BAB TUJUH

Dubai definisi kota ultramodern di Uni Emirat Arab. Gedung pencakar langit, mal megah, hotel bintang lima, restoran kelas dunia, ada di kota metropolitan terbaik di Timur Tengah.

Langkah gagah kini berderap, Elang telah rapi dengan mantel hitam panjangnya. Sepatu boots melapisi celana jeans hitamnya.

Malam ini, tubuh tegap tingginya sudah berada di The Dubai Fountains, menikmati tarian air mancur dengan lampu berkilauan per 30 menit.

Tidak, bukan itu tujuan Elang datang ke tempat ini, melainkan mengikuti arah langkah kaki kecil Glory berayun.

Dari sore tadi Elang menguntit wanita berbusana elegan itu, dan agaknya Glory sedang mempamerkan masa liburannya kepada followers di media sosial miliknya.

Elang belum cukup paham apa yang sebenarnya Glory lakukan. Belum bisa Elang menyimpulkan maksud tujuan Glory.

Karena sudah empat hari ini Glory kedapatan menyinggahi berbagai tempat menakjubkan di negara ini contohnya saja Burj Khalifa dan Underwater Zoo.

Seperti hanya ingin membagikan postingan liburannya ke semua orang, yang pada kenyataannya Glory hanya sebentar saja menyinggahi tempat- tempat ini.

Lihat, sekarang saja tampaknya Glory sudah ingin pergi setelah berhasil memposting indahnya tarian air mancur di hadapannya.

"He-ehm!"

Sayangnya, dahaman berat Elang membuat wanita itu sontak menoleh terkejut padanya. Yah, Elang yakin Glory hapal sekali dengan suaranya.

"Lang?!" Mata biru Glory membulat, mereka sempat mengheningkan cipta sejenak sebelum Elang tersenyum menegurnya.

"Kau di sini juga?" tanya Elang. Tentu itu basa basi karena Elang sengaja membuat skenario pertemuan tak sengaja ini sedari jauh hari.

Glory berdehem untuk memberikan kesan tidak gugup, lantas mengalihkan pandangan ke arah air mancur yang semakin lincah di depan sana.

"Liburan?" tanya Elang kembali.

"Begitulah." Glory menjawab datar.

"Kita sama." Elang tersenyum, dan melirik kecil ke arah Glory yang masih acuh. Entah lah, Elang merasa semakin lama Glory semakin asing saja baginya.

Elang memangkas jarak mereka dengan satu langkah miringnya. "Bersama seseorang?" tanyanya lagi.

"Dengan mu," jawab Glory. Elang tertawa kecil, dan itu terlihat sangat tampan sekali.

"Bertahun-tahun aku mengenal mu. Aku baru tahu sisi pelawak mu." Tak lama dari kalimat banyolan itu, Elang mengolah raut wajahnya menjadi muram setelah melihat layar ponsel Glory menampilkan panggilan baru.

"Lucas lagi?" ketusnya.

Elang tertawa samar, terkekeh sedikit sinis karena mulai bosan dengan nama Lucas yang terus menerus menelepon Glory. "Dia partner ranjang baru mu hm?" tukasnya.

"Apa itu penting?" Glory bukan hanya melirik, tapi menatap sejenak wajah lelaki itu. Entah kenapa, dia seperti melihat sisi lain Elang.

"Bukannya kau suka sekali menggoda lelaki untuk bercinta dengan mu. Lalu setelah itu pergi begitu saja, bahkan menghilang."

Glory tertawa sedikit keras. "Apa kau sedang merasa dicampakkan?"

"Aku hanya penasaran, kau ke mana saja selama satu tahun terakhir? Menikah kah? Punya keluarga kah? Atau sudah memiliki partner ranjang yang baru kah?"

"Andai itu terjadi, aku akan bahagia," sela Glory.

Sejenak, Elang menatap lekat Glory, entahlah, kenapa semakin lama semakin dia ingin mengulik kehidupan Glory. "Kau mau bermain truth or dare dengan ku?" tawarnya iseng.

Mungkin dengan begitu, Elang akan bisa menyingkap kabut rahasia yang menutup wanita misterius ini. Karena Elang jujur, saat mengatakan bahwa dia ingin tahu ke mana Glory selama satu tahun terakhir.

