino terasa jelas mengalir dan memacu emosinya. Ia sakit saat wanita yang ingin ia miliki seutuhnya itu justru mengajak untuk berpisah. Zila tidak tahan lagi untuk hidup satu atap dengan Vino yang seakan membuat hidupnya begitu terikat.

Langkah Vino terhenti saat Zila mengatakan kalimat cerai kepadanya. Jelas! Vino telah memberikannya sebuah pilihan jika ingin bercerai. Tapi, Zila sepertinya tidak pernah gentar dengan syarat apapun asalkan Vino mau bercerai dengannya.

Vino mengurungkan niatnya untuk pergi, ia kembali mendekati Zila.

"Apa kamu sudah siap dengan syaratnya?"

Sambil mengangkat dagu Zila, Vino bertanya kepadanya. Sebuah anggukan kecil Zila mengartikan bahwa ia sudah siap untuk syarat yang telah Vino berikan kepadanya. Vino membuka kaos hitam yang saat itu ia kenakan. Perlahan tubuhnya mulai menaiki ranjang dan mencium paksa Zila. Amarah bercampur dengan hasratnya untuk memiliki tubuh indah wanita yang kini telah di jadikan sebagai istrinya itu. Saat emosinya tidak mampu ia bendung tidak ada jalan selain menuruti keinginan dari wanitanya.

Vino akan menuruti semua keinginannya sekali pun dirinya belum yakin apakah setelah ini ia mampu mengabulkan permintaan Zila atau tidak. Sebuah syarat yang ia berikan hanya untuk membuat Zila patuh kepadanya. Namun, Zila justru menginginkan hal itu.

Vino tidak mampu menolak keinginan Zila walaupun sebenarnya Vino tahu itu adalah sebuah keterpaksaan yang Zila inginkan sebenarnya adalah perpisahan. Dengan nafas yang terengah-engah Vino menikmati setiap inci dari tubuh istrinya. Tidak ada kelembutan yang ada hanya ingin memiliki seutuhnya tubuh itu. Vino melihat air mata Zila mengalir di pipinya. Ia seakan tidak peduli, dirinya terlanjur terbakar hasrat yang membara. Malam itu, diantara dinginnya suasana malam yang siap merobek tulang tanpa selimut.

Vino telah merenggut sesuatu yang berharga dalam diri Zila. Dengan terpaksa ia menyerahkannya karena ia tidak mampu hidup dengan laki-laki yang tidak pernah ia cintai. Bagaimanapun Zila tidak mau hidup seumur hidupnya seperti itu. Bercerai darinya adalah yang terbaik. Lebih cepat lebih baik. Setelah mendapatkannya dari Zila Vino meninggalkannya dalam tangisannya yang membuat seluruh denyut nadi seakan berhenti. Sejujurnya ia terluka saat melihat Zila menangis.

Diam seribu bahasa, Vino memikirkan langkah selanjutnya untuk meluluhkan Zila, seakan kekuasaan dan kedudukan laki-laki itu tidak membuat hati Zila menjadi hangat dan menerima Vino dengan suka cita sebagai suaminya. Zila tidak sama dengan wanita-wanita lain, hal itu justru membuat Vino semakin ingin memiliki jiwa dan raganya.

Apa daya Vino, ia mampu membeli apapun dengan jenis wanita seperti apapun dengan uangnya. Bahkan Vino pernah berpikir bahwa ia bisa membuat wanita-wanita jatuh cinta dengan yang semua ia miliki. Tapi, saat ia jatuh cinta dan menginginkannya sebagai miliknya, uang justru tidak berguna dan tidak ada artinya. Hati Zila seperti batu ia tetap bertahan pada cinta pertamanya tanpa mau memberikan celah untuk orang lain masuk.

Vino meneguk kembali kopi panas yang ada di atas meja, sesekali ia menyesap rokoknya. Dalam keadaan sadar atau tidak Zila tetap mendominasi pikirannya. Aneh, ia ingin merenung untuk melupakan kejadian di kamar dengan Zila beberapa jam lalu, ia justru ingin mengulanginya.

Ia berada di sebuah ruangan khusus yang di mana hanya ia dan secangkir kopi panas pikirannya membuat ia semakin gila. Vino semakin tidak bisa mengendalikan dirinya, ia telah mencoba menjauh dan membuang pikirannya tentang Zila. Tapi semua sia-sia. Ia justru semakin merindukan wanita itu.

