EMPAT BELAS

^^^Glory Alexa Miller.^^^

Sembilan belas tahun silam, Glory duduk di jok penumpang bagian depan dari mobil yang dikendarai Alex Miller.

Glory sudah banyak melakukan kesalahan fatal, termasuk bermain ke kelab malam diusianya yang bahkan masih sangat muda.

Usia 17 tahun, seharusnya masih berlindung di ketiak orang tua, Glory justru kedapatan ke bar bersama teman temannya. Alex sudah tak lagi mentolerir perbuatan Glory kali ini.

Dia turun setelah dia sukses memarkirkan mobilnya di teras asrama. Lalu, meraih handle pintu Glory yang masih duduk diam di joknya.

"Keluar, Glo!" Alex sampai harus menarik paksa lengan gadis itu hingga sedikit terpelanting ke tanah.

"Jangan buang Glory di sini!" Glory menghiba, tapi sayangnya batas kesabaran Alex Miller sudah terkikis hingga habis.

"Daddy nggak akan ambil kamu sampai kamu paham letak salahmu di mana!" bentak Alex.

"Apa perlu diasingkan?" teriak Glory.

Glory perempuan yang baru tumbuh. Dan hidup di lingkungan pertemanan sepertinya cukup sulit menjadi wanita baik- baik layaknya Khaira, anak tersayang Alex Miller.

"Jaga dia!" Alex menatap satu orang, yaitu pengurus asrama. "Jangan spesial kan dia, biar dia mandiri di sini! Perlakukan dia sama seperti yang lainnya!" titahnya tegas.

"Baik Tuan!" Perempuan itu meraih lengah Glory yang menepisnya hingga terjatuh ke lantai. Hal yang membuat Alex menampar pipi putih mulus Glory di depan banyak orang.

Glory terisak, dia salah, tapi tamparan ini menyadarkan dirinya bahwa Alex sudah tidak layak diharapkan belas kasihnya.

Melihat Glory menangis memegangi pipi yang kian memerah, Alex terlihat menyesal, tapi anak seperti itu tidak akan pernah berubah jika terus dibiarkan.

Angkuh, sombong, sewenang-wenang, dan Alex tak mendapatkan watak itu dari dua putrinya yang lain. "Tinggal di sini, sekolah di sini, coba buktikan kamu punya prestasi, baru Daddy ambil kamu dari sini!"

Glory terdiam dengan sisa isaknya. Setelah tamparan Alex Miller, Glory tak berharap apa pun lagi, pasrah, justru dia berharap akan tinggal di sini selamanya.

Dari mulai itu, Glory menjalani hidup baru, memang sedikit sulit. Banyak keluhan yang sering kali membuatnya histeris, berteriak keras di kamarnya.

Mengamuk saat ada seseorang yang mengirimkan makanan. Rasa jenuh ingin keluar dari asrama ketat ini membuat Glory setengahnya depresi.

Sampai tiba ketika Glory mulai paham akan kondisinya. Keadaan di mana dia mulai merasakan ada sesuatu dalam dirinya.

Perut yang selalu dia jaga agar langsing, setiap bulannya bertambah besar. Glory mengingat kembali peristiwa satu malam bersama Elang Gazza seniornya.

Dari situ akhirnya Glory menyuruh seseorang untuk membelikan testpack dengan imbalan uang yang sangat besar. Setidaknya upah itu akan menutup mulut bocor orang tersebut.

Glory semakin hancur kala memindai dua garis di benda kecil itu. Dia berteriak histeris sejadinya, menangis, meraung, bahkan, Glory sempat ingin mengakhiri hidupnya.

Namun, wajah dan bisikan Elang membuat Glory bertahan. Mungkin, jika anak itu lahir laki-laki, dia akan setampan Elang.

Di dalam kamar mandinya, Glory memegangi perut itu. Dia harus bertahan, nanti setelah dia bisa keluar dari asrama ini, dia bisa mencari Elang dan menunjukkan batang hidungnya.

Tak ada suka, hanya duka ketika Glory hamil anak yang pertama. Bahkan, acap kali dia merasakan keram di malam hari.

