Kesadaran

"Kenapa?" Galen bertanya sambil mendaratkan tubuh di tepi kasur saat melihat sahabatnya hanya diam semenjak pulang dari rumah sakit.

"Menurutmu, apa aku keterlaluan?"

"Pada siapa dulu?" Galen ikut berdiri dan berpegangan pada pagar pembatas balkon.

"Papa." Kejadian beberapa hari lalu dan melihat bagaimana Papanya merawat dan menjaga membuat Elio merasa bersalah dan menyesal. Di akuinya setelah kepergian sang mama, ia cukup abai dan mendiami pria paruh baya itu. "Aku menyesal membuang waktu hanya untuk melampiaskan rasa sakit ku sementara Papa lebih sakit lagi dari yang aku rasakan. Pasangan hidupnya meninggal dengan tragis, Mama adalah pilar hidup Papa selama ini dan aku sangat tahu bagaimana rapuhnya Papa tanpa pilarnya tapi dengan bodoh aku tidak perduli tentang itu." Hantaman sesak semakin meraja di dalam rongga dada Elio terbukti kepalan tangannya semakin erat dan kaca-kaca bening mulai terproduksi di sudut mata. "A—aku egois." Tangisnya pecah dan tergugu.

Galen terdiam sembari menepuk lembut punggung Elio yang tengah menunduk menangis. Ya, benar Elio egois hanya merasakan lukanya tanpa tahu luka sang papa yang lebih dalam. "Selama ini Om Eglar melarang mu untuk terlibat dalam masalah penyerangan itu karena dia sangat menyayangi mu dan tidak mau kehilangan seorang Elio yang merupakan peninggalan satu-satunya dari Tante Rebi."

"Kamu benar." Elio mengangkat tangan menyeka jejak air mata di wajahnya. "Harusnya aku memahami itu dan perjodohan, aku baru memahaminya. Bukan tentang tanggung jawab di masa depan karena pastinya aku akan bertanggung jawab dengan pasangan ku nanti tapi Papa memberikan gadis itu untuk jadi teman berbagi untukku, supaya aku tidak salah langkah. Papa pasti sudah mengenal gadis itu dan percaya kalau dia bisa menemaniku melewati hal sulit."

Jantung Galen berdebar lebih cepat, sahabatnya tetiba dapat pencerahan setelah sakit. Apa itu artinya Elio sudah memahami tujuan perjodohan nya? Satu sisi Galen ingin sahabatnya menjadi lebih baik bersama Jenia tapi satu sisi lagi ada hatinya yang sakit bila gadis disukainya itu menjadi pasangan Elio.

...****************...

"Aku temannya Lio, buka pintunya !" Jessy sudah menahan emosi karena gerbang tidak di buka oleh penjaga.

"Kami di perintahkan oleh tuan Eglar untuk tidak menerima tamu yang ada dalam foto ini." Penjaga itu menunjukan layar ponselnya.

"AAH SIAL !" Maki gadis itu frustasi sudah beberapa hari ini ia juga belum bisa bertemu Elio.

Tanpa bicara lagi Jessy meninggalkan tempat itu, ia benar merasa kesal saat ini. Susunan kalimat yang telah di rangkai dalam benaknya menghilang begitu saja. Ah, Jessy harus lebih keras lagi untuk bertemu Elio. Di perjalanan gadis itu berhenti saat lampu merah seperti angin segar ia melihat sosok yang di kenalnya juga berhenti di sana. Tidak menunggu lama Jessy melajukan mobilnya mengikuti pemotor yang lebih dulu jalan dari nya, di tempat yang sedikit lenggang Jessy memotong jalan pemotor itu dan berhenti. Dengan langkah terburu-terburu Jessy keluar dari mobil dan melihat pemotor itu melepas helm.

"Gara-gara kamu aku tidak bisa bertemu Lio !" Gadis itu melayangkan tamparan sebelum berkata. "Om Eglar menutup jalanku, andai saja kamu tidak datang malam itu semuanya tidak seperti ini." Acungan jari nya menandakan jika Jessy dikuasai emosi.

"Saat itu dia berstatus tunanganku !" Jenia membalas satu tamparan dengan sedikit keras terbukti sudut bibir Jessy berdarah. Gadis itu sedikit menyesal melepas helmnya tadi. "Sekarang pungut saja karena dia bukan siapa-siapa untukku." Jenia memasang kembali helm nya dan melaju meninggalkan Jessy yang mematung.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!