LIMA BELAS

"Nona, Tuan Alex sudah datang menjemput mu. Dia bangga dengan prestasi mu, selamat Nona. Kau bisa keluar dari sini."

Kondisi ketika Glory bisa lulus kuliah S2, empat tahun S1 dan satu tahun S2 tidak sebentar di Inggris, walau tidak dengan nilai tertinggi, tapi ini pencapaian besar bagi anak yang mengalami kesakitan seperti Glory.

"Terima kasih bantuannya Oliver."

Glory memeluk Oliver. Mereka sudah sedekat itu sejak Glory hamil dan melahirkan, walau terlalu sakit jika mengingat bagaimana Noah hadir di dunia ini, tapi cukup terbayar dengan ketampanan yang dimiliki putranya.

Noah memang setampan itu, Noah sudah bisa berjalan, Noah sudah berlari, Noah sudah bisa ini dan itu. Hal yang membuat Glory ingin segera keluar dari asrama.

"Aku titip Noah untuk sementara, kau akan lebih banyak mendapatkan uang setelah aku bisa bergabung dengan perusahaan, Daddy."

Oliver menggeleng. "Bukan soal uang. Aku senang memiliki Noah, dan kau Nona."

"Terima kasih segalanya Oliver." Glory semakin mempererat pelukannya. Dulu dia sangat membenci Oliver, tapi sekarang dia sangat menyayangi Oliver.

Alex menatap mereka, Glory sudah banyak berubah, tak lagi meledak ledak. Lihat, Oliver bahkan dipeluknya, yang mana Alex tahu sekali bagaimana perangai putrinya.

Glory sedari kecil, tak pernah mau berdekatan dengan wanita atau lelaki dari kalangan bawah atau di pandang miskin. Alex senang, ada hasilnya dia hukum Glory di sini.

"Peluk Daddy..." Alex merentangkan kedua tangannya, dan Glory yang juga merindu ia berjalan pelan lalu memeluknya. "Maafkan Daddy."

Glory diam saja, masih membekas tamparan Alex dan acuhnya Alex. Tapi, Glory tidak ingin keluar dari lingkungan keluarga Miller.

Masih ada banyak hak istimewa yang Glory pertahankan. Dia tak ingin lari meski sakit hati, setidaknya Noah dan Oliver butuh uang, dan selama ini aliran itu dari Alex Miller.

Alex mencium kening putrinya, di ujung koridor, Caroline sang ibunda menangis tersedu sedu. Jelas, Caroline tak kuasa melangkah setelah sekian tahun baru diperbolehkan melihat putri kesayangannya.

Tak sia sia perjuangan mereka, akhirnya Glory lulus S2 dan terlihat manusiawi. Tangisan Glory pecah ketika ibunya menangisinya, dan Alex merasa menjadi tertuduh ketika itu.

Alex membawa putri dan istrinya masuk ke dalam mobil Limosin miliknya. Mereka langsung terbang ke Indonesia untuk merayakan kelulusan Glory.

Sampai di rumah utama sang ayah, Glory melihat begitu banyak orang. Seperti akan diadakan acara pernikahan.

Glory sempat mendengar Flory memang sudah menikah dengan Liam. Tapi, tidak terlalu tertarik akan berita itu karena dia tidak menyukai Liam sedari dulu.

Di ayunan taman belakang, Flory termenung dengan wajah yang muram. Sama sekali tidak mencerminkan seseorang yang bahagia karena pernikahannya.

"Flory kenapa?" Glory bertanya pada Caroline tanpa mengalihkan pandangan dari saudara kembarnya.

"Dia berpisah dengan Liam."

Glory tajam saat menatap Caroline. "Sudah Glo bilang, Liam tidak pantas dijadikan suami. Flo saja yang ngotot!" ketusnya.

"Glory..." Alex menegur. Jangan sampai Flory terus mengingat Liam, karena Liam sudah akan disingkirkan dari hidup Flory selamanya.

Caroline merangkul Glory supaya tidak terus memikirkan masa lalu Flory. "Tenang, Glo, Daddy kamu sudah carikan calon suami yang pas untuk Flory."

"Oya?" Glory cukup tenang. Setidaknya, Flory tidak perlu lagi kembali dengan Liam.

"Dia pemuda baik, Elang salah satu dosen di universitas MCG," tambah Caroline.

"Apa dia tahu Flory hamil?" Glory mencecar karena penasaran. Apa ada lelaki yang mau bertanggung jawab meski bukan benihnya.

"Tentu saja Elang tahu. Dia mau menerima Flory dalam keadaan apa pun." Caroline juga menghela napas panjang. "Ya Tuhan. Aku baru percaya bahwa ada cinta setulus itu."

Glory bahagia mendengarnya, dia datangi ayunan Flory dan ternyata, wanita itu langsung terkejut melihat keberadaannya.

"Glory!" Flory memeluk erat Glory, rindu adalah kata yang pantas menggambarkannya.

