PBK Bab 18 - Persimpangan Dilema

Setiap ada kesempatan bertemu dengan Ryu, Vino selalu menyombongkan diri, ia berkata bahwa profesi dari sahabat kecilnya itu tidak akan pernah menguntungkan dirinya. Vino yang selalu berkata sombong kepada Ryu, saat ini akhirnya sahabatnya itu bisa juga berguna untuknya.

Alan benar-benar terlihat mengkhawatirkan Tuannya itu. Tapi, Vino justru memintanya untuk pergi ke kantor dan mengurus semuanya yang terlewat hari ini. Dengan rasa hormat yang tiada tandingannya, Alan telah pergi meninggalkan kamar Tuannya itu. Sebuah mobil mewah milik keluarga Orlando telah membawanya ke kantor dan menggantikan Tuannya hari ini.

"Nyonya, bolehkah saya tahu nama, anda?"

"Zil ... Zila." Zila melihat Vino melihat ke arah Ryu dan sepertinya Vino tidak suka saat Zila berbicara dengan Dokter muda itu.

"Tuan muda hanya membutuhkan beberapa hari untuk istirahat di rumah. Mohon kesediaan anda untuk memperhatikan luka di tangannya. Ini terlihat sangat tidak nyaman untuknya.

"Em, akan saya perhatikan dengan lebih lagi."

Alan sebenarnya ingin mengatakan kalau pria itu sangat lemah, sepertinya ia butuh kasih sayang seorang wanita. Sesekali ia ingin meledeknya di depan wanitanya, Ryu hanya pura-pura tidak mengetahui posisi Zila saat ini. Ryu melihat sepertinya Zila sangat spesial bagi seorang Vino. Ia sedang banyak pasien sekarang. Lain kali ia akan coba sedikit menggoda wanitanya itu agar bisa melihat reaksi wajah Vino yang seketika berubah ingin menelan manusia hidup-hidup.

Ini adalah pertama bagi Ryu melihat Vino masang wajah cemburunya kepada seorang pria, yaitu saat Ryu hanya mengucapkan beberapa kalimat kepada Zila. Sebelumnya wanita manapun tidak akan membuatnya tertarik, apalagi bisa membuatnya merasakan api cemburu.

"Baiklah, sepertinya kamar ini terasa panas meskipun sudah menggunakan pendingin ruangan. Saya rasa saya harus segera pergi."

Zila tidak mengerti dengan ucapan Ryu tapi Vino memahaminya.

"Em .." Jawab Vino sambil mengangguk pelan.

"Apa perlu saya antar, Dok?"

"Tidak perlu, dia lebih membutuhkan kehadiran anda."

Ryu tidak tahan untuk tidak mengatakannya, dengan senyum di bibirnya ia meninggalkan kamar itu. Zila terlihat salah tingkah dengan ucapan Ryu. Benarkah Vino kini membutuhkan dirinya?

"Apa anda ingin makan sesuatu?"

"Em .."

Zila memulai untuk berbicara dengan baik kepada Vino. Laki-laki itu telah terluka karenanya, sedikit bersikap baik tentu tidak akan berlebihan pikirnya. Ada baiknya juga sakit seperti ini pikir Vino. Ia pun memanfaatkan situasi ini untuk bersikap manja kepada Zila.

Zila pun hendak pergi untuk membuatkan makanan yang mungkin akan ia sukai. Tiba-tiba tangan Vino menarik tangan Zila dan menghalanginya untuk pergi. Melihat tangannya di pegang oleh Vino, Zila pun menatap wajah Vino yang terlihat masih lemah.

"Tetaplah di sini! Bi Sumi akan mengantarkannya ke sini." Sebuah perintah yang Vino ucapkan terdengar sangat lembut kepada Zila.

Sebelum Zila benar-benar mengatakan ia kepada Vino, Bi Sumi telah muncul dari balik pintu dengan sebuah nampan berisi makanan dan segelas air putih.

