SEMBILAN BELAS

"Dia alasan mu menolak ku?"

Glory tak tahu lagi harus bicara apa pada lelaki yang selalu ada untuk anak anaknya ini, Lucas pria yang baik tapi untuk menjadi istri seorang Lucas, Glory berpikir ribuan kali.

Memang tampan, memang kaya, tapi bukankah semua orang akan berbaik hati dahulu di awal hubungan? Sama, seperti saat Reus, sang aktor mendekatinya.

Semua baik di awal dan setelah mendapatkan apa yang dia mau Reus memilih karir bahkan acuh padanya. Apa lagi setelah Reus tahu dia memiliki anak, Reus seakan jijik padanya.

Lucas memang menerima anak anaknya, tapi hati orang siapa yang tahu? Bisa saja esok hari nanti Lucas menampilkan watak aslinya.

Glory tak mau ambil resiko untuk kecewa berulang kali. Lagi pula, Glory hanya pernah mencintai satu orang, dan orang itu sudah membuatnya kecewa jutaan kali.

Lagi dan lagi Elang menolaknya disaat dia sendiri tengah hamil anak dari benih yang pria itu taburkan.

Jangan bertanya kenapa tidak jujur, Glory pernah melakukannya dan semua itu hanya mendapatkan cemoohan Elang. Andai tidak ada rasa cinta di hatinya, takkan pernah lagi Glory mau bicara dengan lelaki itu.

Sayangnya, cinta membawa dia kembali terus menerus hingga Chellyn lahir. Terngiang rasanya ketika dia harus operasi untuk melahirkan Chellyn, semuanya tak baik baik saja, semuanya terlalu menyakitkan bagi Glory kala itu.

Menerima tidak semudah berucap. Tak mudah berkata ya ketika Elang mengajaknya menikah. Luka pemberian Elang sudah bertumpuk dan membusuk bahkan.

Awal petaka memang dari ketidak jujuran dia, ok, Glory sedang mencoba untuk menerima dampak dari ulahnya. Glory sedang mencoba untuk tidak berharap Elang walau dia ingin.

Lantas kenapa disaat dia mencobanya dengan sangat keras, Elang mengejar? Bukankah selama ini lelaki itu tak peduli padanya sama sekali?

Mari menikah Elang bilang? Lalu bagaimana dengan hati yang masih belum bisa sembuh setelah desahan Elang meracau, 'Glo, di luar ranjang kita hanya orang asing'.

Sementara di atasnya Elang sedang menikmati tubuhnya kala itu. Ok, Glory pernah menganggap dirinya batu, meski tak pernah disukai Elang tapi tetap maju.

Selalu menganggap penolakan Elang bukan hal yang perlu dipikirkan. Tapi tidak dengan ucapan Elang yang terakhir.

Masih membekas di hatinya. Sulit sekali Glory bicara YA setelah setahun ini menghilang dan berusaha melupakan Elang.

Dia serius ketika berkata 'aku tidak sedang mencari temah ranjang'. Karena saat dia mendatangi kelab malam Glory hanya ingin melupakan kesedihannya.

Kesedihan yang dibuat Alex Miller. Pilu ketika pembagian warisan Alex Miller hanya ditujukan untuk Dilkash dan Galensky tanpa melihat Noah dan Gerald yang juga cucu laki laki Alex Miller.

Memang itu terjadi karena Alex Miller tak tahu menahu adanya Noah dan Gerald. Tapi Glory yakin, setelah tahu pun Noah dan Gerald tetap cucu haram ayahnya.

Lagi pula bukan ingin menuntut. Glory hanya sedih karena Noah dan Gerald tak mendapat hak yang semestinya, Glory hanya sedang merasa bersalah pada dua anaknya.

"Dia Daddy Gerald?" Lucas kembali menyeletuk, dan Glory mengangguk sambil mengusap sudut matanya dengan helaan napas yang cukup berat.

"Kau mencintainya?" cecar Lucas. Glory tak punya ranah untuk menjawab semua incaran Lucas, dia ingin Lucas pergi makanya dia menunjukkan pintu keluar.

"Aku harus istirahat. Kau pulang lah. Sudah ku bilang, aku tidak bisa menerima mu Lucas, aku tidak bisa karena aku tidak mencintaimu."

"Kau masih berharap dia?" telisik Lucas.

"Anggap begitu." Glory mengangguk. "Lalu pulang lah. Atau aku akan meminta Noah juga mengusir mu. Aku tidak main main Lucas, aku bosan dengan teror mu setiap waktu."

"Aku..." Lucas tak melanjutkan niatnya setelah Glory berteriak cukup keras. "Keluar!!!"

