Zila dan Mona hanya menjadi pendengar saja. Mereka tidak cukup berani untuk mengatai bosnya yang belum pernah ia lihat itu. Mereka pun mulai bekerja kembali sampai sore. Meskipun melelahkan, Zila bahagia bisa bertemu teman-teman yang menerima dirinya apa adanya.
Capeknya terasa berkurang saat melihat canda tawa dari teman-temannya. Semuanya baik dan selalu membantu Zila saat meminta bantuan apapun. Seseorang di antara mereka pun menyukai Zila. Namanya Seno. Zila tidak bisa memberikan harapan yang tidak pasti kepada Seno. Hatinya benar-benar belum bisa menerima laki-laki lain meskipun kepergian kekasihnya sudah sangat lama. Zila takut saat ia jatuh cinta lagi kepada seseorang ia akan kehilangan seseorang tersebut. Seno pun berniat untuk menunggu Zila sampai kapan pun ia mau membuka hatinya untuk Seno.
Zila hanya menganggap Seno sebagai teman kerja tidak lebih dari itu.
Sore itu Zila pulang seperti biasa bersama teman-temanya. Mereka berpapasan dengan Alvino saat akan menuju ke parkiran khusus karyawan.
Tidak ada satupun yang berani melihat ke arah bosnya, meskipun tempat parkiran Pak Vino berbeda. Mereka baru menggunjing bosnya itu setelah menghilang dari pandangan mereka.
"Jadi itu Pak Vino, pemilik perusahaan ini." Gumam Zila dalam hati.
Zila baru pertama kali melihat bosnya sore ini. Wajarlah banyak yang menyukai Pak Vino dia memang laki-laki yang memiliki segalanya pikir Zila.
Tapi apakah benar Pak Vino itu sangat sombong seperti yang di beritakan. Kelihatan dari cara jalan dan pandangannya sih memang seperti itu. Ia sama sekali tidak mau menyapa dan bersikap ramah kepada karyawan biasa.
Sorot matanya menggambarkan keangkuhan penuh ambisi. Zila sangat jelas melihat wajah bosnya itu. Pak Vino tidak melihatnya, ia hanya fokus berjalan tidak melihat kemana-mana. Pandangannya lurus ke depan. Ia menggunakan kacamata hitamnya saat masuk mobil. Zila satu-satunya karyawan yang berani melihat wajah Alvino karena dirinya begitu penasaran melihat wajah sang CEO.
Tiga bulan sudah ia bekerja, baru kali ini dia berpapasan dengan Alvino. Itupun hanya kebetulan karena Alvino pulang saat jam pulang kantor. Biasanya Alvino akan pulang sebelum dan sesudah jam kantor. Bersamaan pulang akan membuat dirinya banyak godaan dari pegawai wanita bawahannya.
Alvino memang masih sendiri, belum ada satupun wanita yang membuatnya jatuh hati. Ia sangat pemilih dalam urusan wanita. Beberapa wanita dari kelas atas menawarkan dirinya untuk di jadikan sebagai kekasih. Namun, Vino tidak menginginkan salah satu diantara mereka. Entah wanita cantik seperti apa yang dirinya cari. Mungkin wanita itu harus turun dari langit dan secantik bidadari.
Di kamar kost yang tidak terlalu besar, Zila sedang bersiap untuk tidur dengan Mona.
"Kamu melihatnya tadi?"
"Em, dia seperti yang di ceritakan teman-teman."
"Iya, dia memang sangat tampan. Wanita manapun pasti ingin dijadikan sebagai kekasih olehnya."
"Bukan yang itu, wajahnya sangat kaku. Aku pikir dia tidak bisa senyum."
"Hahaha. Kalau dia dengar kamu pasti langsung di hukum sama dia. Hem, atau mungkin di pecat."
Mona tidak bisa menahan tawanya saat melihat wajah Zila yang terlalu serius saat memberikan penilaian kepada bos mereka itu. Mona kemudian menakuti Zila yang sama sekali belum kenal siapa Alvino.
Zila percaya saja apa yang sahabatnya itu bilang. Ia membayangkan kalau dirinya di pecat oleh Pak Vino dengan muka dinginnya ia melakukan semua itu kepada Zila. Seketika Zila bergidik ngeri, ia tidak bisa membayangkan kalau suatu hari ia terpaksa bertemu atau berbicara dengan bosnya itu.
Vino begitu terlihat menakutkan bagi Zila. Membayangkan berhadapan langsung dengannya saja ia sudah takut apalagi jika harus memiliki urusan dengan laki-laki seperti Alvino.
"Semoga aku tidak akan pernah bertemu atau berurusan dengan pak bos ya."
"Emang kenapa? dia ganteng tahu."
"Aku membayangkannya seperti psikopat."
"Ada-ada saja kamu ini La, mending kita tidur sekarang."
Merekapun tertidur dan sudah berada dalam alam mimpi mereka masing-masing.
°
°
Zila yang saat itu berada di sebuah ketinggian. Tiba-tiba saja Alvino datang dan mendorong dirinya sampai jatuh.
Saat sudah terjatuh Alvino mengulurkan tangannya untuk menolong Zila, kenapa ia harus mendorongnya jika ia kemudian menolong dirinya. Karena tidak terima telah di dorong, Zila tidak mau menerima uluran tangan Alvino.
