PBK Bab 6 - Tekanan CEO Bucin Dan Dilema

Zila melirik kanan dan kiri memastikan di ruangan itu tidak ada orang selain dirinya.

Zila menganggukkan kepalanya sebuah rasa hormatnya kepada seorang yang kini berdiri di depannya.

"Ikutlah denganku!" Kata Vino kepada Zila.

"Tapi, saya ..." Belum sempat Zila melanjutkan kata-katanya. Teman kerjanya yang baru saja kembali tidak berhenti menatap Vino dari dekat. Teman yang lainnya juga mulai berkerumun di belakang.

"Baik Pak." Zila mengikuti Vino dan Alan berada di belakang mereka. Demi menghindari kecurigaan teman-temannya, Zila terpaksa mau ikut dengan Vino. Zila tidak tahu akan di bawa ke mana. Ia hanya duduk diam di dalam mobil di sebelah kiri Vino.

Mobil itu berhenti di sebuah Villa, Zila turun dari mobil dan ia melihat suasana di sekitar. Villa itu cukup jauh dari perkotaan tempatnya begitu tenang nan asri.

Ini di mana, Pak?" Zila memberanikan dirinya untuk bertanya.

"Nanti kamu akan tahu."

Vino memdahului Zila untuk masuk ke dalam. Alan masih berada di belakang. Ada keraguan yang menyelimuti hati Zila. Kakinya berat untuk melangkah. Vino adalah bosnya bukan berarti dia harus menuruti semua keinginannya.

Mengumpulkan keberaniannya, Zila mengikuti langkah Vino.

Di sebuah kamar dengan desain yang begitu elegan, Vino membawa Zila masuk ke dalam. Vino mengunci secara otomatis pintu kamar itu dari dalam.

"Apa yang sebenarnya akan Bapak lakukan?" Tanya Zila waspada.

"Tawaran saya yang kemarin masih berlaku, pikirkan sekali lagi!"

"Bukankah Bapak punya segalanya? Bapak bisa mendapatkan apapun yang Bapak mau kecuali saya. Saya tidak bisa melakukan pernikahan karena uang."

"Saya tidak menawarkan uang."

"Lalu apa yang Bapak mau dari saya?"

Vino tidak menjawab pertanyaan Zila. Ia memilih untuk mendekati wanita yang tingginya hanya sampai sebahunya saja. Menghindari Vino, Zila melangkah mundur hingga terjebak oleh dinding yang berada di belakangnya.

Vino mengunci tubuhnya, Zila teringat pesan bibinya di kampung. Kehidupan di Jakarta tidak pernah sama dengan kehidupan di kampung. Zila harus pandai menjaga dirinya. Seketika ia memberontak saat Vino akan menyentuh dirinya.

"Jangan sentuh saya! Saya bukan seperti wanita lainnya!"

Tidak mendengar perkataan Zila, Vino semakin mengunci tubuh Zila diantara dinding dan kedua tangannya. Saat Vino akan mencoba menciumnya.

Plakk ..!

Tamparan keras mendarat di wajah tampan Vino, terlihat laki-laki yang tingginya 185 itu menahan rasa sakit di wajahnya. Zila tidak percaya dengan apa yang telah ia lakukan, ia baru saja menampar orang nomor satu di tempat ia bekerja. Zila menahan silvanya dan menatap wajah Vino dengan perasaan bimbang.

Di ujung bibirnya, Vino menyeka darah segar yang mengalir. Tamparan Zila membuatnya terluka tapi ia tidak marah sama sekali.

"Maaf saya tidak melakukan ini, saya mencintai laki-laki lain." Zila menunduk menangis, ia mengiba pada Vino agar melepaskan dirinya.

"Siapa laki-laki yang sudah membuatmu begitu setia?"

"Seseorang tidak akan pernah aku temui, tapi ia tetap tinggal di dalam hatiku."

"Bukankah dia menyuruhmu untuk tidak menunggunya? Lalu kenapa kamu bertahan untuk sesuatu yang sudah kamu tahu akan membuatmu kecewa?"

