Setiap ada kesempatan bertemu dengan Ryu, Vino selalu menyombongkan diri, ia berkata bahwa profesi dari sahabat kecilnya itu tidak akan pernah menguntungkan dirinya. Vino yang selalu berkata sombong kepada Ryu, saat ini akhirnya sahabatnya itu bisa juga berguna untuknya.
Alan benar-benar terlihat mengkhawatirkan Tuannya itu. Tapi, Vino justru memintanya untuk pergi ke kantor dan mengurus semuanya yang terlewat hari ini. Dengan rasa hormat yang tiada tandingannya, Alan telah pergi meninggalkan kamar Tuannya itu. Sebuah mobil mewah milik keluarga Orlando telah membawanya ke kantor dan menggantikan Tuannya hari ini.
"Nyonya, bolehkah saya tahu nama, anda?"
"Zil ... Zila." Zila melihat Vino melihat ke arah Ryu dan sepertinya Vino tidak suka saat Zila berbicara dengan Dokter muda itu.
"Tuan muda hanya membutuhkan beberapa hari untuk istirahat di rumah. Mohon kesediaan anda untuk memperhatikan luka di tangannya. Ini terlihat sangat tidak nyaman untuknya.
"Em, akan saya perhatikan dengan lebih lagi."
Alan sebenarnya ingin mengatakan kalau pria itu sangat lemah, sepertinya ia butuh kasih sayang seorang wanita. Sesekali ia ingin meledeknya di depan wanitanya, Ryu hanya pura-pura tidak mengetahui posisi Zila saat ini. Ryu melihat sepertinya Zila sangat spesial bagi seorang Vino. Ia sedang banyak pasien sekarang. Lain kali ia akan coba sedikit menggoda wanitanya itu agar bisa melihat reaksi wajah Vino yang seketika berubah ingin menelan manusia hidup-hidup.
Ini adalah pertama bagi Ryu melihat Vino masang wajah cemburunya kepada seorang pria, yaitu saat Ryu hanya mengucapkan beberapa kalimat kepada Zila. Sebelumnya wanita manapun tidak akan membuatnya tertarik, apalagi bisa membuatnya merasakan api cemburu.
"Baiklah, sepertinya kamar ini terasa panas meskipun sudah menggunakan pendingin ruangan. Saya rasa saya harus segera pergi."
Zila tidak mengerti dengan ucapan Ryu tapi Vino memahaminya.
"Em .." Jawab Vino sambil mengangguk pelan.
"Apa perlu saya antar, Dok?"
"Tidak perlu, dia lebih membutuhkan kehadiran anda."
Ryu tidak tahan untuk tidak mengatakannya, dengan senyum di bibirnya ia meninggalkan kamar itu. Zila terlihat salah tingkah dengan ucapan Ryu. Benarkah Vino kini membutuhkan dirinya?
"Apa anda ingin makan sesuatu?"
"Em .."
Zila memulai untuk berbicara dengan baik kepada Vino. Laki-laki itu telah terluka karenanya, sedikit bersikap baik tentu tidak akan berlebihan pikirnya. Ada baiknya juga sakit seperti ini pikir Vino. Ia pun memanfaatkan situasi ini untuk bersikap manja kepada Zila.
Zila pun hendak pergi untuk membuatkan makanan yang mungkin akan ia sukai. Tiba-tiba tangan Vino menarik tangan Zila dan menghalanginya untuk pergi. Melihat tangannya di pegang oleh Vino, Zila pun menatap wajah Vino yang terlihat masih lemah.
"Tetaplah di sini! Bi Sumi akan mengantarkannya ke sini." Sebuah perintah yang Vino ucapkan terdengar sangat lembut kepada Zila.
Sebelum Zila benar-benar mengatakan ia kepada Vino, Bi Sumi telah muncul dari balik pintu dengan sebuah nampan berisi makanan dan segelas air putih.
"Pergilah Bi! Saya belum ingin makan." Baru saja ia bilang kalau ia ingin makan tapi kenapa tiba-tiba ia tidak ingin makan sekarang. Bi Sumi melirik ke arah Zila, sedikit tidak mengerti dengan tatapan Bi Sumi, Zila bergantian menatap ke arah Vino.
Zila mengerti sekarang kalau Bi Sumi ingin kalau dirinya yang memberikan makanan itu kepada Vino. Zila pun mendekat dan mengambil nampan itu, ia duduk tanpa berbicara apapun kepada Vino. Dengan tangan cekatan dan sigap Zila menyuapi sesendok bubur yang telah Bi Sumi buat kepada Vino. Tanpa mengatakan apapun Zila dengan sangat hati-hati meniup-niup bubur itu kemudian memberikannya kepada Vino. Laki-laki itu tidak bisa menolaknya, ia hanya bisa menurut untuk membuka mulutnya.
Menatap Zila dan Zila hanya pura-pura tidak melihatnya. Melihat hal itu Bi Sumi kemudian meninggalkan kedua majikannya itu.
"Uhuk .. uhuk .. uhuk .." Vino tersedak makanan dan Zila segera mengambilkannya air, Zila begitu lembut memberikannya kepada Vino.
