Tumbangnya Elio

Malam yang belum merangkak ke pertengahan tak menyurutkan tekad Jessy membawa Elio ke suatu tempat, senyum gadis itu masih mengembang sempurna bahkan kekehan puas sesekali terdengar. Melirik sekilas kesamping memperhatikan Elio yang tidak tahu akan dirinya.

"Kita akan melewati malam yang panjang sayang." Ucapnya menghentikan mobil di basement gedung apartemen. Jessy membawa langkahnya turun meminta seseorang membantunya yang juga tinggal di gedung itu.

"Tunggu."

Senyum Jessy luntur saat membalik tubuhnya melihat sosok yang begitu ia benci. "Kamu !" Geramnya tertahan.

"Turunkan dia di sana." Jenia melangkah mendekat.

"Iya." Orang yang memapah Elio menurunkan perlahan lalu gegas meninggalkan tempat itu.

"Dia pulang bersamaku." Jenia mengabaikan tatapan tajam Jessy.

"Kamu gila ! Dia milikku !"

"Hubungan pura-pura kalian mungkin bisa mengelabui Tuan Eglar." Jenia melangkah mendekat pada Elio yang bergerak sedikit. "Pulang." Ucapnya membantu laki-laki itu berdiri.

"PELAYAN GILA !" Teriak Jessy frustasi dengan cepat gadis itu berniat menarik Elio yang bersusah payah didirikan oleh Jenia.

"Nona Jenia silahkan bawa Tuan muda pulang." Tetiba ada beberapa orang berperawakan tinggi besar dengan pakaian serba hitam mendekat.

Jenia mengangguk lalu di bantu orang-orang itu membawa Elio pergi dari sana. Sementara Jessy berteriak kesal karena gagal membawa Elio ke unit apartemennya. Matanya menyorot dendam atas kegagalan malam ini.

Waktu terus bergulir Jenia yang berniat pulang ke rumah setelah mampir menjenguk ibunya tak sengaja melihat Jessy dan seseorang memapah Elio masuk ke dalam mobil. Meski pun tidak menyukai pria itu tapi Jenia merasa ia harus ada di sana membawa tunangannya pulang.

Elio merintih mulai memupuk kesadaran tanpa di duga ia muntah tepat di atas pangkuan Jenia. Gadis itu terkejut merasakan cairan panas mengenai tangannya, aroma alkohol tercium sangat pekat.

"Tuan muda muntah?"

"Hm." Jenia menjawab sambil menatap ke arah luar jendela.

"Ini tissue basah bersihkan tangan anda."

Jenia menerima tanpa berkata menyeka tangannya dan juga celana jeans yang digunakan meski tak merubah keadaan setidaknya mengurang bau alkohol yang keluar.

"Sakit sekali." Elio kembali muntah kali ini tubuhnya ambruk dengan posisi miring menimpa tubuh Jenia. "Sakit." Rintihnya menekan ulu hati. "Sesak." Lanjutnya berusaha menegakkan tubuh.

"Rumah sakit." Jenia membantu pria itu duduk lalu meraih tissue basah menyeka wajahnya. Iris mata itu memindai pahatan Tuhan di hadapannya, banyak luka yang tak terlihat di sana, ada kerapuhan yang samar di balik wajah garang itu. "Sabar kita ke rumah sakit." Ucapnya lembut untuk pertama kali. Disini Jenia sadar tidak hanya dirinya yang terluka namun tuan muda keras kepala di sisinya ini juga terluka.

"Pusing." Keluh Elio kembali menekan pangkal keningnya. Keringat dingin bermunculan di pelipisnya, rasa sakit itu kian melilit bahkan untuk membuka mata saja dia tidak mampu.

"Cepat sedikit." Pinta Jenia pada sopir yang ikut bersama orang-orang tadi.

Suasana hening kembali hanya rintihan Elio yang terdengar sampai akhirnya pria itu terdiam menahan sakit. Tak di pungkiri jika Jenia sangat cemas meski antara mereka tidak ada kedekatan sama sekali. Mobil berhenti di depan pintu masuk UGD di sana beberapa perawat siaga membawa brankar. Mereka mengeluarkan Elio dan meletakan perlahan lalu berlari mendorong brankar itu.

"Kami sudah menghubungi Tuan Eglar." Ucap salah satu yang Jenia tebak bodyguard keluarga Eglar.

"Hm." Jenia merapatkan tudung hoodie nya.

"Anda perlu mengganti pakaian."

"Terimakasih, biar ini saja." Gadis itu mendaratkan tubuh di kursi memperhatikan para dokter yang membantu Elio di balik kaca.

"Tuan muda pergi sebelum makan malam, kemungkinan perutnya kosong." Seseorang yang sedikit lebih dewasa dari Elio ikut mendaratkan tubuh. "Saya Joshua aspri tuan muda ke depan." Lanjutnya memperkenalkan diri.

"Dia bertengkar?"

"Seperti biasa Tuan Muda tidak suka di atur." Joshua menatap dalam arah Elio. "Semenjak Nyonya meninggal tuan muda berubah."

"Tuan Eglar sudah dihubungi."

"Sudah, sebentar lagi datang."

Percakapan itu tidak berlanjut karena dokter keluar menjelaskan beberapa hal tentang Elio. Ya, seperti yang dikatakan dokter. Pria keras kepala itu dirawat sementara karena lambung yang bermasalah. Alkohol tanpa makan sangatlah fatal.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!