Pertengkaran

"Jadi, apa yang sebenarnya terjadi." Anora menanti jawaban yang sejak tadi memenuhi tempurung kepala. Semenjak meninggalkan kafe dan kejadian beberapa saat lalu rasa penasarannya semakin membuncah.

Disini Anora, Jenia dan juga Alvarendra memutuskan makan siang. Pria itu memilih diam karena merasa bukan ranahnya untuk menjawab. Sambil menunggu pengantaran pesanan, Ia membiarkan Jenia untuk menjawab.

"Beberapa waktu lalu, tuan Eglar datang menemui ku dan meminta aku menjadi tunangan putranya. Aku bisa saja menolak tapi kamu tahu sendiri selama ini pengobatan ibuku lebih banyak di tanggung Tuan Eglar dari pada aku dan Alvarendra."

"Balas budi ?" Anora menatap lembut sambil menghela nafas. "Kalau seperti ini akhirnya, harusnya aku meminta Papa untuk membantu."

Jenia terkekeh. "Tidak masalah, aku menerima semua ini dengan pertimbangan yang matang."

"Semoga saja semuanya baik-baik saja. Ah, aku kesal sekali dengan gadis tadi. Siapa dia itu?" Anora memberengut kesal.

"Elio memperkenalkan dia sebagai kekasihnya di malam pertunangan kami." Sahut Jenia santai.

Anora semakin kesal namun tidak bisa melakukan apa-apa, dia berusaha memahami keputusan yang di ambil sahabatnya ini. "Jangan lupa nanti malam."

...----------------...

Galen menatap kesal pada dua orang bersamanya saat ini, pria itu tidak habis pikir dengan sikap kekanakan keduanya. Kini mereka berpindah tempat setelah membuat keributan di kafe milik Alvarendra.

"Kali ini kamu keterlaluan, Jessy !"

"Kamu membela pelayan itu, Gal." Jessy sangat tidak terima.

"Aku tidak membela siapa pun, tapi disini memang kamu dan Lio keterlaluan memaksa kehendak pada orang lain." Tegas Galen menatap keduanya.

"Gadis itu saja berlebihan." Cibir Elio tidak terima disalahkan. "Dia memang pelayan sudah seharusnya melayani pembeli."

"Tapi saat ini bukan jam kerjanya, aku tidak percaya kalau seorang Elio bisa bersikap tanpa akal." Sarkasme Galen terlampau kesal. "Pelayan yang kamu sebut itu, akan menjadi masa depanmu suatu hari nanti."

Elio terkekeh. "Aku tidak menerima dia saat ini atau dimasa mendatang, dia hanya pilihan Papa bukan kemauanku."

"Terserah padamu, aku hanya mengingatkan kalian berdua berhati-hati dalam bertindak."

"Kamu menyukai pelayan itu ?!" Seru Jessy menatap selidik.

"Bukan urusanmu ! Aku peringatkan kalau tuan Deon Atmaja bukan orang yang sabar jadi hati-hati dengan tingkahmu."

"Papaku tidak akan menyakiti ku !" Jessy menggebu karena semakin kesal.

...----------------...

Di kediaman Tuan Siwen, pesta barbeque mulai berjalan. Beberapa rekan bisnisnya sudah ada disana hanya satu orang yang tidak terlihat dari tamu undangannya. Tuan Eglar, pria paruh baya itu jarang menghadiri pesta semacam itu.

"Selamat datang Deon Atmaja."

"Selamat atas kemenanganmu, Siwen." Tuan Deon Atmaja tersenyum menyambut uluran rekan bisnisnya itu.

"Silahkan duduk, pesta mulai berjalan." Tuan Siwen mempersilahkan.

Tuan Deon mengangguk dan mengambil duduk disalah satu kursi disiapkan. Iris matanya memindai situasi, di tangan kanannya ada segelas wine berharga fantastis.

"Papa." Jessy meletakan beberapa piring makanan.

"Nanti Papa makan."

Gadis itu mengangguk lalu membawa langkahnya ke arah Galen. "Dimana Lio?" Tanyanya sembari mendaratkan tubuh di kursi.

"Dia tidak datang."

"Kenapa?" Jessy penasaran.

"Aku tidak tahu." Galen menjawab tanpa mengalihkan pandangnya dari gadis yang sibuk memakan makanannya.

"Aku tahu kamu menyukainya." Jessy menangkap pandang pria disampingnya itu. "Bagaimana kalau kita bekerja sama, kamu dekati pelayan itu supaya dia memutuskan pertunangannya dengan Lio."

"Jika aku mau, sebelum malam itu aku bisa mendekatinya terlebih orang tuaku menyukai Jenia, tapi aku tidak seburuk itu menginginkan milik sahabatku meski pun dia belum menerima Jenia, aku yakin suatu hari nanti dia akan mengejar gadis itu."

Jessy mengepal tangannya lalu gegas berdiri, tatapannya tajam menghampiri Jenia dan juga Anora. "Hei gadis pelayan ! Berapa kamu dibayar tuan Eglar untuk menjadi tunangan Lio ?!" Suara gadis itu menarik semua atensi semua orang termasuk Galen dan Tuan Barata. "Aku akan membayar mu lebih besar asal putuskan pertunangan mu dengannya."

"Kamu tidak punya akal ?!" Anora langsung menyahut. "Ini pesta Papa ku tapi kamu membuat keributan !"

"Ada apa ini?" Tuan Siwen mendekat bersama sang istri.

"Wanita ini membuat keributan Pa." Anora menunjuk lantang.

"Jessy, apa yang kamu lakukan ?" Tuan Deon mendekat.

"Pa, pelayan ini merebut kekasihku."

Tuan Deon menatap kearah gadis yang dimaksud putrinya. Sejenak iris mata itu terpaku dalam diam. Disana sepasang mata hitam juga menatapnya namun sayang tidak terbaca olehnya.

"Siapa kamu."

"Saya Jenia teman Anora."

"Kamu merebut kekasih putriku ?!" Bidikan mata tuan Deon begitu tajam. "Apa tidak ada pria lain sampai mengambil milik orang lain ?!"

"Sepertinya anda bangga dengan hubungan palsu putri anda dan tunangan saya." Penuh keberanian Jenia menjawab tanpa berkedip. Suasana terasa tegang.

"Tuan Deon, ini urusan anak muda kita menengahi saja." Seru tuan Siwen berusaha mendinginkan suasana

Tuan Deon tersadar lalu memundurkan langkahnya sambil berpamitan pulang. Sesaat akalnya hilang karena putri kesayangannya.

"Dasar ja-lang !" Umpat Jessy marah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!