Gelisah

Jenia menatap ketinggian malam, taburan bintang di atas sana begitu indah menawan mata. Sejenak perasaannya terasa damai dan nyaman. Malam ini gadis itu memilih pulang dikediamannya ketimbang menginap di rumah Anora. Kejadian di rumah sang sahabat tidak sampai masuk ke dalam hatinya mengingat perlakuan Jessy.

Angin malam menyapu wajah Jenia begitu lembut membawa suasana sedikit terbang ke masa lalu. Di saat seperti ini biasanya sang Ayah akan datang menemani, membawanya bercerita banyak hal tentang hari yang dilalui. Kaca-kaca bening mulai terproduksi di sudut mata gadis itu, rindu mulai menggenggam erat menyesakan dada. Sayup terdengar isak kecil diterbangkan angin pertanda Jenia tidak mampu menahan rasa yang bergulung di dada. Atensi gadis itu teralihkan dengan getaran benda pipih disisi nya, tanpa banyak berpikir Jenia menjawab telpon yang masuk.

"Datanglah."

Tidak lagi mendengar kelanjutan di telpon Jenia gegas bangkit dan mematikan sambungan begitu saja. Ia dapat menebak dari getaran suara Emi jika keadaan ibunya tidak baik-baik saja. Perasaan takut melanda dengan gemuruh hebat menggiring langkah kaki Jenia. Gadis itu menyambar tas slempang di atas kasur lalu menarik jaket rajut menutup baju yang dikenakannya. Memakan waktu tiga puluh menit Jenia tiba di tempat ibunya dirawat. Nafasnya terengah karena setengah berlari mempercepat langkah.

"Kenapa?"

Emi menoleh ke arah pintu di sana Jenia berdiri sambil merapikan rambutnya yang tergerai. "Ibu tiba-tiba saja drop."

"Drop?"

"Iya, akhir-akhir ini ibu seperti gelisah." Jelas Emi menatap sayu pada sosok yang terbaring.

"Setelah kedatangan Tuan Eglar?"

Emi mengangguk. "Saya yakin ada yang ingin disampaikan Ibu tapi dia tidak bisa melakukannya."

Jenia mendaratkan tubuhnya di kursi lalu meraih tangan Ibu Fida membubuhkan kecupan kasih sayang disana. "Saya menginap disini."

...----------------...

Cahaya terang menyusup di gorden membuat mata Jenia silau, gadis itu gegas duduk dan menggulung rambutnya keatas. Atensinya tertuju pada sang ibu yang masih terpejam, Jenia bangkit lalu duduk disisi brankar, sejenak manik matanya terpaku pada wajah sayu dan pucat ibu Fida.

"Bu, aku baik-baik saja. Jangan cemas, aku sudah mengambil keputusan yang sudah dipikirkan matang."

"Nona, saya mau menyeka tubuh Ibu." Emi datang membawa baskom kecil berisi air dan handuk.

"Biar saya melakukannya."

Emi memberikan baskom kecil itu lalu berpaling untuk menyiapkan sarapan Ibu Fida, Sementara Jenia menyeka tubuh sang ibu penuh kasih sayang, dapat di rasa jika kulit wanita paruh baya itu hangat.

"Nona setelah selesai menyeka Ibu sarapan dulu biar bisa minum obat tapi sebelumnya kita menunggu dokter visit."

Jenia mengangguk pelan menjauhkan baskom lalu mengambil nampan berisi makanan. "Jam berapa ?"

"Sebentar lagi."

"Ibu bangun dulu sarapan ya." Jenia mengusap lembut pipi Ibu Fida. Sayangnya tidak ada reaksi yang terlihat. "Bu..."

"Selamat pagi."

"Selamat pagi Dokter." Emi membalas sapaan.

Jenia memberi ruang agar dokter bisa memeriksa ibunya gadis itu diam tanpa bertanya menunggu dokter menyelesaikan pekerjaannya.

"Ibu Fida demam, saya resep kan obat dan anda bisa menebusnya. Berikan sesuai dosis yang saya tulis. Nona Jenia mari ikut saya."

Gadis itu menurut mengabaikan tampilannya yang belum mandi namus masih sangat cantik. "Bagaimana kondisi Ibu beberapa hari ini?" Jenia bertanya setelah duduk dengan benar.

"Beberapa hari ini, Ibu Fida mengalami penurunan. Apakah sebelumnya dia bertemu seseorang?"

"Iya tapi tidak masalah karena ibu sering bertemu orang itu." Jenia menjawab sesuai fakta yang dia tahu.

"Anda sangat tahu permasalahan yang menyebabkan Ibu Fida seperti ini, apa mereka terlibat pembicaraan serius?"

"Saya rasa tidak karena Tuan Eglar datang untuk melamar saya." Jenia berkata apa adanya.

...----------------...

Fokus Jenia masih mengingat percakapannya dengan Dokter, gadis itu memutuskan berangkat bertemu seseorang setelah menyelesaikan mengurus ibunya.

