BAB ENAM

Elang berada di Cafe ilegal yang kebetulan dibuat untuk perokok, bahkan menyediakan shisha dengan berbagai varian rasa, tempat di mana dia bisa mendapatkan coffee cup panas yang lalu dia bawa pada sebuah meja.

Ia duduk dan meraih sebungkus rokok dari sakunya. Walau dia tahu di negara ini tidak boleh merokok sembarangan tapi orang bilang Cafe ini cukup aman.

"Ehm!" Elang berdehem kecil tepatnya di samping pemuda yang sontak menoleh padanya. Elang yakin, pemuda itu sengaja datang ke sini demi bisa menikmati asap.

"Korek?"

Pemuda itu menawarkan pemantik setelah lumayan luwes juga Elang berpura- pura menggerayangi seluruh sakunya dengan sebatang rokok yang tersumpal di mulut.

Elang tersenyum ramah, sambil meraih pemantik api tersebut. Matanya diam- diam menelisik wajah tampan pemuda itu.

Wajah yang bisa dikatakan nyaris tak ada celahnya jika untuk sebuah kata tampan; pemuda yang Elang yakini kekasih Glory.

Elang terkekeh kecil sambil menyulut rokok yang terselip di bibirnya. Sial memang, terlepas dari ranjang panasnya, Glory mendapatkan pemuda gagah yang tidak sebanding dengan usianya bahkan.

"Terima kasih." Elang tersenyum sambil mengembalikan pemantik pemuda itu. Dan dibalas dengan senyuman yang ramah pula.

"Saya dari Indonesia." Elang membuka obrolan ringan dengan bahasa Inggris, hanya basa- basi, tapi dia berharap dijawab dengan ramah dan bahasa yang dia pahami.

"Oya?" Antusias, kata yang pas untuk menggambarkan bagaimana pemuda itu merespon Elang. "Saya juga memiliki beberapa saudara di Indonesia."

Elang sedikit mengerut kening yang bingung, mungkinkah yang dimaksud pemuda ini Glory? Atau orang lain lagi? Setahu Elang, Glory tak memiliki saudara di Dubai.

"Saya dari California." Belum sempat Elang menimpali, pemuda itu kembali bersuara. Lalu menyodorkan tangannya. "Noah!"

"Elang." Elang tersenyum. Lalu menerima uluran tangan Noah yang jika dilihat dari karakternya, sepertinya pemuda itu sangat ramah lagi tamah.

"Kuliah?" tanya Elang.

"Yah," angguk Noah cepat, "benar, itu kegiatan yang cukup membosankan bukan? Bangun tidur, kuliah, pulang dan tidur lagi."

Elang tertawa karena dia merasa hidupnya pun se-membosankan itu. Pagi bangun tidur, olah raga, sarapan, BLA BLA dan BLA BLA, sungguh sangat tidak membuatnya spesial.

"Punya kekasih?" tanya Elang kembali.

"Itu privasi." Kali ini Noah tersenyum untuk memberikan kesan sopan. Dan Elang cukup maklum dengan jawaban itu. "It's, Ok."

Privasi memang tidak seharusnya diumbar, apa lagi pada orang asing. Tapi, entahlah Elang menjadi semakin penasaran.

Benarkah Glory bisa menggila dengan pemuda ini, seperti halnya ketika Glory menggila di atas tubuhnya? Oh Tuhan, tiba tiba saja Elang merindukan peluh Glory yang selalu wangi.

Seperti perkenalan pada umumnya, keduanya saling sahut satu sama lain, terlihat asyik dan nyambung meski sebenarnya obrolan mereka cukup sederhana, hanya seputar Dubai, dan wisata Dubai.

Sampai di pukul sembilan tepat, Noah pamit undur diri, Noah bilang ada seseorang yang sudah lama menunggu dirinya di rumah.

Tak lama dari Noah bangkit, Elang pun ikut bangkit karena memang sudah tidak ada lagi yang perlu dia lakukan di tempat tersebut.

Elang berjalan kaki, langkahnya mengikuti arah ke mana Noah pergi, dan di depan sana, Noah tampak menutup kepalanya dengan Hoodie sweater hitam.

Dari yang masih jalan ramai hingga yang sudah masuk ke jalan sepi, kaki kaki panjang Elang masih setia berada di belakang tubuh Noah, pelan hingga terkesan mengikuti.