Tanpa sadar langkahnya justru kembali membawanya kepada Zila yang sudah tertidur di kamarnya. Membuka pintu dan mendekatinya. Zila menyadari kehadirannya. Saat ia akan terbangun Vino telah menindih tubuh mungilnya.

Ia marah tapi ia mencintai Zila dengan tulus. Ia marah karena perasaannya yang tidak terbalaskan tapi ia cinta. Dan hanya Zila yang mampu menghidupkan gairahnya. Setelah bertahun-tahun lamanya Vino tidak lagi menginginkan hal itu dengan wanita cantik manapun. Zila datang dan mengubah sebagian hidup seorang CEO yang sangat angkuh dan sombong itu. Vino tidak pernah berbicara dengan wanita dengan lemah lembut, ia tidak tahu bagaimana caranya membuat senang wanita. Ia hanya ingin tahu bahwa dirinya tidak tertarik dengan wanita manapun saat itu. Berbaik hati dengan wanita yang sudah pasti menaruh hati padanya akan membuat dirinya susah sendiri. Wanita itu makhluk aneh pikir Vino. Itu sebelum Zila membuat dunianya terbalik.

Malam itu Vino dan Zila tidur di tempat tidur yang sama, Zila tahu saat ia memutuskan untuk segera bercerai ia harus menerima syarat dari Vino. Malam ini ia telah berulang kali melakukannya dan itu ia siap untuk melahirkan seorang anak untuk Vino. Setelah itu walaupun belum pasti Vino akan menceraikannya, setidaknya ia telah berjanji untuk mempertimbangkannya. Zila berpikir jika pernikahannya ini sementara maka ia tidak perlu harus memberitahukan keluarganya di kampung. Zila akan pulang pada saatnya.

Pagi telah tiba, Vino masih dalam balutan selimutnya. Suara alarm terus berbunyi tapi Vino seperti enggan untuk bangun. Zila yang terlebih dahulu bangun sudah bersiap untuk pergi ke toko. Rasa perih sisa tadi malam masih terasa. Tapi, Zila tidak mau berada seharian di atas ranjang. Vino sepertinya masih menikmati sisa pertempuran yang berulang kali terjadi tadi malam. Vino tidak pernah seperti ini sebelumnya.

"Jangan meninggalkan aku sendiri tanpa kamu di sini."

Suara Vino terdengar parau khas bangun tidur. Zila tidak jadi melangkah keluar. Zila berbalik dan menatap Vino dari kejauhan.

"Apa hari ini anda tidak akan kerja?"

"Sepuluh menit lagi!"

Zila terpaksa menunggu sepuluh menit lagi dan kemudian membangunkannya.

"Jangan cerewet di pagi hari, aku tidak tahan untuk tidak melakukannya jika mendengar kamu mengoceh seperti semalam."

Mana ada dirinya mengoceh, jelas saja kalau Vino lah yang memulai perkara. Dia membanting ponsel Zila dan membuat emosi. Zila yang kesal dengan sikapnya akhirnya tidak terkontrol ucapannya. Zila ingin segera berpisah karena tidak terbiasa hidup dengan laki-laki arogan.

Kenapa sekarang justru Zila yang di bilang cerewet. Padahal dirinya yang terlalu over protektif terhadap Zila.

"Siapkan baju untuk ku." Perintah Vino kepada Zila dan berjalan ke pintu kamar mandi.

Zila sebenarnya tidak mau melakukan tugasnya sebagai istri agar Vino tidak terbiasa di layani olehnya. Itu artinya ia tidak harus merasa kalau ia harus melayani seorang suami. Vino telah memintanya ia terpaksa melakukan apapun yang sudah menjadi perintah Vino.

Setelah Vino selesai menggunakan pakaiannya. Zila tanpa di perintahkan langsung memakaikan dasinya. Iya sudah terbiasa sekarang mengikatkan sebuah dasi di leher baju suaminya. Sebelum Zila sempat melepaskan tangannya Vino dengan cepat-cepat memberikan menciumnya.