"Pergilah Bi! Saya belum ingin makan." Baru saja ia bilang kalau ia ingin makan tapi kenapa tiba-tiba ia tidak ingin makan sekarang. Bi Sumi melirik ke arah Zila, sedikit tidak mengerti dengan tatapan Bi Sumi, Zila bergantian menatap ke arah Vino.

Zila mengerti sekarang kalau Bi Sumi ingin kalau dirinya yang memberikan makanan itu kepada Vino. Zila pun mendekat dan mengambil nampan itu, ia duduk tanpa berbicara apapun kepada Vino. Dengan tangan cekatan dan sigap Zila menyuapi sesendok bubur yang telah Bi Sumi buat kepada Vino. Tanpa mengatakan apapun Zila dengan sangat hati-hati meniup-niup bubur itu kemudian memberikannya kepada Vino. Laki-laki itu tidak bisa menolaknya, ia hanya bisa menurut untuk membuka mulutnya.

Menatap Zila dan Zila hanya pura-pura tidak melihatnya. Melihat hal itu Bi Sumi kemudian meninggalkan kedua majikannya itu.

"Uhuk .. uhuk .. uhuk .." Vino tersedak makanan dan Zila segera mengambilkannya air, Zila begitu lembut memberikannya kepada Vino.

"Aku akan membawa ini untuk turun." Sambil membawa piring kotor itu Zila segera keluar dari kamar. Di balik pintu itu, Zila berhenti sejenak, ia mengatur nafasnya yang hampir saja berhenti karena tatapan Vino kepadanya.

Zila mengelus dadanya, ia memastikan agar jantungnya berdetak seperti biasanya. Zila masih berdiri di balik pintu dan ia kini merasakan sesuatu yang aneh telah terjadi padanya. Ia menjadi sangat khawatir atas laki-laki yang sudah menjebak dirinya masuk ke dalam sebuah pernikahan yang sama sekali tidak ia inginkan.

Meskipun sampai saat ini Zila tidak tahu alasan yang membuat Vino menikahinya ia tidak ingin terjebak terlalu lama, keputusannya untuk berpisah adalah yang terbaik. Setelah kembali dari dapur ia membuat perasaannya setenang mungkin. Membuka handle pintu untuk masuk kembali ke kamar.

Vino sedang berdiri di depan jendela, ia sedang menikmati suasana di depan Villa. Sepertinya tempat itu begitu tenang dan nyaman mengingatkannya pada suatu tempat yang pernah ia tinggali. Zila membuatnya sadar dari lamunan masa lalunya, ia menatap Zila dan mendekatinya. Tangannya meraih tubuh ramping itu dan memeluknya.

Apa yang telah membuat Vino tiba-tiba memeluk Zila yang beberapa saat hanya terdiam tanpa reaksi apapun. Vino memejamkan matanya dan nafasnya terdengar memburu. Terasa begitu jelas jantungnya yang berdetak tiga kali lebih cepat dari biasanya. Zila, ia merasakan seseorang yang tidak asing baginya, ia seperti merasakan detak jantung seseorang yang telah lama ia rindukan.

Zila ingin berlama-lama di sana dan merasakan detak jantung itu. Zila bahkan membalas dengan perlahan pelukan Vino kepadanya, hatinya gundah, ia begitu haus oleh rasa rindu yang selama ini menyiksa batinnya. Seperti air yang telah menghilangkan dahaganya. Zila seketika sadar bahwa yang memeluknya bukannya Kenan. Zila melepaskan pelukan itu. Meskipun sebenarnya ia masih ingin berlama-lama disana.

Zila menangis dan menjauh dari Vino, ia sadar tidak seharusnya ia bersikap seperti itu. Walaupun, Vino adalah suaminya tapi kesepakatan untuk berpisah diantara mereka telah terjadi.

Mana mungkin Zila lupa akan hal itu, ia bahkan telah memberikan setengah hidupnya sebagai syarat atas permintaan Vino kepadanya.

