Zila melirik kanan dan kiri memastikan di ruangan itu tidak ada orang selain dirinya.
Zila menganggukkan kepalanya sebuah rasa hormatnya kepada seorang yang kini berdiri di depannya.
"Ikutlah denganku!" Kata Vino kepada Zila.
"Tapi, saya ..." Belum sempat Zila melanjutkan kata-katanya. Teman kerjanya yang baru saja kembali tidak berhenti menatap Vino dari dekat. Teman yang lainnya juga mulai berkerumun di belakang.
"Baik Pak." Zila mengikuti Vino dan Alan berada di belakang mereka. Demi menghindari kecurigaan teman-temannya, Zila terpaksa mau ikut dengan Vino. Zila tidak tahu akan di bawa ke mana. Ia hanya duduk diam di dalam mobil di sebelah kiri Vino.
Mobil itu berhenti di sebuah Villa, Zila turun dari mobil dan ia melihat suasana di sekitar. Villa itu cukup jauh dari perkotaan tempatnya begitu tenang nan asri.
Ini di mana, Pak?" Zila memberanikan dirinya untuk bertanya.
"Nanti kamu akan tahu."
Vino memdahului Zila untuk masuk ke dalam. Alan masih berada di belakang. Ada keraguan yang menyelimuti hati Zila. Kakinya berat untuk melangkah. Vino adalah bosnya bukan berarti dia harus menuruti semua keinginannya.
Mengumpulkan keberaniannya, Zila mengikuti langkah Vino.
Di sebuah kamar dengan desain yang begitu elegan, Vino membawa Zila masuk ke dalam. Vino mengunci secara otomatis pintu kamar itu dari dalam.
"Apa yang sebenarnya akan Bapak lakukan?" Tanya Zila waspada.
"Tawaran saya yang kemarin masih berlaku, pikirkan sekali lagi!"
"Bukankah Bapak punya segalanya? Bapak bisa mendapatkan apapun yang Bapak mau kecuali saya. Saya tidak bisa melakukan pernikahan karena uang."
"Saya tidak menawarkan uang."
"Lalu apa yang Bapak mau dari saya?"
Vino tidak menjawab pertanyaan Zila. Ia memilih untuk mendekati wanita yang tingginya hanya sampai sebahunya saja. Menghindari Vino, Zila melangkah mundur hingga terjebak oleh dinding yang berada di belakangnya.
Vino mengunci tubuhnya, Zila teringat pesan bibinya di kampung. Kehidupan di Jakarta tidak pernah sama dengan kehidupan di kampung. Zila harus pandai menjaga dirinya. Seketika ia memberontak saat Vino akan menyentuh dirinya.
"Jangan sentuh saya! Saya bukan seperti wanita lainnya!"
Tidak mendengar perkataan Zila, Vino semakin mengunci tubuh Zila diantara dinding dan kedua tangannya. Saat Vino akan mencoba menciumnya.
Plakk ..!
Tamparan keras mendarat di wajah tampan Vino, terlihat laki-laki yang tingginya 185 itu menahan rasa sakit di wajahnya. Zila tidak percaya dengan apa yang telah ia lakukan, ia baru saja menampar orang nomor satu di tempat ia bekerja. Zila menahan silvanya dan menatap wajah Vino dengan perasaan bimbang.
Di ujung bibirnya, Vino menyeka darah segar yang mengalir. Tamparan Zila membuatnya terluka tapi ia tidak marah sama sekali.
"Maaf saya tidak melakukan ini, saya mencintai laki-laki lain." Zila menunduk menangis, ia mengiba pada Vino agar melepaskan dirinya.
"Siapa laki-laki yang sudah membuatmu begitu setia?"
"Seseorang tidak akan pernah aku temui, tapi ia tetap tinggal di dalam hatiku."
"Bukankah dia menyuruhmu untuk tidak menunggunya? Lalu kenapa kamu bertahan untuk sesuatu yang sudah kamu tahu akan membuatmu kecewa?"
Deggh!
Jantung Zila berdetak hebat, darimana Vino tahu tentang hal itu? Mungkinkah ia mengenal Kenan? Atau masih banyak pertanyaan lain lagi di hati Zila.
"Darimana Bapak tahu soal itu?"
"Tidak ada yang tidak ku ketahui, dia bahkan tidak menghubungi kamu setelah ia memutuskan hubungan kalian kan?"
"Iya, apa Bapak juga ..."
"Kecelakaan pesawat itu telah merenggut nyawanya!"
Baru saja Zila ingin bertanya kalau Vino mengetahui sesuatu yang telah terjadi pada Kenan. Vino bahkan sudah mengatakannya terlebih dahulu.
Apakah ia sungguh benar-benar bisa melakukan apapun dan bisa mengetahui apapun dengan kekuasaan yang ia miliki saat ini, sehingga seluruh detail tentang Zila dapat ia ketahui.Tapi bukankah itu bagus, Zila jadi tidak perlu repot-repot menjelaskannya.
Zila hanya tidak habis pikir laki-laki yang menduduki tempat tertinggi di Indorama group itu bisa menyukai dirinya yang seorang gadis biasa. Wanita cantik seperti apa yang di kabarkan pernah ia tolak, dunia akan tertawa saat melihat Zila dan Vino menjadi sepasang kekasih.