***

~Happy Readings🥰

Selamat membaca yah😊 Semoga kalian suka dengan tulisan ku😘

Episodes
1 PBK Bab 1 - Kabar Buruk
2 PBK Bab 2 - Awal Pertemuan
3 PBK Bab 3 - Awal Rencana
4 PBK Bab 4 - Rasa Yang Tak Biasa
5 PBK Bab 5 - Sebuah Isyarat
6 PBK Bab 6 - Tekanan CEO Bucin Dan Dilema
7 PBK Bab 7 - Kenekatan Cinta
8 PBK Bab 8 - Rencana Yang Berhasil
9 PBK Bab 9 - Permintaan
10 PBK Bab 10 - Kejutan!
11 PBK Bab 11 - Dan Akhirnya Terjawab!
12 PBK Bab 12 - Panas Hati
13 PBK Bab 13 - Penjelasan
14 PBK Bab 14 - Bagian Dari Nafkah
15 PBK Bab 15 - Quality Time Berdua
16 PBK Bab 16 - Menahan Diri
17 PBK Bab 17 - Panik Mode On
18 PBK Bab 18 - Persimpangan Dilema
19 PBK Bab 19 - Kali Ini Benar-benar Ragu
20 PBK Bab 20 - Istriku Berbeda
21 PBK Bab 21 - Akan Kupertegas
22 PBK Bab 22 - Mengukir Kenangan
23 PBK Bab 23 - Sulit Ditebak
24 PBK Bab 24 - Galak Mode On
25 PBK Bab 25 - Tersiksa Masa Lalu
26 PBK Bab 26 - Celaka
27 PBK Bab 27 - Khawatir, Tidak Lebih
28 PBK Bab 28 - Sabar dan Tahan!
29 PBK Bab 29 - Melelahkan dan Menyakitkan
30 PBK Bab 30 - Siapa Alvino?
31 PBK Bab 31 - Mengungkap Tabir
32 PBK Bab 32 - Memastikan Kebenaran
33 PBK Bab 33 - Mencoba Bangkit Walaupun Sakit
34 PBK Bab 34 - Jangan Coba Menghindariku
35 PBK Bab 35 - Maju Kena, Mundur Kena
36 PBK Bab 36 - Back To Office
37 PBK Bab 37 - Pengakuan Alvino
38 PBK Bab 38 - Kedatangan Wanita Rubah
39 PBK Bab 39 - Janji Tulus Seorang Pria
40 PBK Bab 40 - Bermesraan
41 PBK Bab 41 - Duka Zila
42 PBK Bab 42 - Berjumpa
43 PBK Bab 43 - Penguntit
44 PBK Bab 44 - Suara Hati Vino
45 PBK Bab 45 - Suasana Rumah Yang Dirindukan
46 PBK Bab 46 - Wanita Iblis
47 PBK Bab 47 - Kedatangan
48 PBK Bab 48 - Firasat
49 PBK Bab 49 - Rasa Aneh
50 PBK Bab 50 - Rasa Cinta
51 PBK Bab 51 - Kedatangan Mike
52 PBK Bab 52 - Cemburu
53 PBK Bab 53 - Masalah Baru
54 PBK Bab 54 - Bermesraan
55 PBK Bab 55 - Menyesal Pun Tak Ada Gunanya
56 PBK Bab 56 - Kekacauan Di Pesta
57 PBK Bab 57 - I love You, My Wife
58 PBK Bab 58 - Banyak Jalan, Banyak Cara
59 PBK Bab 59 - Berkumpul
60 PBK Bab 60 - Obrolan Pagi Tiga Penghuni Rumah
61 PBK Bab 61 - Sahabat Lama
62 PBK Bab 62 - Menolak Cinta Lama
63 PBK Bab 63 - Perhatian Kecil
64 PBK Bab 64 - Mereka Sudah di Takdirkan!
65 PBK Bab 65 - Sudah Jangan Berharap!
66 PBK Bab 66 - Penculikan Yang di Rencana
67 PBK Bab 67 - Siapa Kau Harus Kutemukan!
68 PBK Bab 68 - Diculik
69 PBK Bab 69 - Penyerangan
70 PBK BAb 70 - Kehilangan Kesempatan Lagi
71 PBK Bab 71 - Kisah Yang Sebenarnya!
72 PBK Bab 72 - Dulu, Sekarang dan Nanti
73 PBK 73 - Berubah Labil
74 PBK Bab 74 - Sensitif
75 PBK Bab 75 - Vino Mellow
76 PBK Bab 76 - Galau
77 PBK Bab 77 - Selesaikan di Atas Ranjang
78 PBK Bab 78 - Ngidam Pribadi
79 PBK Bab 79 - Mengucap Ikrar Janji Suci
80 PROMO
Episodes