Deggh!

Jantung Zila berdetak hebat, darimana Vino tahu tentang hal itu? Mungkinkah ia mengenal Kenan? Atau masih banyak pertanyaan lain lagi di hati Zila.

"Darimana Bapak tahu soal itu?"

"Tidak ada yang tidak ku ketahui, dia bahkan tidak menghubungi kamu setelah ia memutuskan hubungan kalian kan?"

"Iya, apa Bapak juga ..."

"Kecelakaan pesawat itu telah merenggut nyawanya!"

Baru saja Zila ingin bertanya kalau Vino mengetahui sesuatu yang telah terjadi pada Kenan. Vino bahkan sudah mengatakannya terlebih dahulu.

Apakah ia sungguh benar-benar bisa melakukan apapun dan bisa mengetahui apapun dengan kekuasaan yang ia miliki saat ini, sehingga seluruh detail tentang Zila dapat ia ketahui.Tapi bukankah itu bagus, Zila jadi tidak perlu repot-repot menjelaskannya.

Zila hanya tidak habis pikir laki-laki yang menduduki tempat tertinggi di Indorama group itu bisa menyukai dirinya yang seorang gadis biasa. Wanita cantik seperti apa yang di kabarkan pernah ia tolak, dunia akan tertawa saat melihat Zila dan Vino menjadi sepasang kekasih.

Membayangkan semua itu saja membuat Zila merasa malu, ia tidak berani membayangkan semua akan terjadi menjadi nyata.

"Hapus air matamu, aku tidak suka melihat wanita menangis."

"Tolong biarkan saya pergi!"

Vino tersenyum tipis, ia menatap wajah gadis yang baru saja menamparnya itu.

"Tidak! Saya terluka karenamu. Kamu harus bertanggung jawab untuk ini."

"Kalau begitu bawalah saya ke kantor polisi!"

Mendengar keberanian Zila, Vino bertepuk tangan mengagumi sosok Zila yang begitu berani.

"Polisi tidak akan menyelesaikan masalah kita, kamu harus menikah dengan saya. Maka saya anggap kita impas."

Zila tidak habis pikir, apakah bosnya ini sudah gila, mabuk, atau dua-duanya pikir Zila.

"Saya tidak bisa mencintai orang lain. Jadi, tolong jangan paksa saya!"

"Baiklah, kalau begitu besok pagi kamu sudah tidak bekerja lagi di kantor saya!"

Mendengar keputusan Vino, Zila langsung menunduk, ia tidak menyangka ia akan kehilangan pekerjaan demi mempertahankan harga diri dan cintanya.

"Baik Pak, kalau begitu sekarang lepaskan saya. Saya mau pulang."

Dengan rasa kecewa di hatinya, Vino membuka pintu kamar itu. Ia tidak menyangka Zila begitu sulit untuk di dapatkan. Harta tidak membuat cinta masa lalunya goyah sedikitpun. Zila meninggalkan Villa itu dengan rasa risau yang berkecamuk di dalam dadanya.

Meskipun harus kehilangan pekerjaannya, Zila tetap pada pendiriannya. Ia tidak akan masuk kerja lagi, ia memilih untuk pulang ke kost.

Di dalam kamarnya Vino mengacak rambutnya frustasi. Ia tidak bisa duduk diam saat Zila meninggalkan ruangan itu. Melihat kegelisahan Tuannya, Alan memberanikan diri untuk bertanya.

"Tuan, apa ada yang bisa saya bantu?"

"Iya, bantu saya mendapatkan dia!"

"Akan saya usahakan semampu saya, Tuan."

"Tidak ada yang bisa memilikinya kecuali saya, tidak akan ada!" Vino memastikan itu pada dirinya.

™™™™™™™™™™™™™™™™™™™™™™™™

Di sebuah kost milik Zila dan Mona, Zila terlihat sibuk mencari lowongan pekerjaan di sebuah media sosial. Beberapa email, nomer telpon dan alamat perusahaan yang sudah Zila lingkari. Besok pagi Zila akan menghubungi nomor telpon yang tertera di sana. Melihat hal itu Mona langsung bertanya kepada Zila.