"Kita bukan anak kecil!" tampik Glory.

Elang merogoh saku celananya, meraih dompet dan mengambil sebuah uang koin dari dalam sana. "Hanya menebak koin. Dan kau harus pilih menjawab jujur atau memilih tantangan."

"Itu tidak lucu!" Glory tak suka hal yang membuang waktunya sia sia. "Kau boleh bertanya jika kau mau," katanya peka.

Elang tertawa kemudian, ternyata Glory sudah menebak maksudnya. "Sederhana, pertanyaan pertama, aku mau tahu. Apa hal yang paling menyedihkan bagimu?" tanyanya.

Elang pernah menjadi dosen, dan dia sering bertemu banyak sekali manusia dengan watak dan karakter yang berbeda.

Pertanyaan ini cukup pas untuk seseorang sejenis Glory. Pertanyaan yang tidak membuat wanita itu merasa terlalu lemah.

"Kau tidak pernah sedih?"

Glory terdiam menatapnya, seumur hidup baru pernah ada seseorang yang menanyakan hal ini. Sebab, hidup Glory terlalu sempurna untuk mengalami sedih.

Glory terkekeh mengenang masa lalu dan nasibnya sendiri. "Aku pernah dimasukkan asrama dan tidak dibesuk bertahun- tahun lamanya. Tuan Alex Miller memang sekejam itu padaku."

Elang terenyuh hingga senyum tipis yang sempat terulas kini menguap. Bagaimana bisa ada seorang ayah yang melakukan itu sementara dirinya sangat menyayangi Maurin, putri tirinya.

"Aku terbiasa diacuhkan, aku terbiasa ditolak, aku terbiasa menyukai seorang diri, aku tidak memiliki teman, bahkan keluarga yang peduli padaku hanya karena aku berbeda. Aku tidak sebaik Flory, apa lagi alim seperti Kak Khaira."

Tangan Elang reflek terbuka, menawarkan pelukan hangat, akan tetapi Glory malah tertawa menepisnya. "Sudah kubilang, kau tidak perlu mengasihani ku. "

"Itu respon tubuhku." Elang serius ingin memeluk wanita itu sebelum matanya kembali dialihkan pada layar ponsel Glory.

Lucas lagi lagi Lucas yang terus menerus menelepon Glory. "Sebenarnya siapa dia?"

"Bukan siapa siapa." Glory tersenyum sangat manis, tak ada kesan jutek sama sekali, ia lalu menepuk dada bidang Elang untuk pamit.

"Aku pergi."

Elang tak membiarkannya dengan menarik kembali lengan Glory agar tetap tinggal di hadapannya. "Kau yakin tidak merindukan ku?"

Glory tertawa samar, dan Elang yakin benar Glory sedikit bingung dengan pertanyaannya. Rindu? Sejak kapan Elang peduli perasaan rindu teman ranjangnya itu?

Glory melepas tangan Elang, lalu pergi meninggalkan dirinya. "Glo..."

Elang ikuti langkah kaki Glory, hingga keduanya sama- sama berdiri di sisi mobil sport milik Glory. "Tunggu sebentar."

Glory menoleh, lalu terkekeh. "Aku tahu langkah mu, Elang. Kau hanya mendekati ku karena perusahaan mu sedang mengikuti kualifikasi tender perusahaan kami."

Elang tergagu bisu, sial! Kenapa juga Glory harus tahu langkah dan rencana yang sudah dia pikirkan selama berhari-hari terakhir?

"Ikuti prosedur kami, bangun kepercayaan dengan usaha. Aku tidak bisa membantumu apa- apa. Kau tahu sendiri, Lang. CEO Millers corpora tidak suka cara seperti ini."

Terpopuler

Comments

Azzahra Azka Lestari

Azzahra Azka Lestari

tembakan tepatdi jantung

2024-04-17

0

Erna Fadhilah

Erna Fadhilah

🤣🤣🤣🤣🤣🤣syukurin kamu lang, langkahmu udah di ketahui sama glory

2024-03-29

3

Mrs. Labil

Mrs. Labil

eng ing eng

2024-03-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!