Pembatalan

Ruang bernuansa putih itu kini sepi tanpa suara, semua mata hanya fokus menatap sosok yang kini terbaring tanpa membuka mata. Di benak beberapa orang itu masing-masing berpikir sendiri. Kejadian yang baru saja hampir menimpa Elio menjadi perhatian, bagaimana cerobohnya seorang Elio. Andai Jenia tidak ada mungkin saat ini hidup pria itu tidak baik-baik saja.

"Jenia, kamu boleh pulang istirahat di rumah." Tuan Eglar bersuara menoleh pelan pada gadis itu.

"Iya, maaf saya tidak bisa menemani tuan muda sampai pagi."

"Tidak masalah biar Joshua mengantarmu." Tuan Eglar tersenyum tipis.

Jenia mengangguk lalu menatap sejenak ke arah brankar dan tanpa beban meninggalkan ruang rawat Elio. Gadis itu sebenarnya tidak perduli bagaimana pun kondisi sang tunangan tapi mengingat rasa kemanusiaan dan jasa Tuan Eglar. Ia memutuskan menghampiri Elio saat itu.

"Jenia." Galen melangkah cepat menghampiri pemilik nama gurat wajahnya menunjukkan kekhawatiran setelah mendapatkan kabar dari Tuan Eglar. "Bagaimana kondisi Lio?"

"Kamu bisa melihatnya langsung."

Galen melirik pria di samping Jenia. "Kalian mau kemana?"

"Pulang."

"Hati-hati." Galen merasa tidak ada pembicaraan lagi karena sadar ini bukan saat nya berbasa basi.

Jenia melangkah meninggalkan Galen yang masih terpaku pada punggungnya. Joshua melirik sekilas sambil melangkah, dalam benak pria itu bertanya-tanya, apakah memang seperti ini calon nyonya mudanya?

"Ada yang mengusik mu?" Jenia sangat jelas mendengar helaan nafas Joshua.

"Tidak ada." Senyum kaku terbit di bibir pria tampan itu.

Jenia melihat mobil yang akan mengantarnya pulang tanpa menunggu di bukakan pintu, ia langsung menarik sendiri dan duduk santai di dalamnya sehingga membuat Joshua menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Lagi, ia di kejutkan karena Jenia duduk disebelahnya.

...----------------...

Galen duduk persis disamping brankar, pria itu memindai wajah sahabatnya dengan lekat. Ia tahu Elio tipe ceroboh dan keras kepala. Melihat kejadian malam ini, ia yakin ada masalah pada sahabatnya itu.

"Apa yang terjadi Om?"

"Dia mabuk dalam keadaan perut kosong, sebelum makan malam Lio keluar rumah dan pergi ke bar milik Jessy. Dia mabuk dan gadis itu memanfaatkannya beruntung Jenia melewati tempat itu dan melihat semuanya. Jenia membawanya pulang tapi di perjalanan Lio muntah parah."

"Apa lagi jadi masalahnya." Galen berpindah duduk di sofa tunggu bertepatan disebelah tuan Eglar.

"Masalah pertunangannya dan Jenia." Pria paruh baya itu menghela nafas berat. "Melihatnya sakit seperti ini, Om berpikir ulang lagi tentang perjodohan itu."

Galen menatap dalam tuan Eglar. "Maksud Om?"

"Elio tertekan, ada alasan kenapa pertunangan itu di atur. Melihat kondisinya seperti ini Om akan memikirkan nya kembali."

Malam itu diisi percakapan random Galen dan tuan Eglar, hampir separuh malam hanya terdengar suara muntahan dari Elio pria itu selalu muntah sampai terasa pahit. Tubuhnya lemas hanya saja cukup terbantu dengan benda cair yang tergantung di tiang sisi brankar nya.

...****************...

Pagi menjemput dengan cerah, Jenia menatap jauh ketinggian langit lalu beralih pada rantang makanan di tangannya. Hari ini gadis itu berniat mengunjungi sang ibu dan sengaja memasak makanan favorit ibu Fida. Gadis itu tidak memiliki kelas hari ini, sebelum bekerja Jenia menyempatkan diri terlebih dulu.

Motor matic miliknya berhenti di pelataran gedung tempatnya ibu nya dirawat, sejenak ia berdiri mengatur suasa hatinya. Langkah Jenia terus berlanjut sampai di mana ruang ibu Fida terletak.

"Nona."

"Bagaimana kondisi ibu?" Jenia meletakan rantang di atas nakas.

"Lumayan membaik dari kemaren."

"Sudah makan?" Jenia membawa tubuhnya berjongkok di depan kursi roda.

"Sedikit."

"Aku mengajak ibu keluar sebentar." Jenia mendorong kursi roda keluar kamar rawat. Ia ingin menghabiskan waktu sedikit di taman bersama ibunya.

...----------------...

Sementara di tempat lain, Elio baru saja selesai di periksa. Ia tidak muntah lagi hanya merasa lemas. Sejak bangun pria itu belum juga membuka bibir walau hanya untuk menyapa sang Papa.

"Saya sudah berikan anti nyeri, makan makanan lunak sementara waktu."

Usai visit dokter melenggang pergi keluar hanya menyisakan tuan Eglar dan Elio. Keduanya cukup lama terdiam hanyut dalam pemikiran.

"Jenia membawa kamu kesini." Suara tuan Eglar memecahkan keheningan. "Dia melihat gadis itu membawamu ke apartemen nya. Terlambat sedikit saja entah apa yang terjadi padamu." Tuan Eglar diam sejenak memperhatikan raut wajah sang anak. "Melihatmu seperti ini, Papa berpikir ulang tentang perjodohanmu dan Jenia. Kamu boleh mencari gadis yang kamu sukai tapi tidak dengan putri Deon Atmaja. Untuk Pertunangan kamu dan Jenia akan papa batalkan."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!