Membayangkan semua itu saja membuat Zila merasa malu, ia tidak berani membayangkan semua akan terjadi menjadi nyata.
"Hapus air matamu, aku tidak suka melihat wanita menangis."
"Tolong biarkan saya pergi!"
Vino tersenyum tipis, ia menatap wajah gadis yang baru saja menamparnya itu.
"Tidak! Saya terluka karenamu. Kamu harus bertanggung jawab untuk ini."
"Kalau begitu bawalah saya ke kantor polisi!"
Mendengar keberanian Zila, Vino bertepuk tangan mengagumi sosok Zila yang begitu berani.
"Polisi tidak akan menyelesaikan masalah kita, kamu harus menikah dengan saya. Maka saya anggap kita impas."
Zila tidak habis pikir, apakah bosnya ini sudah gila, mabuk, atau dua-duanya pikir Zila.
"Saya tidak bisa mencintai orang lain. Jadi, tolong jangan paksa saya!"
"Baiklah, kalau begitu besok pagi kamu sudah tidak bekerja lagi di kantor saya!"
Mendengar keputusan Vino, Zila langsung menunduk, ia tidak menyangka ia akan kehilangan pekerjaan demi mempertahankan harga diri dan cintanya.
"Baik Pak, kalau begitu sekarang lepaskan saya. Saya mau pulang."
Dengan rasa kecewa di hatinya, Vino membuka pintu kamar itu. Ia tidak menyangka Zila begitu sulit untuk di dapatkan. Harta tidak membuat cinta masa lalunya goyah sedikitpun. Zila meninggalkan Villa itu dengan rasa risau yang berkecamuk di dalam dadanya.
Meskipun harus kehilangan pekerjaannya, Zila tetap pada pendiriannya. Ia tidak akan masuk kerja lagi, ia memilih untuk pulang ke kost.
Di dalam kamarnya Vino mengacak rambutnya frustasi. Ia tidak bisa duduk diam saat Zila meninggalkan ruangan itu. Melihat kegelisahan Tuannya, Alan memberanikan diri untuk bertanya.
"Tuan, apa ada yang bisa saya bantu?"
"Iya, bantu saya mendapatkan dia!"
"Akan saya usahakan semampu saya, Tuan."
"Tidak ada yang bisa memilikinya kecuali saya, tidak akan ada!" Vino memastikan itu pada dirinya.
™™™™™™™™™™™™™™™™™™™™™™™™
Di sebuah kost milik Zila dan Mona, Zila terlihat sibuk mencari lowongan pekerjaan di sebuah media sosial. Beberapa email, nomer telpon dan alamat perusahaan yang sudah Zila lingkari. Besok pagi Zila akan menghubungi nomor telpon yang tertera di sana. Melihat hal itu Mona langsung bertanya kepada Zila.
"Kamu nyari kerjaan, La?" Mona yang sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk itu menunggu jawaban dari Zila.
"Iya Mon, Pak Vino memecat ku hari ini."
"What, serius kamu?"
Zila mengangguk pelan. Membenarkan perkataan Mona.
"Kamu gak mau cerita masalahnya apa?"
Zila menghela nafas panjang.
"What ....!"
"Di tampar terus di pecat, aku gak ngerti, La. Coba kamu jelasin ceritanya gimana?" Mona memaksa Zila untuk cerita. Tapi Zila enggan untuk membahas bos yang egois itu. Zila berjanji akan cerita besok kepada Mona. Ia lelah dan ingin segera tidur.
•
•
Hari ini Zila tidak bekerja lagi di sana. Dia datang untuk mengambil barang miliknya dan pamit kepada teman-temannya. Tiga bulan bekerja, mereka banyak memberikan pengalaman kepada Zila. Sebelum berangkat tadi ia dan Mona sempat bicara. Zila sempat menceritakan bahwa Vino hendak mencium dirinya dan akhirnya Zila menampar laki-laki itu.
Tidak bisa banyak bercerita, Zila tidak ingin orang lain tahu tentang tawaran Vino. Saat orang mendengar hal itu, Zila justru akan menjadi bahan tertawaan orang satu kantor. Orang lain tidak akan paham dengan apa yang ia rasakan. Untuk itu ia memilih untuk diam.
Saat mengambil beberapa barang miliknya di loket, Vino datang dan menutup loket itu. Semua karyawan melihat kejadian itu menatap heran.
Zila hanya diam, ia telah di pecat. Dirinya harus cepat pergi dari sana.
"Apa kamu tidak ingin meminta agar saya tidak memecat mu?"
"Maaf Pak, keputusan anda sudah benar. Saya yang salah, permisi."
"Berhenti!" Vino berkata setengah berteriak sehingga seluruh karyawan menyaksikan kejadian itu.
"Tidak akan ada perusahaan manapun yang akan menerima kamu untuk bekerja!"
Zila yang mendengar perkataan Vino tiba-tiba tidak bisa mengontrol emosinya. Ia berjalan mendekati Vino dan berkata dengan pelan.
"Itu jauh lebih baik dari pada harus menjual diri saya." Katanya tegas penuh keberanian.
***
Hai reader karya baru author nih, jangan lupa komen, like, vote & kasih sedikit gift juga boleh😁😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
atik
Bagus Zila, harga diri yg utama
2024-03-11
2