"Kamu nyari kerjaan, La?" Mona yang sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk itu menunggu jawaban dari Zila.

"Iya Mon, Pak Vino memecat ku hari ini."

"What, serius kamu?"

Zila mengangguk pelan. Membenarkan perkataan Mona.

"Kamu gak mau cerita masalahnya apa?"

Zila menghela nafas panjang.

"What ....!"

"Di tampar terus di pecat, aku gak ngerti, La. Coba kamu jelasin ceritanya gimana?" Mona memaksa Zila untuk cerita. Tapi Zila enggan untuk membahas bos yang egois itu. Zila berjanji akan cerita besok kepada Mona. Ia lelah dan ingin segera tidur.

Hari ini Zila tidak bekerja lagi di sana. Dia datang untuk mengambil barang miliknya dan pamit kepada teman-temannya. Tiga bulan bekerja, mereka banyak memberikan pengalaman kepada Zila. Sebelum berangkat tadi ia dan Mona sempat bicara. Zila sempat menceritakan bahwa Vino hendak mencium dirinya dan akhirnya Zila menampar laki-laki itu.

Tidak bisa banyak bercerita, Zila tidak ingin orang lain tahu tentang tawaran Vino. Saat orang mendengar hal itu, Zila justru akan menjadi bahan tertawaan orang satu kantor. Orang lain tidak akan paham dengan apa yang ia rasakan. Untuk itu ia memilih untuk diam.

Saat mengambil beberapa barang miliknya di loket, Vino datang dan menutup loket itu. Semua karyawan melihat kejadian itu menatap heran.

Zila hanya diam, ia telah di pecat. Dirinya harus cepat pergi dari sana.

"Apa kamu tidak ingin meminta agar saya tidak memecat mu?"

"Maaf Pak, keputusan anda sudah benar. Saya yang salah, permisi."

"Berhenti!" Vino berkata setengah berteriak sehingga seluruh karyawan menyaksikan kejadian itu.

"Tidak akan ada perusahaan manapun yang akan menerima kamu untuk bekerja!"

Zila yang mendengar perkataan Vino tiba-tiba tidak bisa mengontrol emosinya. Ia berjalan mendekati Vino dan berkata dengan pelan.

"Itu jauh lebih baik dari pada harus menjual diri saya." Katanya tegas penuh keberanian.

***

Hai reader karya baru author nih, jangan lupa komen, like, vote & kasih sedikit gift juga boleh😁😘