\*

\*

Di kediaman utama keluarga Orlando, David telah menerima sebuah amplop besar berwarna coklat. Amplop itu telah ia buka dan ia letakkan di atas sebuah meja di kamarnya, laki-laki yang sudah pensiun dari jabatannya itu selalu ingin tahu kehidupan Vino di luar sana. David menginginkan Vino segera menikah dan memiliki seorang anak, penerus dari keluarga Orlando selanjutnya.

Sayangnya, Vino tidak menginginkan seorang wanita berada di sampingnya setelah, pasca kecelakaan yang menimpa dirinya beberapa tahun yang lalu, tidak seorang pun yang mampu menaklukkan hatinya. Bahkan Vino telah di kabarkan melakukan operasi tertentu yang membuatnya tidak akan pernah menyentuh wanita manapun.

Rumor itu yang beredar, padahal sebenarnya Vino tidak pernah melakukan hal itu. Itulah yang membuat David sangat menghawatirkan putranya. Kini ia telah mengetahui kalau Vino telah tinggal dengan seorang wanita dan telah menikahinya. David Orlando yang selalu ingin ikut campur dengan urusan Vino itu akhirnya menyelidiki identitas dari Zila.

Beberapa hari ini, David telah menugaskan beberapa orang kepercayaannya dan sudah mendapatkan semua identitas dari Zila.

"Bagaimana bisa ia menolak kupu-kupu demi seekor lalat!"

Kata-katanya itu adalah bukti atas ketidak setujuannya atas istri pilihan Vino.

"Aku telah mati-matian memberinya seseorang yang levelnya setara dengan dirinya, kenapa ia begitu buta oleh cinta?"

David dengan tongkat yang membantunya setiap hari untuk berjalan itu, berjalan lalu berhenti kemudian berbicara dengan dua orang yang telah membawa sebuah amplop tersebut.

"Apa ia ingin mempermalukan Indorama group, sehingga ia harus menikahi gadis itu?"

Dua laki-laki yang ada di sampingnya itu hanya mendengarkan tanpa berkomentar apa-apa.

\*

\*

Sementara Zila, ia meninggalkan Vino di kamarnya sendirian. Zila duduk di sebuah taman Villa itu, ia melihat bunga-bunga yang tumbuh di halaman Villa. Ia sangat menyukai bunga. Villa ini hanya di huni oleh Bi Sumi dan satu supir, bagaimana bisa bunga-bunga ini terlihat begitu terawat. Zila baru menyadari kalau di samping Villa ada sebuah kebun bunga yang begitu terlihat cantik.

