Masih menolak

Jenia tak lagi mengeluarkan suara fokusnya hanya pada kalimat terakhir Jessy. Ia mengayunkan langkah menaiki anak tangga, iris matanya sangat kosong tak terbaca, Jessy mengulik hidup seorang Jenia. Gadis itu duduk di sofa dekat jendela tempat favoritnya jika mengunjungi Alvarendra. Manik mata Jenia memindai jauh kendaraan yang hilir mudik di bawah sana. Kafe berlantai tiga milik Alvarendra memang memiliki interior memanjakan mata selain pemandangan alami sekitarnya.

"Kamu disini?"

"Gadis itu menyinggung hidupku, Al." Jenia berkata tanpa mengalihkan pandangan dari kaca besar di sampingnya.

"Kekasih tunangan mu?" Alvarendra duduk di kursi kebesarannya dan bersandar. "Dia mengatakan apalagi?" Lanjutnya ikut melemparkan pandang pada kaki langit yang mulai meredup.

"Dia tahu ibu sakit." Jenia membenarkan tudung Hoodie yang menutup kepalanya. "Aku benci itu !"

"Dia hanya gadis manja bernaung dibawah kuasa dan nama besar ayahnya." Alvarendra mencoba menenangkan perasaan Jenia. "Jadi jangan terlalu di pikirkan."

"Hm, kamu benar. Dia gadis manja."

Langit bagian barat mulai menampakkan cahaya oren nya dan itu sangat menyilaukan setelah seharian suhu sangat panas. Tapi bagi seorang Jenia, itu tak mempengaruhi dirinya sebagai penikmat senja. Gadis itu masih memandang bias senja yang menyusup di antara awan-awan sehingga tampilan itu sangat cantik.

"Bagaimana kondisi Tante Fida, aku belum sempat kesana." Sambil merapikan meja Alvarendra melanjutkan percakapan.

"Kondisinya menurun, kata dokter setelah kedatangan Tuan Eglar kesehatan ibu terganggu. Aku sempat curiga dan tadi bertemu dengannya. Tuan Eglar mematahkan kecurigaanku." Jenia menjelaskan sambil merotasikan kepala karena senja sudah berlalu. Di mejanya Alvarendra menunggu kalimat selanjutnya. "Ibu kemungkinan kepikiran tentang pertunangan ku dan pria itu, Ibu bisa merasakan tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Ibu hanya ingin mengambil peran dalam pertunangan ku."

Alvarendra menatap dalam memahami. "Besok aku kesana dan bicara sama tante Fida untuk tidak mencemaskan semuanya."

...----------------...

Malam benar-benar sudah datang tidak ada lagi senja yang cantik menghias kaki langit, semuanya sudah berganti dengan taburan bintang bak permata berkilau indah. Sepoi angin malam menambah kesan sejuk setelah di terpa panas seharian. Di antara milyaran manusia di bumi ada seseorang yang duduk di balkon kamar menikmati pemandangan itu. Tidak ada yang tahu apa yang ada dalam tempurung kepalanya, hati dan juga tatapannya.

"Pelayan itu, apa merayu papa juga ?"

Tuan Eglar hafal betul suara itu, tanpa berniat menoleh ia tahu itu adalah putra tunggalnya. Helaan nafas kasar terdengar menandakan jika ia sangat lelah. "Pelayan yang kamu sebut itu adalah calon istrimu Lio." Ucapnya lembut dan dalam.

"Calon istri ? Itu hanya berlaku untuk Papa. Tidak Untukku ! Sampai kapan pun aku tidak bisa menerimanya." Elio mengepalkan tangan menahan emosi.

"Sepanjang kamu menolak Jenia, seperti itu juga papa menolak gadis club itu." Nada rendah namun menusuk.

"Jessy, memang gadis club dia juga pemiliknya tapi latar belakangnya sekelas dengan kita. Apa yang papa harapkan pada gadis pelayan itu, sekarang aku tahu dia menerima perjodohan yang papa tawarkan pasti imbalannya uang karena ibunya yang pesakitan itu membutuhkan biaya yang sangat besar !" Dada Elio kembang kempis meluapkan amarahnya.

"Ibu nya memang sakit, selama ini papa yang membantu pengobatannya, Jenia gadis baik karena itu papa memilihnya untuk jadi pasanganmu. Jenia sudah melewati banyak hal dan kamu bisa belajar darinya bagaimana bertahan, menghargai dan menyayangi sesuatu."

"Gadis baik ?!" Elio terkekeh sinis. "Orang yang menerima penawaran karena balas budi dan imbalan uang papa sebut baik ?!"

"Cukup Lio ! Percuma kamu merendahkan Jenia karena faktanya, dia tunanganmu."

Elio terdiam lalu memutar tumitnya pergi dari sana. Amarahnya masih menggebu terbukti dari kepalan tangannya yang erat. Tanpa makan malam Elio meninggalkan Mansion. Tujuannya ada club yang biasa ia datangi bersama Galen meski pun masih terbilang masih jam tujuh ia ingin menenangkan diri disana.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!