Terpopuler

Comments

atik

atik

Bagus Zila, harga diri yg utama

2024-03-11

2

lihat semua
Episodes
1 PBK Bab 1 - Kabar Buruk
2 PBK Bab 2 - Awal Pertemuan
3 PBK Bab 3 - Awal Rencana
4 PBK Bab 4 - Rasa Yang Tak Biasa
5 PBK Bab 5 - Sebuah Isyarat
6 PBK Bab 6 - Tekanan CEO Bucin Dan Dilema
7 PBK Bab 7 - Kenekatan Cinta
8 PBK Bab 8 - Rencana Yang Berhasil
9 PBK Bab 9 - Permintaan
10 PBK Bab 10 - Kejutan!
11 PBK Bab 11 - Dan Akhirnya Terjawab!
12 PBK Bab 12 - Panas Hati
13 PBK Bab 13 - Penjelasan
14 PBK Bab 14 - Bagian Dari Nafkah
15 PBK Bab 15 - Quality Time Berdua
16 PBK Bab 16 - Menahan Diri
17 PBK Bab 17 - Panik Mode On
18 PBK Bab 18 - Persimpangan Dilema
19 PBK Bab 19 - Kali Ini Benar-benar Ragu
20 PBK Bab 20 - Istriku Berbeda
21 PBK Bab 21 - Akan Kupertegas
22 PBK Bab 22 - Mengukir Kenangan
23 PBK Bab 23 - Sulit Ditebak
24 PBK Bab 24 - Galak Mode On
25 PBK Bab 25 - Tersiksa Masa Lalu
26 PBK Bab 26 - Celaka
27 PBK Bab 27 - Khawatir, Tidak Lebih
28 PBK Bab 28 - Sabar dan Tahan!
29 PBK Bab 29 - Melelahkan dan Menyakitkan
30 PBK Bab 30 - Siapa Alvino?
31 PBK Bab 31 - Mengungkap Tabir
32 PBK Bab 32 - Memastikan Kebenaran
33 PBK Bab 33 - Mencoba Bangkit Walaupun Sakit
34 PBK Bab 34 - Jangan Coba Menghindariku
35 PBK Bab 35 - Maju Kena, Mundur Kena
36 PBK Bab 36 - Back To Office
37 PBK Bab 37 - Pengakuan Alvino
38 PBK Bab 38 - Kedatangan Wanita Rubah
39 PBK Bab 39 - Janji Tulus Seorang Pria
40 PBK Bab 40 - Bermesraan
41 PBK Bab 41 - Duka Zila
42 PBK Bab 42 - Berjumpa
43 PBK Bab 43 - Penguntit
44 PBK Bab 44 - Suara Hati Vino
45 PBK Bab 45 - Suasana Rumah Yang Dirindukan
46 PBK Bab 46 - Wanita Iblis
47 PBK Bab 47 - Kedatangan
48 PBK Bab 48 - Firasat
49 PBK Bab 49 - Rasa Aneh
50 PBK Bab 50 - Rasa Cinta
51 PBK Bab 51 - Kedatangan Mike
52 PBK Bab 52 - Cemburu
53 PBK Bab 53 - Masalah Baru
54 PBK Bab 54 - Bermesraan
55 PBK Bab 55 - Menyesal Pun Tak Ada Gunanya
56 PBK Bab 56 - Kekacauan Di Pesta
57 PBK Bab 57 - I love You, My Wife
58 PBK Bab 58 - Banyak Jalan, Banyak Cara
59 PBK Bab 59 - Berkumpul
60 PBK Bab 60 - Obrolan Pagi Tiga Penghuni Rumah
61 PBK Bab 61 - Sahabat Lama
62 PBK Bab 62 - Menolak Cinta Lama
63 PBK Bab 63 - Perhatian Kecil
64 PBK Bab 64 - Mereka Sudah di Takdirkan!
65 PBK Bab 65 - Sudah Jangan Berharap!
66 PBK Bab 66 - Penculikan Yang di Rencana
67 PBK Bab 67 - Siapa Kau Harus Kutemukan!
68 PBK Bab 68 - Diculik
69 PBK Bab 69 - Penyerangan
70 PBK BAb 70 - Kehilangan Kesempatan Lagi
71 PBK Bab 71 - Kisah Yang Sebenarnya!
72 PBK Bab 72 - Dulu, Sekarang dan Nanti
73 PBK 73 - Berubah Labil
74 PBK Bab 74 - Sensitif
75 PBK Bab 75 - Vino Mellow
76 PBK Bab 76 - Galau
77 PBK Bab 77 - Selesaikan di Atas Ranjang
78 PBK Bab 78 - Ngidam Pribadi
79 PBK Bab 79 - Mengucap Ikrar Janji Suci
Episodes