Episodes
1 PBK Bab 1 - Kabar Buruk
2 PBK Bab 2 - Awal Pertemuan
3 PBK Bab 3 - Awal Rencana
4 PBK Bab 4 - Rasa Yang Tak Biasa
5 PBK Bab 5 - Sebuah Isyarat
6 PBK Bab 6 - Tekanan CEO Bucin Dan Dilema
7 PBK Bab 7 - Kenekatan Cinta
8 PBK Bab 8 - Rencana Yang Berhasil
9 PBK Bab 9 - Permintaan
10 PBK Bab 10 - Kejutan!
11 PBK Bab 11 - Dan Akhirnya Terjawab!
12 PBK Bab 12 - Panas Hati
13 PBK Bab 13 - Penjelasan
14 PBK Bab 14 - Bagian Dari Nafkah
15 PBK Bab 15 - Quality Time Berdua
16 PBK Bab 16 - Menahan Diri
17 PBK Bab 17 - Panik Mode On
18 PBK Bab 18 - Persimpangan Dilema
19 PBK Bab 19 - Kali Ini Benar-benar Ragu
20 PBK Bab 20 - Istriku Berbeda
21 PBK Bab 21 - Akan Kupertegas
22 PBK Bab 22 - Mengukir Kenangan
23 PBK Bab 23 - Sulit Ditebak
24 PBK Bab 24 - Galak Mode On
25 PBK Bab 25 - Tersiksa Masa Lalu
26 PBK Bab 26 - Celaka
27 PBK Bab 27 - Khawatir, Tidak Lebih
28 PBK Bab 28 - Sabar dan Tahan!
29 PBK Bab 29 - Melelahkan dan Menyakitkan
30 PBK Bab 30 - Siapa Alvino?
31 PBK Bab 31 - Mengungkap Tabir
32 PBK Bab 32 - Memastikan Kebenaran
33 PBK Bab 33 - Mencoba Bangkit Walaupun Sakit
34 PBK Bab 34 - Jangan Coba Menghindariku
35 PBK Bab 35 - Maju Kena, Mundur Kena
36 PBK Bab 36 - Back To Office
37 PBK Bab 37 - Pengakuan Alvino
38 PBK Bab 38 - Kedatangan Wanita Rubah
39 PBK Bab 39 - Janji Tulus Seorang Pria
40 PBK Bab 40 - Bermesraan
41 PBK Bab 41 - Duka Zila
42 PBK Bab 42 - Berjumpa
43 PBK Bab 43 - Penguntit
44 PBK Bab 44 - Suara Hati Vino
45 PBK Bab 45 - Suasana Rumah Yang Dirindukan
46 PBK Bab 46 - Wanita Iblis
47 PBK Bab 47 - Kedatangan
48 PBK Bab 48 - Firasat
49 PBK Bab 49 - Rasa Aneh
50 PBK Bab 50 - Rasa Cinta
51 PBK Bab 51 - Kedatangan Mike
52 PBK Bab 52 - Cemburu
53 PBK Bab 53 - Masalah Baru
54 PBK Bab 54 - Bermesraan
55 PBK Bab 55 - Menyesal Pun Tak Ada Gunanya
56 PBK Bab 56 - Kekacauan Di Pesta
57 PBK Bab 57 - I love You, My Wife
58 PBK Bab 58 - Banyak Jalan, Banyak Cara
59 PBK Bab 59 - Berkumpul
60 PBK Bab 60 - Obrolan Pagi Tiga Penghuni Rumah
61 PBK Bab 61 - Sahabat Lama
62 PBK Bab 62 - Menolak Cinta Lama
63 PBK Bab 63 - Perhatian Kecil
64 PBK Bab 64 - Mereka Sudah di Takdirkan!
65 PBK Bab 65 - Sudah Jangan Berharap!
66 PBK Bab 66 - Penculikan Yang di Rencana
67 PBK Bab 67 - Siapa Kau Harus Kutemukan!
68 PBK Bab 68 - Diculik
69 PBK Bab 69 - Penyerangan
70 PBK BAb 70 - Kehilangan Kesempatan Lagi
71 PBK Bab 71 - Kisah Yang Sebenarnya!
72 PBK Bab 72 - Dulu, Sekarang dan Nanti
73 PBK 73 - Berubah Labil
74 PBK Bab 74 - Sensitif
75 PBK Bab 75 - Vino Mellow
76 PBK Bab 76 - Galau
77 PBK Bab 77 - Selesaikan di Atas Ranjang
78 PBK Bab 78 - Ngidam Pribadi
79 PBK Bab 79 - Mengucap Ikrar Janji Suci
80 PROMO
Episodes