Glory terkekeh. "Selamat ya. Lupakan Liam, kau berhak bahagia bersama calon suami mu yang sekarang. Happy wedding."

Flory mengurai jarak, lama tak berjumpa mereka duduk di ayunan yang sama. Glory juga ingin tahu apa saja yang Flory lalui tanpa dirinya di sisinya.

"Bagaimana bentuk dan rupa calon suami mu? Apa setampan Liam?" tanya Glory.

Flory menghela, sebenarnya dia belum bisa menerimanya, tapi Elang pemuda yang tidak layak untuk ditolak. "Dia sangat tampan! Liam masih di bawah Elang, aku akui itu, tapi kau tahu, aku bahkan masih terpaut pada pemuda brengsek itu."

"Perlahan, kau bisa melupakannya." Glory saja bisa melupakan kekejaman Alex Miller, pasti Flory pun akan begitu jika soal Liam.

"Ehm!" Dahaman itu mengambil alih perhatian Glory dan Flory. Di depan mereka telah berdiri pemuda tampan yang tersenyum manis.

Tidak dengan Flory yang membalas senyum Elang meski terpaksa. Glory justru meredup senyum yang sedari tadi berkembang.

Dadanya menghangat, seperti ada roller coaster yang membawanya terjun dari ketinggian dengan medan yang curam.

Glory ingin bangun jika ini mimpi. Elang yang Flory bicarakan, rupanya Elang yang pernah dia jebak bermalam panas dengan dirinya.

"For you." Elang tersenyum sambil menyodorkan bunga pada Flory.

Namun, ketika melirik pada Glory, Elang meraih satu tangkai mawar dari buket milik Flory untuk diberikan pada Glory yang masih terdiam beku menatapnya.

"Yang ini untuk Kakak ipar."

Setelah cukup lama terdiam, Glory meraih bunga itu dengan gerakan pelan. Dan ketika kulitnya menyentuh tangan Elang, Glory ingat kembali bagaimana Elang mengerang.

"Kau sudah tahu kan, Lang. Dia saudara kembar ku," ucap Flory. Dan Elang menjawab dengan anggukan kepala. "Tentu saja."

Memang Elang tampak baik dan sepertinya Elang memang menerima Flory juga bayi yang Flory kandung. "Jangan nakal, Ok."

Glory lebih tergagu saat Elang mencium perut Flory. Terlihat sekali Elang mencintai wanita itu meski sudah ada bayi yang dikandung dari lelaki lain.

...▫️▫️▫️▪️▪️▪️...

Glory di depan tatapan tajam Elang, ia menitihkan air matanya. Barusan, puing- puing masa lalu berputar- putar bak kaset rusak yang merentetkan peristiwa kelam.

Elang mendekati bibir Glory. "Kau bahkan diam saja melihat aku menikahi kembaran mu," tuduhnya.

"Kau sangat mencintainya." Glory terkekeh karena Elang tampak lawak. "Asal kau ingat, aku tidak seberuntung Flory untuk kau cintai."

"Kau bisa cegah!" bentak Elang.

"Untuk apa?!" Glory berteriak. "Mengakui bahwa aku yang menjebak mu malam itu hah?'"

Glory berdecih. "Aku bahkan sudah memalsukan hasil test kesehatan mu agar Alex Miller membatalkan pernikahan kalian, tapi yang terjadi, kalian menikah juga!"

Elang mengusap wajahnya frustrasi.

"Meski dokter mengatakan 100 persen DNA Noah adalah milikmu. Kau tetap tidak berhak atas apa pun. Kita hanya orang asing di luar ranjang, Elang! Kau yang mengatakannya!"

Terpopuler

Comments

TETANGGANYA ELANG 🍒

TETANGGANYA ELANG 🍒

mbuh lah beib.tiap mas Duda muncul bawaan ku mewek trs.sakit diposisi Noah.sakit diposisi Glowry meski dia juga yg salah.but tidak men judge Glow.krna ada sebab musababnya.
jadi perempuan paruh baya yg waktu itu adalah Oliver.
Gak kebayang hati Caroline kalo tau semua ini.dia punya Noah yg disembunyikan slma 18 THN.juga punya Gerald dan Emily(se ingatku ini ya.koreksi kalo salah 🫢)

Berjuang yuk mas duda.luluhin Noah dan emaknya.serius aku pun spt Maurin yg ingin Elang dan glow smp nikah 🍂

2024-03-15

33

Azzahra Azka Lestari

Azzahra Azka Lestari

kasian noah dan adik2nya.....kasian glo....mungkin glo bandel hanya ingin kasih sayang alex sang papa...tapi sang papa pandangannya sdh salah dgn membandingkn satu putri dgn putri yg lain...dan itu yg akn mendatangkan penyesalan rak bertepi di masa datang

2024-04-17

0

Mrs. Labil

Mrs. Labil

uuhhhhhh 😭😭😭

2024-03-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!