Di mana hal itu membuat Noah akhirnya curiga dengan keberadaannya. Bahkan, pemuda yang tadinya sangat ramah menjadi sinis ketika mendatanginya kembali.

"Tuan mengikuti ku?" Elang berhenti langkah, sejenak ia menatap ringan wajah Noah, dan cukup bingung harus menjawab dengan apa.

"Kau mengikuti ku, hah?!" pekik Noah.

Bukankah pria ini terlihat mencurigakan? Mengajak mengobrol, lalu pulang pulang menjadi penguntit.

"Tidak..." Elang mendorong tubuh Noah yang masih tersulut emosi.

"Bicara, apa mau mu?" Noah menarik kerah mantel Elang dengan amarahnya.

"Boss!" Elang lantas menoleh ke arah wanita itu, Jane berdiri di ambang pintu gerbang.

Noah juga mengikuti arah pandangan Elang, dan agaknya wanita berbusana seksi itu pemilik baru dari rumah mewah yang biasanya kosong itu.

"Kau mau mampir?" Elang bahkan menawarkan Noah agar mampir setelah barusan Noah menudingnya penguntit.

"Ini rumah saya," kata Elang kembali.

Mendadak, Noah melepas cengkraman tangannya. "Oh, maaf."

Noah menundukkan tubuh dan kepalanya, lalu meminta maaf beberapa kali setelah cukup malu dengan kesalah pahaman dirinya.

Elang tersenyum lalu menyapu pundak pemuda itu. "Kau pemuda yang berapi-api."

Noah hanya menjawab dengan senyuman, sebelum akhirnya pemuda itu masuk ke rumah yang berhadapan dengan rumah sewaan Elang.

"Bos dari mana?"

Jane bertanya lalu meraih mantel yang masih dipakai Elang untuk membantu membukanya, kemudian keduanya masuk ke dalam rumah tanpa ada lagi percakapan.

Elang menaiki anak tangga, lalu memasuki sebuah ruangan di lantai dua, dia juga mematikan lampu agar tak terlihat dari luar.

Elang lalu menyingkap gorden keemasan itu supaya dirinya bisa melihat suasana rumah yang diduga milik kekasih Glory.

"Lang!" panggil Luke.

"Hmm?"

"Tuan Robin ingin kau mendekati Nona Glory, bukan kekasihnya!" tegur Luke. Sebab sepertinya, Elang mulai mencampur adukkan urusan pribadi dengan tujuan perusahaannya.

"Aku penasaran siapa dia."

"Kau cemburu?" cecar Luke.

Elang terkekeh meremehkan. "Hanya karena seorang koki ingin tahu resep capcay bukan berarti dia menyukainya, Luke."

"Omongan mu!"

Luke mencibirnya dengan bibir yang tersenyum miring. Lalu, ia mengikuti arah pandangan Elang yang ternyata mendapati Glory tengah dipeluk Noah dari belakang.

Glory tampak bahagia, mereka masuk ke dalam rumah setelah sebelumnya Glory mencium kening pemuda itu.

"Kau sudah kalah telak dari kekasihnya, jadi lupakan suara desah Nona Glory, sekarang, jalin hubungan teman saja bersamanya, siapa tahu Nona Glory akan berbaik hati pada perusahaan kita," peringat Luke dan Elang masih diam memandangi rumah tetangga.

"Ingat, pencapaian ini akan membuat jabatan komisaris mu diperpanjang hingga sepuluh tahun lagi. Di mana lagi ada perusahaan yang sebaik perusahaan Robinson?" tambah Luke.

"Jadi lupakan ok!"

"Kau tidak pernah mendengar desahnya, makanya bisa bicara begitu," kata Elang berdecak.

"Kau mencintainya?" cecar Luke.

Elang tertawa kecil, bahkan menggigit bibir bawahnya saat menjawab. "Aku hanya mengagumi service ranjangnya."

"Memang bajingan, kau ini!"

Terpopuler

Comments

qieyna

qieyna

apa tajuk elang dan flory??aku ketinggalan yaa...x kenal siapa elang??

2024-04-04

1

Erna Fadhilah

Erna Fadhilah

elang munafik, kalau udah di di tinggal bau tau rasa kamu lang

2024-03-29

0

Mrs. Labil

Mrs. Labil

emang iya ???
masa segitunya smpai jdi penguntit lo km Lang 😌

2024-03-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!