"Nona kenapa?" Perempuan itu, seseorang yang dipercaya Alex Miller. Namanya Oliver, bisa sabar, meski sering dibentak Glory.

"Sakit!"

Glory berguling ke kanan dan kiri, berusaha keluar dari rasa sakitnya. Hingga, Oliver menyadari sesuatu dan berani menegur.

"Nona..."

Glory mengangguk setelah tahu apa yang sedang Oliver pikirkan. "Aku memang sedang hamil, Olive! Aku hamil, dan ini sudah masuk empat bulan!"

"Ya Tuhan!" Oliver terkejut, sedari sebulan yang lalu wanita itu menepis kecurigaannya, dan hari ini anak asuhnya sendiri yang jujur.

Glory masih meremas perutnya, masih berguling ke kanan dan kiri. "Tolong jangan katakan rahasia ini ke siapa pun Olive! Glory yakin, kalau sampai orang tahu, Alex Miller akan langsung membunuh ku!"

"Tapi..." Oliver harus apa? Glory hamil, Glory butuh bantuan, Glory butuh perawatan, Glory juga butuh dukungan.

"Ini sudah bulan ke empat Glory di sini. Dan Alex Miller belum menghubungi Glory sama sekali, mungkin kalau Alex Miller sampai tahu Glory hamil, tidak hanya dibuang, Glory juga akan dibunuh!" Glory menghiba pada Oliver yang akhirnya terdiam memikirkannya.

"Rahasiakan kehamilan Glory, bantu Glory melahirkan dan merawatnya, nanti kau juga akan dapat separuh dari uang jajanku sebagai bayarannya. Glory butuh dukungan, tolong jangan buat Glory semakin dikucilkan."

Oliver terenyuh, dua puluh tahun Oliver menikah, tak satupun Oliver dikaruniai anak, makanya, melihat Glory terbuang, Oliver iba.

"Yang kuat, Nona." Oliver memberikan pelukan, sebelum dia membawa Glory ke rumah sakit secara diam- diam.

Dubai, sembilan belas tahun setelah peristiwa memilukan itu, Glory terbangun di atas ranjang yang sama sekali tak dikenalinya.

Mata tajamnya menyorot pada lelaki yang duduk merentang tangan di sofa. Elang tampak tersenyum miring mendapati raut wajah yang menunjukkan kesan kaget.

"Lang!" Glory bahkan beranjak mundur ketika Elang bangkit untuk mendekat. Glory yakin, Elang kembali dengan dendamnya.

"Apa kau gadis 17 tahun itu?" Lihat, cara Elang menyelidikinya begitu mengintimidasi.

Elang bahkan meremas pipi Glory hingga bibir merah itu meletup. "Kau anak konglomerat yang menyuruh bartender menjebak ku?"

Glory tak perlu menggeleng, dia sudah tidak bisa mengelak. Tapi, menjawab pun, dia tak memiliki keberanian.

"Jadi kau orangnya?"

Elang terkekeh sekilas, terkesan sinis dan dingin. Sial bukan, dia mahasiswa terbaik, berprestasi, tapi lihat, seluruh hidupnya benar- benar dipermainkan wanita cantik ini.

"Kau yang menjebak ku malam itu?!" Elang bahkan malu mengatakannya, sungguh, ini sangat memalukan baginya.

"Kau membawa lari benih ku..." Elang terdiam sejenak, entah kenapa dia teringat wajah tampan Noah. "Apa dia benar- benar anakku?"

Elang tak puas diri melihat kediaman Glory yang seakan menyepelekan pertanyaan- pertanyaan darinya. "Jawab, Glo!!!" pekiknya.

Berikutnya nyambung sebentar lagi...

Terpopuler

Comments

bunda syifa

bunda syifa

memang dulunya si glory sangat menyebalkan bahkan sampai pernah punya masalah sama king Aisyah klo gc salah, tapi gc nyangka klo kisah nya seperti ini, sampai d kecilkan oleh keluarga sendiri

2024-05-01

0

Azzahra Azka Lestari

Azzahra Azka Lestari

binggung

2024-04-17

2

Andri

Andri

glow nurun alex

2024-04-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!