Updated 79 Episodes

1
PBK Bab 1 - Kabar Buruk
2
PBK Bab 2 - Awal Pertemuan
3
PBK Bab 3 - Awal Rencana
4
PBK Bab 4 - Rasa Yang Tak Biasa
5
PBK Bab 5 - Sebuah Isyarat
6
PBK Bab 6 - Tekanan CEO Bucin Dan Dilema
7
PBK Bab 7 - Kenekatan Cinta
8
PBK Bab 8 - Rencana Yang Berhasil
9
PBK Bab 9 - Permintaan
10
PBK Bab 10 - Kejutan!
11
PBK Bab 11 - Dan Akhirnya Terjawab!
12
PBK Bab 12 - Panas Hati
13
PBK Bab 13 - Penjelasan
14
PBK Bab 14 - Bagian Dari Nafkah
15
PBK Bab 15 - Quality Time Berdua
16
PBK Bab 16 - Menahan Diri
17
PBK Bab 17 - Panik Mode On
18
PBK Bab 18 - Persimpangan Dilema
19
PBK Bab 19 - Kali Ini Benar-benar Ragu
20
PBK Bab 20 - Istriku Berbeda
21
PBK Bab 21 - Akan Kupertegas
22
PBK Bab 22 - Mengukir Kenangan
23
PBK Bab 23 - Sulit Ditebak
24
PBK Bab 24 - Galak Mode On
25
PBK Bab 25 - Tersiksa Masa Lalu
26
PBK Bab 26 - Celaka
27
PBK Bab 27 - Khawatir, Tidak Lebih
28
PBK Bab 28 - Sabar dan Tahan!
29
PBK Bab 29 - Melelahkan dan Menyakitkan
30
PBK Bab 30 - Siapa Alvino?
31
PBK Bab 31 - Mengungkap Tabir
32
PBK Bab 32 - Memastikan Kebenaran
33
PBK Bab 33 - Mencoba Bangkit Walaupun Sakit
34
PBK Bab 34 - Jangan Coba Menghindariku
35
PBK Bab 35 - Maju Kena, Mundur Kena
36
PBK Bab 36 - Back To Office
37
PBK Bab 37 - Pengakuan Alvino
38
PBK Bab 38 - Kedatangan Wanita Rubah
39
PBK Bab 39 - Janji Tulus Seorang Pria
40
PBK Bab 40 - Bermesraan
41
PBK Bab 41 - Duka Zila
42
PBK Bab 42 - Berjumpa
43
PBK Bab 43 - Penguntit
44
PBK Bab 44 - Suara Hati Vino
45
PBK Bab 45 - Suasana Rumah Yang Dirindukan
46
PBK Bab 46 - Wanita Iblis
47
PBK Bab 47 - Kedatangan
48
PBK Bab 48 - Firasat
49
PBK Bab 49 - Rasa Aneh
50
PBK Bab 50 - Rasa Cinta
51
PBK Bab 51 - Kedatangan Mike
52
PBK Bab 52 - Cemburu
53
PBK Bab 53 - Masalah Baru
54
PBK Bab 54 - Bermesraan
55
PBK Bab 55 - Menyesal Pun Tak Ada Gunanya
56
PBK Bab 56 - Kekacauan Di Pesta
57
PBK Bab 57 - I love You, My Wife
58
PBK Bab 58 - Banyak Jalan, Banyak Cara
59
PBK Bab 59 - Berkumpul
60
PBK Bab 60 - Obrolan Pagi Tiga Penghuni Rumah
61
PBK Bab 61 - Sahabat Lama
62
PBK Bab 62 - Menolak Cinta Lama
63
PBK Bab 63 - Perhatian Kecil
64
PBK Bab 64 - Mereka Sudah di Takdirkan!
65
PBK Bab 65 - Sudah Jangan Berharap!
66
PBK Bab 66 - Penculikan Yang di Rencana
67
PBK Bab 67 - Siapa Kau Harus Kutemukan!
68
PBK Bab 68 - Diculik
69
PBK Bab 69 - Penyerangan
70
PBK BAb 70 - Kehilangan Kesempatan Lagi
71
PBK Bab 71 - Kisah Yang Sebenarnya!
72
PBK Bab 72 - Dulu, Sekarang dan Nanti
73
PBK 73 - Berubah Labil
74
PBK Bab 74 - Sensitif
75
PBK Bab 75 - Vino Mellow
76
PBK Bab 76 - Galau
77
PBK Bab 77 - Selesaikan di Atas Ranjang
78
PBK Bab 78 - Ngidam Pribadi
79
PBK Bab 79 - Mengucap Ikrar Janji Suci

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!