"Anda yakin?"

"Iya saya yakin, seperti yang anda ketahui jika perawatan ibu disini di tanggung oleh tuan Eglar." Jenia menjawab dengan gurat wajah meyakinkan.

"Semoga anda benar, kesehatan ibu Fida terganggu akhir-akhir ini mungkin dari percakapan itu menarik perhatiannya sedikit sehingga bereaksi gelisah."

"Saya coba cari tahu pembahasan apa yang ada hari itu karena selama ini Tuan Eglar tidak pernah bicara tidak baik." Ujar Jenia kembali.

"Jenia."

Gadis itu bangun dari lamunannya ketika suara familiar masuk ke dalam gendang telinganya. Jenia tersenyum tipis lalu mengulurkan tangan bersalaman.

"Maaf saya tidak menyadari kedatangan anda."

"Tidak masalah, ada apa sampai kamu melamun seperti itu." Tuan Eglar menatap hangat.

"Ibu." Jenia berhenti sejenak menyusun kata-kata. "Akhir-akhir ini, kondisi ibu menurun. Tepatnya setelah anda datang melamar."

Tuan Eglar terdiam beberapa saat menatap dalam manik mata gadis di hadapannya. "Pembicaraan kami hanya sebatas lamaran saja tidak lebih."

"Ibu gelisah sehingga kondisinya menurun." Jenia menatap tidak enak.

"Tidak ada orang tua yang tenang ketika anak-anaknya akan memiliki kehidupan baru sementara dirinya tidak berdaya melakukan apa-apa. Jauh dalam lubuk hati ibumu, pasti dia ingin melakukan banyak hal untukmu termasuk pertunangan kamu dan Elio."

Jenia seolah tersadar jika ibunya juga memiliki perasaan ingin mengambil peran dalam hidupnya sebelum benar-benar menikah. "Maafkan saya."

"Tidak apa-apa, saya memahami apa yang ibu Fida rasakan karena saya pun juga begitu pada Elio, sekarang fokus saja."

"Baik, sekali lagi maafkan saya mencurigai anda." Jenia merasa tidak enak hati.

Tuan Eglar tersenyum tipis. "Mari kita makan siang."

Waktu berlalu begitu saja usai pertemuan Jenia dan juga Tuan Eglar. Gadis itu memilih mendatangi kafe tempatnya bekerja. Karena sudah tidak ada kelas lagi. Langkahnya terasa ringan setelah mendengar kata-kata calon mertuanya. Setelah ini Jenia akan menemui ibunya dan menyakinkan jika semuanya akan baik-baik saja.

"Lihat pelayan ini, tidak hanya menggoda kekasih ku tapi juga ayahnya."

Langkah Jenia terhenti mendengar kalimat dan suara tidak asing itu. Ia menoleh dan bertemu tatap dengan seseorang yang memandangnya dingin. "Jangan suka ikut campur urusan orang lain !"

"Ikut campur ?!" Jessy mengepal kesal karena mendapatkan perlawanan. "Kamu yang tidak tahu malu ! Berusaha merebut kekasihku !" Tudingnya tanpa perasaan hingga mereka menjadi pusat perhatian.

"Kenapa ?"

Atensi Jenia teralihkan mendengar suara baritone diantara cibiran orang-orang. "Kenapa?" Ulangnya tidak mengerti.

"Kamu butuh uang ?! Sampai merayu Papaku !"

Nada dingin itu tidak nyaring namun menusuk dan sedikit menyakiti Jenia, selama ini ia belum pernah mendapatkan pandangan rendah dan hina dari orang lain karena perilakunya yang baik. Tapi hari ini kalimat itu ia dengar dari tunangannya. Ya, cinta memang tidak ada tapi kalimat itu secara umum bisa menyakiti orang lain.

"Tentu saja, dia butuh uang sayang. Ibunya yang pesakitan itu butuh uang dan itu bisa didapatkan dari Om Eglar atau kamu. Menurutku itu lah yang membuatnya menerima perjodohan dengan mu. Disini kamu di jual Lio !"

Ego Elio tersentil mendengar kata di jual dari bibir Jessy. Benarkan seperti itu, Jenia butuh uang dan Papanya butuh seseorang yang bisa mengaturnya maka terjadilah perjodohan. Kedua tangan Elio terkepal erat jika memang benar seperti itu maka demi apapun Elio akan mencari cara memutuskan pertunangannya, disini ia menyesal bersikap buruk lima tahun ini sampai papanya mencari seseorang yang bisa mengatur dan mengatasinya dengan begitu ia akan merasa bertanggung jawab dengan orang yang disebut sebagain tunangannya itu. Sementara Jenia terdiam bukan membenarkan kalimat Jessy namun ia dapat menyimpulkan jika gadis kaya itu mencari tahu kehidupannya sehingga berani menyinggung tentang ibunya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!