Updated 80 Episodes

1
PBK Bab 1 - Kabar Buruk
2
PBK Bab 2 - Awal Pertemuan
3
PBK Bab 3 - Awal Rencana
4
PBK Bab 4 - Rasa Yang Tak Biasa
5
PBK Bab 5 - Sebuah Isyarat
6
PBK Bab 6 - Tekanan CEO Bucin Dan Dilema
7
PBK Bab 7 - Kenekatan Cinta
8
PBK Bab 8 - Rencana Yang Berhasil
9
PBK Bab 9 - Permintaan
10
PBK Bab 10 - Kejutan!
11
PBK Bab 11 - Dan Akhirnya Terjawab!
12
PBK Bab 12 - Panas Hati
13
PBK Bab 13 - Penjelasan
14
PBK Bab 14 - Bagian Dari Nafkah
15
PBK Bab 15 - Quality Time Berdua
16
PBK Bab 16 - Menahan Diri
17
PBK Bab 17 - Panik Mode On
18
PBK Bab 18 - Persimpangan Dilema
19
PBK Bab 19 - Kali Ini Benar-benar Ragu
20
PBK Bab 20 - Istriku Berbeda
21
PBK Bab 21 - Akan Kupertegas
22
PBK Bab 22 - Mengukir Kenangan
23
PBK Bab 23 - Sulit Ditebak
24
PBK Bab 24 - Galak Mode On
25
PBK Bab 25 - Tersiksa Masa Lalu
26
PBK Bab 26 - Celaka
27
PBK Bab 27 - Khawatir, Tidak Lebih
28
PBK Bab 28 - Sabar dan Tahan!
29
PBK Bab 29 - Melelahkan dan Menyakitkan
30
PBK Bab 30 - Siapa Alvino?
31
PBK Bab 31 - Mengungkap Tabir
32
PBK Bab 32 - Memastikan Kebenaran
33
PBK Bab 33 - Mencoba Bangkit Walaupun Sakit
34
PBK Bab 34 - Jangan Coba Menghindariku
35
PBK Bab 35 - Maju Kena, Mundur Kena
36
PBK Bab 36 - Back To Office
37
PBK Bab 37 - Pengakuan Alvino
38
PBK Bab 38 - Kedatangan Wanita Rubah
39
PBK Bab 39 - Janji Tulus Seorang Pria
40
PBK Bab 40 - Bermesraan
41
PBK Bab 41 - Duka Zila
42
PBK Bab 42 - Berjumpa
43
PBK Bab 43 - Penguntit
44
PBK Bab 44 - Suara Hati Vino
45
PBK Bab 45 - Suasana Rumah Yang Dirindukan
46
PBK Bab 46 - Wanita Iblis
47
PBK Bab 47 - Kedatangan
48
PBK Bab 48 - Firasat
49
PBK Bab 49 - Rasa Aneh
50
PBK Bab 50 - Rasa Cinta
51
PBK Bab 51 - Kedatangan Mike
52
PBK Bab 52 - Cemburu
53
PBK Bab 53 - Masalah Baru
54
PBK Bab 54 - Bermesraan
55
PBK Bab 55 - Menyesal Pun Tak Ada Gunanya
56
PBK Bab 56 - Kekacauan Di Pesta
57
PBK Bab 57 - I love You, My Wife
58
PBK Bab 58 - Banyak Jalan, Banyak Cara
59
PBK Bab 59 - Berkumpul
60
PBK Bab 60 - Obrolan Pagi Tiga Penghuni Rumah
61
PBK Bab 61 - Sahabat Lama
62
PBK Bab 62 - Menolak Cinta Lama
63
PBK Bab 63 - Perhatian Kecil
64
PBK Bab 64 - Mereka Sudah di Takdirkan!
65
PBK Bab 65 - Sudah Jangan Berharap!
66
PBK Bab 66 - Penculikan Yang di Rencana
67
PBK Bab 67 - Siapa Kau Harus Kutemukan!
68
PBK Bab 68 - Diculik
69
PBK Bab 69 - Penyerangan
70
PBK BAb 70 - Kehilangan Kesempatan Lagi
71
PBK Bab 71 - Kisah Yang Sebenarnya!
72
PBK Bab 72 - Dulu, Sekarang dan Nanti
73
PBK 73 - Berubah Labil
74
PBK Bab 74 - Sensitif
75
PBK Bab 75 - Vino Mellow
76
PBK Bab 76 - Galau
77
PBK Bab 77 - Selesaikan di Atas Ranjang
78
PBK Bab 78 - Ngidam Pribadi
79
PBK Bab 79 - Mengucap Ikrar Janji Suci
80
PROMO

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!