Cukup! Glory muak! Glory tak pernah sekeras ini karena dia masih menghargai ayah pilihan Noah. Tapi jika Lucas terlalu memaksa Glory tak tahan juga.

"Jangan batu, keluar!" Glory semakin histeris karena Lucas tak lekas bergerak. Bagaimana bisa Lucas pergi sementara di depan masih ada pria yang tidak juga diusir dari sini.

Namun, tatapan Noah yang memberikan kode untuk pergi memaksa Lucas pergi. Lelaki itu keluar dari rumah.

Setibanya di luar, segera Lucas hunuskan tatapan tajam pada pria yang Gerald bilang ayahnya. Elang masih berdiri di sini sedari sore tadi.

Cuaca cukup berangin, gelap kian bersambut, adzan Maghrib pun bersahutan. Lucas masuk ke dalam mobilnya, cukup lama waktu yang Lucas perlukan untuk benar- benar rela pergi dari tempat itu membawa kendaraannya.

Tinggallah Elang seorang diri, menatap ke arah yang sama sepanjang malam. Gerald, Noah, Glory bahkan tak ada siapa pun yang keluar dari pintu kayu coklat itu.

Tangan yang dingin karena embusan angin, masuk ke dalam saku mantel. Elang tahu ini tidak cukup menebus kesalahan satu tahun yang lalu, saat di mana dia mengatakan kita hanya orang asing di atas tubuh wanita itu.

Namun, akan lebih tidak tahu diri lagi jika dia tak pernah berjuang untuk kata maaf dari Glory, Noah, Gerald, bahkan Chellyn. Maka tak masalah kalau dia menunggu di depan sini dengan terpaan angin yang semakin malam semakin kencang.

Ini bahkan tak seberapa jika Elang bayangkan seberat apa hidup Glory bersama tiga anak yang lahir dari benihnya. Cepat atau lambat Alex Miller akan jemput Noah dan Gerald, tapi sebelum itu terjadi, setidaknya Elang sudah mendapatkan tempat di hati putra putranya.

...▫️▫️▫️▪️▪️▪️...

Di dalam, Glory mengambilkan lauk pauk untuk Gerald. Tapi anak itu justru mencebik bibirnya yang sendu. "Apa boleh bagian ku diberikan pada Daddy?"

Noah melepas kesal sendok hingga terjadi suara dentingan gaduh. "Makan, dan tidak perlu membahas Daddy Daddy lagi!"

"Tapi Daddy kasihan, di luar mungkin akan turun hujan. Atau mungkin angin kencang akan membuatnya sakit." Gerald lirih.

Noah mendekati adiknya. "Kau tidak pernah dipedulikan selama ini, jadi tidak perlu kau pedulikan orang lain!"

Gerald berteriak. "Dia Daddy ku! Apa itu yang diajarkan sekolah mu? Berbuat buruk pada orang yang sudah membuat mu ada!"

"Noah!" Glory menegur ketika Noah ingin kembali menimpali ucapan adiknya.

"Makanlah." Glory lalu beralih pada Gerald yang masih mengatur gemuruh napas dan dada agar lebih tenang. "Makan, Sayang."

"Tidak mau," tolak Gerald. "Gerald mau makan bersama Daddy. Gerald mau merasakan yang namanya makan malam bersama Daddy!"

"Gerald!" Noah menegur keras. Biasanya meja makan ini tak pernah berisik, tapi malam ini mereka beradu mulut menghilangkan selera.

"Kalau tidak boleh ya sudah. Gerald tidak akan pernah mau makan!" Gerald bersedekap dan berpaling dari ibu dan kakak lelakinya.

"Baiklah," ngalah Glory. "Mommy yang berikan makanan untuknya. Sayang makan lah."

Gerald menyengir pada akhirnya, tak masalah jika dia tak makan bersama Daddy Elang, asal ibunya mau berbaik hati memberikan makan untuk Daddy Elang. "Terima kasih, Mommy."

Glory mengusap kepala anak itu, sementara Noah memutar bola matanya. Dia tak suka sikap lemah Glory pada Gerald.

"Jangan sampai Daddy mati kedinginan, atau Gerald tidak akan bisa pamer ayah lagi."

"Lucas akan menjadi ayah mu kalau kau mau!" sergah Noah.

"Kalau ada yang asli kenapa harus yang KW? Kamu tahu? Di mana mana yang KW tidak menjamin kualitas!" kata Gerald.

Terpopuler

Comments

bunda syifa

bunda syifa

si Gerald ini mengakui sekali klo dia sepupu nya rayyan, sama tengil nya

2024-05-01

0

mudahlia

mudahlia

mantap

2024-04-10

0

May Keisya

May Keisya

bener bgt😍😁

2024-04-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!