BAB DUA

"Om, ini bagus nggak?"

Elang tersenyum menatap gadis itu. Vicka asmara nama gadis yang paling ditentang oleh Maurin, tentunya karena umur anak ini baru 16 tahun.

"Bagus." Elang setuju dengan pilihan Vicka, sepatu cantik yang tidak terlalu mahal, yah Elang hapal karena dia terbiasa memilihkan sepatu untuk Maurin.

"Vicka boleh kan ambil ini?"

Elang mengangguk mengiyakan. Dia lalu menarik dagu Vicka, ia tersenyum dan mengusap pipi chubby gadis itu.

Memang tak diajak ngamar, tapi Elang suka bercengkrama dengan daun muda. Elang suka memanjakan gadis- gadis karena itu obat rahasia awet mudanya.

"Lang..." Elang sontak menoleh ke arah sumber suara yang menyeru namanya.

Wanita itu, wanita berbusana elegan, rok span pendek, sepatu heels, dan kerah rendah yang mengekspos dada bulatnya. "Glo."

Entah ada angin dari arah mana yang membuat Elang harus tidak sengaja berpapasan dengan perempuan cantik itu.

Ipar, sekaligus wanita yang sudah beberapa kali menjadi partner ranjangnya. Yah, bukan hanya sekali, keduanya sudah berkali kali terlibat ngamar setelah mabuk di bar yang sama.

Lucunya, mereka selalu berakhir pulang ke rumah masing- masing. Lalu setelah itu tak ada yang membahas tentang malam yang mereka lewati bersama.

"Hey, Glo..." Elang menggaruk tengkuk, dia kikuk karena di sisinya sedang berdiri gadis mungil seumuran Maurin. "Kamu di sini?"

"Hmm." Elang yakin, Glory hapal perangainya, Glory hanya tersenyum kecil lalu melewati Elang dan gadis Elang untuk menuju tempat kasir.

"Tunggu."

Sampai tiba Glory di meja tinggi itu, Elang masih setia menatapnya. Agaknya, Glory baru menyadari ada yang tertinggal, terlihat dari bagaimana Glory meraba seluruh tubuhnya.

"Dompet ku," gumam Glory. "Maaf Kak, ponsel saya tertinggal di mobil. Saya harus ambil..."

Elang meraih dompet miliknya, meraih dan menyodorkan kartu Atm-nya. "Pakai ini saja." Suara berat Elang membuat Glory dan kasir menatap ke arahnya.

"Tidak perlu Lang," tolak Glory. "Aku bisa membayarnya sendiri."

"Pakai ini!" Elang kembali menyuruh kasir untuk segera melakukan transaksi. Sedang gadis di sebelah Elang hanya manyun karena tas yang Glory ambil tas yang Vicka suka.

"Baik, Pak. Totalnya 209 juta."

Lihat, Vicka semakin kesal karena harga tas Glory bahkan berpuluh kali lipat dari harga sepatu yang Elang belikan untuknya.

Glory mendekati telinga Elang. "Lebih baik simpan untuk pacar matre kamu," bisiknya.

Elang tak peduli, dia lekas meraih paper bag dari Mbak kasir untuk diberikan pada mantan kakak iparnya. "Ambil!" ujarnya.

Glory bisa apa, lagi pula, Elang akan malu jika dia terus ngotot untuk menolak. "Baik. Terima kasih," ucapnya lalu tersenyum yang terkesan datar.

Elang hanya mengangguk kecil, menatap punggung dan pinggang ramping yang perlahan menjauh dari jangkauan matanya.

Entahlah, sekelebat dia jadi mengingat saat Glory berada di bawah tubuhnya. Padahal, selama tahu tahun terakhir, Glory tak tampak menyambangi bar lagi.

Tak lama Elang membayar belanjaan tak seberapa milik Vicka, sebuah pesan masuk ke ponselnya. 📩 "Sudah aku transfer lagi."

Elang segera cek saldo rekening di salah satu ATM miliknya, dan dia sudah mendapatkan kiriman uang dari Glory.

"Kamu mengejek ku?"

Elang langsung membalas pesan Glory secepatnya. Hanya karena dia ini bukan pemilik perusahaan, bukan berarti Elang miskin, dia masih memiliki cukup uang.

Dia masih bisa membelikan dua atau tiga tas mahal Glory sekaligus. Namun, sepertinya Glory masih saja meremehkannya dan itu yang membuat Elang tak suka pada keluarga Miller karena Flory dan Glory sama saja.

📩 "Aku tidak mengerti maksud kamu."

Elang memutar bola matanya, Glory ini wanita teraneh yang pernah dia kenal. "Kamu pikir aku akan miskin hanya karena membelikan satu tas kamu, Glo?" balasnya lagi.

📩 "Loh ... Kenapa musti marah? Sama sekali aku tidak mengejek mu. Aku hanya tidak suka ditraktir orang asing."

Elang tak suka kata orang asing karena mereka bahkan sudah sering mendesah di atas ranjang yang sama. "Kita ini..."

Ah, Tuhan...

Elang lekas menghapus balasan pesannya setelah mengingat, bahkan dia sendiri yang pernah memberitahu Glory jika di luar ranjang mereka hanya orang asing.

"Om..."

"Kamu pulang sendiri, Vicka!"

Elang melangkah acuh, meninggalkan gadis mungilnya begitu saja, tak peduli meski gadis itu memanggil manggil namanya sambil mengejar.

Elang sudah tak mood berjalan jalan, apa lagi melihat wajah Vicka. Entahlah, kenapa juga suasana hatinya harus kacau setelah Glory mengembalikan uang tasnya.

Terpopuler

Comments

Azzahra Azka Lestari

Azzahra Azka Lestari

masih mengikuti arus....maurine ank flory ma liam kah?knp ma elang?knp tdk ma flo???

2024-04-17

4

Ig : loneliest.7

Ig : loneliest.7

kiu², mak elang aku mampor

2024-04-04

0

Erna Fadhilah

Erna Fadhilah

ngomong sendiri giliran di gituin sama glory ga terima,,,,kamu maunya apa lang 🤔🤔

2024-03-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!