Updated 80 Episodes

1
PBK Bab 1 - Kabar Buruk
2
PBK Bab 2 - Awal Pertemuan
3
PBK Bab 3 - Awal Rencana
4
PBK Bab 4 - Rasa Yang Tak Biasa
5
PBK Bab 5 - Sebuah Isyarat
6
PBK Bab 6 - Tekanan CEO Bucin Dan Dilema
7
PBK Bab 7 - Kenekatan Cinta
8
PBK Bab 8 - Rencana Yang Berhasil
9
PBK Bab 9 - Permintaan
10
PBK Bab 10 - Kejutan!
11
PBK Bab 11 - Dan Akhirnya Terjawab!
12
PBK Bab 12 - Panas Hati
13
PBK Bab 13 - Penjelasan
14
PBK Bab 14 - Bagian Dari Nafkah
15
PBK Bab 15 - Quality Time Berdua
16
PBK Bab 16 - Menahan Diri
17
PBK Bab 17 - Panik Mode On
18
PBK Bab 18 - Persimpangan Dilema
19
PBK Bab 19 - Kali Ini Benar-benar Ragu
20
PBK Bab 20 - Istriku Berbeda
21
PBK Bab 21 - Akan Kupertegas
22
PBK Bab 22 - Mengukir Kenangan
23
PBK Bab 23 - Sulit Ditebak
24
PBK Bab 24 - Galak Mode On
25
PBK Bab 25 - Tersiksa Masa Lalu
26
PBK Bab 26 - Celaka
27
PBK Bab 27 - Khawatir, Tidak Lebih
28
PBK Bab 28 - Sabar dan Tahan!
29
PBK Bab 29 - Melelahkan dan Menyakitkan
30
PBK Bab 30 - Siapa Alvino?
31
PBK Bab 31 - Mengungkap Tabir
32
PBK Bab 32 - Memastikan Kebenaran
33
PBK Bab 33 - Mencoba Bangkit Walaupun Sakit
34
PBK Bab 34 - Jangan Coba Menghindariku
35
PBK Bab 35 - Maju Kena, Mundur Kena
36
PBK Bab 36 - Back To Office
37
PBK Bab 37 - Pengakuan Alvino
38
PBK Bab 38 - Kedatangan Wanita Rubah
39
PBK Bab 39 - Janji Tulus Seorang Pria
40
PBK Bab 40 - Bermesraan
41
PBK Bab 41 - Duka Zila
42
PBK Bab 42 - Berjumpa
43
PBK Bab 43 - Penguntit
44
PBK Bab 44 - Suara Hati Vino
45
PBK Bab 45 - Suasana Rumah Yang Dirindukan
46
PBK Bab 46 - Wanita Iblis
47
PBK Bab 47 - Kedatangan
48
PBK Bab 48 - Firasat
49
PBK Bab 49 - Rasa Aneh
50
PBK Bab 50 - Rasa Cinta
51
PBK Bab 51 - Kedatangan Mike
52
PBK Bab 52 - Cemburu
53
PBK Bab 53 - Masalah Baru
54
PBK Bab 54 - Bermesraan
55
PBK Bab 55 - Menyesal Pun Tak Ada Gunanya
56
PBK Bab 56 - Kekacauan Di Pesta
57
PBK Bab 57 - I love You, My Wife
58
PBK Bab 58 - Banyak Jalan, Banyak Cara
59
PBK Bab 59 - Berkumpul
60
PBK Bab 60 - Obrolan Pagi Tiga Penghuni Rumah
61
PBK Bab 61 - Sahabat Lama
62
PBK Bab 62 - Menolak Cinta Lama
63
PBK Bab 63 - Perhatian Kecil
64
PBK Bab 64 - Mereka Sudah di Takdirkan!
65
PBK Bab 65 - Sudah Jangan Berharap!
66
PBK Bab 66 - Penculikan Yang di Rencana
67
PBK Bab 67 - Siapa Kau Harus Kutemukan!
68
PBK Bab 68 - Diculik
69
PBK Bab 69 - Penyerangan
70
PBK BAb 70 - Kehilangan Kesempatan Lagi
71
PBK Bab 71 - Kisah Yang Sebenarnya!
72
PBK Bab 72 - Dulu, Sekarang dan Nanti
73
PBK 73 - Berubah Labil
74
PBK Bab 74 - Sensitif
75
PBK Bab 75 - Vino Mellow
76
PBK Bab 76 - Galau
77
PBK Bab 77 - Selesaikan di Atas Ranjang
78
PBK Bab 78 - Ngidam Pribadi
79
PBK Bab 79 - Mengucap Ikrar Janji Suci
80
PROMO

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!