Alvino menjadi sangat marah dan memaksa Zila untuk masuk ke sebuah rumah. Dalam rumah itu Zila mendengar tangisan bayi, Zila pun mencari-cari bayi itu dan kemudian melihatnya di tempat yang sangat indah.
Bayi itu tersenyum melihat dirinya. Saat Zila ingin menggendong nya.
°
°
°
"La .. Zila .. La .. Bangun!" Mona membangunkan dari tidur dan mimpinya.
"Cuma mimpi rupanya."
"Kamu mimpi apa sih La? kok sampai mengigau seperti itu?"
"Maafkan aku Mon, tidurmu pasti ke ganggu ya?"
"Tidak apa-apa. Sudah jam segini, aku lebih baik mandi dan bersiap untuk pergi kerja."
"Ini kan terlalu pagi, Mon."
"Enggak apa-apa. Nanggung kalau tidur lagi."
"Baiklah, aku juga akan mandi setelah mu."
Mereka berdua pun akhirnya bersiap untuk pergi kerja. Mimpi yang aneh pikir Zila. Mungkin karena sebelum tidur mereka ngomongin Vino. Jadi, kebawa mimpi akhirnya.
®®®®®®®®®®®®®®®®®®®®®
Pagi ini setelah tiba di tempat kerja. Zila dan Mona sedang bersiap untuk bekerja.
"La, bagian kamu di ruangan pak Vino ya!"
Degh!
Zila langsung teringat mimpinya.
"Kenapa Zila kak?"
"Mira gak masuk, dia cuti hari ini."
Kata Eka yang Zila panggil dengan sebutan kakak itu.
"Ingat jangan sampai melakukan kesalahan apapun di sana!" Eka mengingatkan Zila.
"Baik kak."
Zila segera pergi ke ruangan sang CEO.
Ia harus segera membersihkan ruangan orang yang paling penting di kantor itu. Sebisa mungkin Zila membersihkannya sebelum Pak Vino datang. Ia menjadi benar-benar takut dengan cerita yang beredar tentang bosnya itu. Pak Vino yang terkenal tidak pernah menggunakan hatinya dalam urusan pekerjaan.
Jika salah maka tidak ada toleransi. Hukum atau langsung pecat. Parasit dalam perusahaan harus di musnahkan. Memberi ampun atau kesempatan kedua adalah seperti memelihara seekor ular.
Lambat laun yang namanya ular pasti akan menggigit juga. Begitulah prinsip Vino dalam membangun bisnisnya. Jadi, jangan sekali-kali melakukan kesalahan yang fatal jika ingin masih bekerja di perusahaannya.
Meskipun sudah berusaha sekuat mungkin, Zila tetap kalah cepat dengan bosnya itu. Pak Vino datang saat Zila masih ada di ruangan itu. Saat yang bersamaan dengan Vino membuka pintu ruangannya saat itu juga Zila hendak keluar dari sana.
"Maaf Pak, saya tidak tahu Bapak mau membuka pintu."
Zila yang saat itu hampir menabrak Vino segera meminta maaf sambil menundukkan kepalanya.
"Kenapa kamu ada di sini?"
"Saya, saya membersihkan ruangan Bapak. Karyawan yang biasa bertugas di sini sedang cuti Pak."
"Kalau begitu buatkan saya kopi, saya tidak suka terlalu manis."
"Baik Pak."
Zila pun segera meninggalkan ruangan Pak Vino, ia akan segera kembali untuk membawa secangkir kopi.
Zila pun kembali membawa secangkir kopi. Zila meletakkannya di atas meja kerja Vino. Karena grogi, ia tidak sengaja menyenggol sebuah buku yang ada di meja itu. Hampir saja kopi yang ia taruh di meja terjatuh ke Vino. Dengan perasaan takutnya, Zila meminta maaf sekali lagi sehingga membuat Vino yang tadi sibuk dengan berkas-berkasnya menatap wajah Zila. Ia tertegun. Di tatapnya lagi lebih dalam. Melihat tatapan bosnya seperti itu, Zila takut akan di marahi olehnya.
"Permisi Pak, saya keluar dulu."
"Tunggu!"
"Iya Pak, apa ada yang bisa saya bantu?"
Zila berbalik karena Vino menghentikan langkahnya.
"Lupakan!"
Zila pun melangkah keluar dan melanjutkan pekerjaannya lagi. Untung tidak terjadi apa-apa di ruangan Pak Vino pikir Zila. Zila masih sangat beruntung saat keluar dengan keadaan yang baik-baik saja dari ruangan bosnya itu. Zila yang saat itu tidak bisa menyembunyikan perasaan takutnya akhirnya bisa bernafas dengan lega saat keluar dari ruangan Vino.
Ini semua gara-gara temannya yang sering menakut-nakuti dirinya soal Pak Vino. Mereka bilang Pak Vino galak lah, Pak Vino kejam lah, dan lain-lain tentang bos mereka itu.
Zila bukan takut apa-apa, dirinya hanya takut melakukan kesalahan dan kemudian di pecat dari pekerjaan yang saat ini sangat berharga bagi dirinya dan keluarganya di kampung.
Zila sudah berjanji akan membantu Paman dan Bibinya untuk melunasi hutang-hutangnya.
💖💖💖💖
Bersambung 🙂!😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
sella surya amanda
lanjut
2024-03-10
0
atik
lanjut thor... semangat
2024-03-09
0