"Aku akan membawa ini untuk turun." Sambil membawa piring kotor itu Zila segera keluar dari kamar. Di balik pintu itu, Zila berhenti sejenak, ia mengatur nafasnya yang hampir saja berhenti karena tatapan Vino kepadanya.
Zila mengelus dadanya, ia memastikan agar jantungnya berdetak seperti biasanya. Zila masih berdiri di balik pintu dan ia kini merasakan sesuatu yang aneh telah terjadi padanya. Ia menjadi sangat khawatir atas laki-laki yang sudah menjebak dirinya masuk ke dalam sebuah pernikahan yang sama sekali tidak ia inginkan.
Meskipun sampai saat ini Zila tidak tahu alasan yang membuat Vino menikahinya ia tidak ingin terjebak terlalu lama, keputusannya untuk berpisah adalah yang terbaik. Setelah kembali dari dapur ia membuat perasaannya setenang mungkin. Membuka handle pintu untuk masuk kembali ke kamar.
Vino sedang berdiri di depan jendela, ia sedang menikmati suasana di depan Villa. Sepertinya tempat itu begitu tenang dan nyaman mengingatkannya pada suatu tempat yang pernah ia tinggali. Zila membuatnya sadar dari lamunan masa lalunya, ia menatap Zila dan mendekatinya. Tangannya meraih tubuh ramping itu dan memeluknya.
Apa yang telah membuat Vino tiba-tiba memeluk Zila yang beberapa saat hanya terdiam tanpa reaksi apapun. Vino memejamkan matanya dan nafasnya terdengar memburu. Terasa begitu jelas jantungnya yang berdetak tiga kali lebih cepat dari biasanya. Zila, ia merasakan seseorang yang tidak asing baginya, ia seperti merasakan detak jantung seseorang yang telah lama ia rindukan.
Zila ingin berlama-lama di sana dan merasakan detak jantung itu. Zila bahkan membalas dengan perlahan pelukan Vino kepadanya, hatinya gundah, ia begitu haus oleh rasa rindu yang selama ini menyiksa batinnya. Seperti air yang telah menghilangkan dahaganya. Zila seketika sadar bahwa yang memeluknya bukannya Kenan. Zila melepaskan pelukan itu. Meskipun sebenarnya ia masih ingin berlama-lama disana.
Zila menangis dan menjauh dari Vino, ia sadar tidak seharusnya ia bersikap seperti itu. Walaupun, Vino adalah suaminya tapi kesepakatan untuk berpisah diantara mereka telah terjadi.
Mana mungkin Zila lupa akan hal itu, ia bahkan telah memberikan setengah hidupnya sebagai syarat atas permintaan Vino kepadanya.
\*
\*
Di kediaman utama keluarga Orlando, David telah menerima sebuah amplop besar berwarna coklat. Amplop itu telah ia buka dan ia letakkan di atas sebuah meja di kamarnya, laki-laki yang sudah pensiun dari jabatannya itu selalu ingin tahu kehidupan Vino di luar sana. David menginginkan Vino segera menikah dan memiliki seorang anak, penerus dari keluarga Orlando selanjutnya.
Sayangnya, Vino tidak menginginkan seorang wanita berada di sampingnya setelah, pasca kecelakaan yang menimpa dirinya beberapa tahun yang lalu, tidak seorang pun yang mampu menaklukkan hatinya. Bahkan Vino telah di kabarkan melakukan operasi tertentu yang membuatnya tidak akan pernah menyentuh wanita manapun.
Rumor itu yang beredar, padahal sebenarnya Vino tidak pernah melakukan hal itu. Itulah yang membuat David sangat menghawatirkan putranya. Kini ia telah mengetahui kalau Vino telah tinggal dengan seorang wanita dan telah menikahinya. David Orlando yang selalu ingin ikut campur dengan urusan Vino itu akhirnya menyelidiki identitas dari Zila.
Beberapa hari ini, David telah menugaskan beberapa orang kepercayaannya dan sudah mendapatkan semua identitas dari Zila.
"Bagaimana bisa ia menolak kupu-kupu demi seekor lalat!"
Kata-katanya itu adalah bukti atas ketidak setujuannya atas istri pilihan Vino.
"Aku telah mati-matian memberinya seseorang yang levelnya setara dengan dirinya, kenapa ia begitu buta oleh cinta?"
David dengan tongkat yang membantunya setiap hari untuk berjalan itu, berjalan lalu berhenti kemudian berbicara dengan dua orang yang telah membawa sebuah amplop tersebut.
"Apa ia ingin mempermalukan Indorama group, sehingga ia harus menikahi gadis itu?"
Dua laki-laki yang ada di sampingnya itu hanya mendengarkan tanpa berkomentar apa-apa.
\*
\*
Sementara Zila, ia meninggalkan Vino di kamarnya sendirian. Zila duduk di sebuah taman Villa itu, ia melihat bunga-bunga yang tumbuh di halaman Villa. Ia sangat menyukai bunga. Villa ini hanya di huni oleh Bi Sumi dan satu supir, bagaimana bisa bunga-bunga ini terlihat begitu terawat. Zila baru menyadari kalau di samping Villa ada sebuah kebun bunga yang begitu terlihat cantik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments