BAB TIGA

Sudah dikatakan Elang kaya, makanya dia tersinggung saat Glory yang notabenenya anak perempuan dari pemilik perusahaan besar mengembalikkan uang tasnya.

Elang turun dari mobil sport miliknya, pria tinggi bidang berpakaian serba hitam itu melangkah tegas memasuki sebuah bar. Tempat, di mana dia akan bertemu dengan Glory.

Beberapa waktu lalu, bartender favoritnya memberi tahu jika malam ini Glory datang dan meminta racikan koktail.

Lama Elang tak melihat Glory datang ke bar, dan entah ada apa dengan gadis itu, malam ini Glory menyambangi tempat ini.

Benar saja, di depan meja bartender Glory tampak termenung. Matanya menatap lekat tepian gelas heels berisi minuman putih pekat yang sedikit kekuningan.

Bicara busana, Glory tak pernah gagal membuatnya terkagum. Glory wanita yang tak pernah terlihat menua, selalu cantik dan segar dengan gaya seksinya.

"He-ehm!" Elang duduk dengan sempurna di sisi wanita itu, dan Glory menoleh sesuai dugaannya. "Apa kabar, Glo?" Elang sedikit mendekat agar suaranya terdengar.

Lampu temaram, sorotan disco yang seiring dengan irama dentuman musik remix. Ini hal yang biasa bagi keduanya.

Melihat Elang di sisinya Glory terkekeh kecil, entah kenapa selalu saja ada Elang saat dia datang ke bar ini. "Tidak baik."

Yah, Glory memang terlihat sedang tidak baik- baik saja, dan Elang hapal sekali, biasanya Glory akan mabuk setelah Alex Miller sang mantan mertua menurunkan warisan untuk kedua cucu lelakinya.

Glory sering mengatakan jika dia sedih bukan karena takut kehilangan warisan, tapi takut kehilangan kasih sayang yang Glory yakin sudah berat sebelah.

Sedari Glory masih kecil, seingatnya Alex Miller lebih condong kepada Kakak dan adik kembar Glory yaitu Flory; mantan istrinya.

"Ada masalah?" tanya Elang.

Pria tampan itu memang selalu menjadi teman curhat bagi Glory dan pembicaraan mereka tak pernah jauh dari masalah keluarga.

Di usianya yang sudah tidak muda lagi, Glory seharusnya memiliki suami. Tapi lihatlah, Glo masih asyik menyendiri dan melihat teman ranjangnya memacari gadis- gadis cantik.

Tak jarang Glory mengumpat Elang pedof saat mereka bercinta. Tapi lelaki itu hanya terkekeh karena tak merasa memakan para gadis yang dia kencani.

Elang juga punya Maurin si anak tiri kesayangannya, dengan dalih itu dia tak mau merusak masa depan anak gadis orang.

Sejauh ini Elang mengakui, tak ada wanita yang mampu memuaskan biologisnya seperti yang Glory lakukan. Dan menurut Glory, bodoh sekali jika harus percaya pada bualan Casanova gila ini.

"Hanya kesepian." Glory menatap Elang yang kemudian mengusap paha mulusnya.

"Aku di sini bersama mu, Glo."

Glory tertawa pengar, lalu kembali meneguk minumannya secara cepat. Sementara Elang memindai layar ponsel Glory yang bergetar.

"Siapa Lucas?"

Ada panggilan masuk yang diacuhkan Flory. Elang penasaran, siapa kiranya lelaki yang sedang dekat dengan Glory.

"Teman." Glory terkekeh sinis. "Yang pasti bukan teman yang hanya datang disaat dia butuh pelampiasan wanita untuk bercinta."

"Kamu menyindir ku?" Elang segera menyela karena cukup tersinggung. Jelas, hal itu membuat Glory terkekeh- kekeh.

"Tidak sama sekali. Tapi kau selalu datang dan mengajak ku bercinta." Glory yakin ada seseorang yang memberi informasi pada Elang setiap dia datangi tempat ini.

"Mabuk tidak baik untuk mu." Elang menegur.

Elang hanya tidak ingin Glory mabuk- mabukan seorang diri, sungguh dia takut jika Glory dijadikan sasaran lelaki bejat. Padahal menurut Glory elang lebih dari buruk dari kata bejat.

"Mabuk bukan pilihan yang baik."

"Tidak ada yang pernah bisa baik untuk ku sekalipun itu keburukan, Lang. Jangan tanya jika itu kebaikan, pasti lebih tidak baik lagi untukku yang tidak baik ini."

"Kamu depresi?" tanya Elang lagi.

"Mungkin." Ada senyum pilu yang sedang dipaparkan oleh Glory kali ini. "Dulu aku tidak ingin menikah, tapi sekarang aku kesepian."

Elang segera mengusap paha mulus Glory yang lekas menepisnya. "Tidak perlu mengasihani ku, Lang, aku tidak hidup berdasarkan rasa kasihan."

"Mau ke mana?" Elang bangkit sesaat setelah Glory bangkit ingin pergi. "Pulang!"

"Biar aku antar," kata Elang terkesan gagah.

Mendorong, Glory terkekeh pengar ketika Elang memapah jalannya. "Kamu bisa cari wanita lain di bar ini, Lang, aku tidak sedang mencari teman ranjang."

"Kamu mabuk, biar aku antar..."

Elang tahu Glory sedang banyak pikiran, dan membiarkan wanita yang berkali-kali dia tiduri selama status dudanya bukanlah hal yang dia mau saat ini.

"Tidak perlu." Glory meraih tas kecil miliknya dari meja bartender. Lalu ngeluyur pergi dengan langkah sempoyongan.

Elang menghela sejenak lalu mengikuti langkah wanita itu, sudah dia katakan dia serius ingin mengantarnya. Setidaknya Glo butuh seseorang untuk menyetir bukan?

Tiba di parkiran, Elang membuka pintu bagian penumpang, Glory awalnya terdiam menatap lelaki itu sejenak. Sebelum akhirnya dia mau masuk karena Elang memaksanya.

Elang yang ambil kemudi, lalu menarik sabuk pengaman wanita mabuk itu. Dan kedekatan mereka membuat Elang menelan ludah.

Dada besar Glory, kini tepat berada di depan mata sayu-nya. "Aku serius aku tidak sedang mencari teman ranjang, Lang."

Elang terjaga, dan dia sama sekali tak peduli dengan ucapan Glory, dia lekas kembali ke kursinya untuk menyetir. "Pulang ke mana?"

"Penthouse!" Glory akhirnya pasrah, biar saja pria brengsek ini mengantar, lagi pula dia sudah tidak peduli lagi apa kata orang.

Bertahun-tahun dia menjomblo, itu karena adik kembarnya terus melarangnya menjalani hubungan dengan Elang. Selain belajar dari pengalaman, Elang bukan pria yang baik.

Masih banyak lelaki di luar sana yang lebih cocok untuk dijadikan suami. Namun, Glory tak pernah menunjukan ketertarikannya pada pria selain Elang saja.

Rumit bukan, Glory hanya bisa menyendiri di bar dan selalu berakhir bercinta dengan pria yang bahkan selalu bilang jika mereka takkan pernah bisa menjalin hubungan serius.

Pernah Glory iseng, bertanya, apakah kau mau menjadi suami rahasia ku? Dan jawaban Elang hanya tertawa cekikikan saja.

Elang benar benar selalu datang untuk menjadi partner ranjang. Bukan partner hidup, apa lagi dengan cara menikah rahasia.

Tiba di penthouse Elang memapah Glory masuk ke kamar. Membaringkan wanita itu di atas permukaan ranjang empuk bersampul putih.

Elang juga melepaskan satu persatu sepatu heels merah menyala Glory. Rok span merah marun Glory terbilang sangat ketat dan pendek, tanpa menyingkapnya, Elang dapat melihat betapa indahnya surga dunia.

Elang menyelimuti wanita itu. "Mau aku buatkan sup penghilang pengar?" Dan tubuhnya terperosok ke atas tubuh Glory seketika Glory menariknya.

"Temani aku."

Elang terkekeh samar. "Kau bilang tidak sedang mencari partner ranjang?"

"Tapi aku mencari teman bajingan." Elang memutar bola matanya, bisa bisanya wanita itu mengumpatnya terang terangan.

Terpopuler

Comments

Erna Fadhilah

Erna Fadhilah

harusnya glory tahan aja jangan kegoda sama elang, kamu pura-pura cuek aja agar dia tertarik sama kamu

2024-03-29

0

Mrs. Labil

Mrs. Labil

wkwkwkwk

2024-03-28

0

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

sepertinya dari anak" nya Alex Miller memang si Glo yah yang hidupnya bebas seperti orang barat😔😔

2024-03-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!