BAB SEMBILAN

Elang masuk kembali ke dalam kamar hotel sewaan Glory. Pakaian dan dompet masih tercecer di dalam sana.

Namun, setibanya di sana dirinya lekas disambut oleh rayuan para wanita timur tengah yang seksi menggoda.

Ada satu yang berlutut di depannya, Elang tahu, wanita itu pasti menawarkan service mulut untuknya. Dia diam saat wanita itu meraba celana, bahkan mulai mengutak- atik gesper miliknya.

Elang memang ingin bercinta, dia ingin memasuki surga dunia dan mendesah. Tapi tidak! Bukan mereka yang Elang mau!

Elang sudah menyewanya dari kemarin kemarin andai semudah itu. Elang tidak selera, Elang tidak berhasrat selain dengan Glory saja jika untuk urusan ranjang.

"Turunkan tangan mu!" Elang mengeluarkan baritonnya. Sekejap, wanita itu mundur untuk menepi. Tapi belum usai di situ karena Elang masih harus menghadapi empat wanita lagi.

"Kami butuh belaian mu, Mr." Ke empatnya bahkan sudah dibayar, tapi bersama lelaki setampan Elang adalah bonus mereka.

"Aku tidak selera!"

Elang meraih dompetnya, meraih kaus, dan mantelnya, lalu keluar dari kamar sambil memakai satu persatu pakaiannya. Bahkan, tak sedikit pun melirik lagi wanita wanita itu.

Elang harus mengejar Glory, dia turun ke lantai bawah dengan lift. Tiba di depan hotel ia langsung masuk ke taksi untuk kemudian mengikuti mobil Glory.

Setahun sudah dia berpuasa, tak pernah lagi bercinta. Tapi Glory menolaknya mentah- mentah malam ini. "Sial!" umpatnya.

Di lampu merah, mobil mereka berhenti bersisian, Elang sempat melihat tangisan pilu Glory. Dan itu cukup mampu mengetuk jiwa lelakinya.

Ingin sekali memberikan pelukan, itu yang dia rasa saat ini. Mungkin dirinya terlalu menganggap wanita itu murah.

Bukan itu, Elang serius ketika mengucapkan 'aku menginginkan mu malam ini'. Elang menginginkan wanita itu, bukan hanya di atas ranjang tapi juga ingin bicara dari hati ke hati.

Ke mana saja Glory, dan apa yang dia lakukan di rumah Noah, sungguh, bukan hanya tender, tapi ada hal lain yang menggelora di dadanya.

Seperti sebuah kerinduan, walau Elang akui, mungkin kerinduan itu muncul karena dia masih belum bisa sepenuhnya move on dari mantan istrinya yang identik dengan Glory.

Tak sampai satu jam keduanya tiba di komplek mereka. Sementara mobil Glory parkir, Elang turun dari taksi dan berlari masuk ke gerbang tingginya, ia berusaha sembunyi agar tidak diketahui oleh Glory.

Elang juga berlari masuk ke rumah. Pagi tadi Elang sudah pasang cctv di jendela kamar Glory dengan cara menyematkan kamera super micro yang ditembakkan dari jarak jauh.

Beruntung, Luke genius, dia tidak perlu repot kalau hanya sekedar menyadap. Dan setelah jendela Glory ditutup maka kegiatan Glory lah yang akan terlihat sekarang.

Makanya Elang harus ke kamar untuk melihat apa yang akan Glory lakukan di kamar. Elang masih cukup penasaran, apa yang membuat Glory terus menangis di perjalanan pulang.

Bersama Jane, Luke hanya menggeleng di atas sofanya, mereka sudah tahu jika Elang gagal merayu Glory untuk tender, sebab ketika Elang dan Glory berdebat di parkiran air mancur, Luke dan Jane juga ada di sana.

Bukannya pulang, Elang malah fokus pada urusan hati sendiri. Meminta Glory tidur dan akhirnya pergi ke hotel, yang mana hal itu membuat Luke dan Jane pulang sendiri.

Sial bukan, misi merayu Glory untuk sebuah kemenangan tender dengan income trilliunan justru dialihkan ke urusan ranjang. "Besok kita pulang kalau Nona Glory sudah gagal dirayu..."

Elang menyela sambil berlari menapaki satu persatu anak tangga. "Kau pulang sendiri saja, aku masih mau di sini!"

Luke menghela napas, sambil menatap punggung Elang yang berangsur- angsur tenggelam di lantai dua. "Ok, biarkan Elang di sini. Aku harus pulang besok!"

Jane menggeser duduknya, mendekati Luke yang membuka kacamatanya. "Kau yakin meninggalkan ku sendiri?" rayunya lembut.

"Tidak untuk sentuhan ini." Luke menyengir sambil menarik tengkuk Jane, dia masih perlu mengeksekusi wanita seksi ini terlebih dahulu sebelum pulang ke Indonesia besok.

...▫️▫️▫️▪️▪️▪️...

Elang di kamarnya, sudah berdiam diri di depan monitornya. Mengintai pergerakan seseorang yang dia yakini adalah kamar Glory.

Terlihat Glory baru saja tiba di kamar, wanita itu menutup pintu dan Elang tersenyum saat Glory mulai membuka pakaian luarnya.

Elang ikut membuka mantel dan kaus ketatnya. Otaknya mesum, biarlah, dia bahkan mengusap celana sesaknya ketika Glory membuka seluruh pakaiannya.

Hanya tampak belakang memang, tapi justru itu favoritnya. Elang masih bisa mengingat bagaimana Glory menggigit bibir bawahnya.

"Ahh, Luke!"

"Sial!" Elang mengumpat karena desah dan dencit sofa terdengar hingga kamarnya. Dia tutup pintu kamar setelah sempat melongok ke bawah dan mendapati Jane di atas Luke.

"Teman gila!" umpatnya. Lalu kembali ke ranjangnya, ia fokus pada layar monitornya.

Setelah cukup lama dia menunggu, Glory keluar lagi dari kamar mandi dengan lilitan handuk putih, Elang tersenyum, dia suka saat Glory mengoles losion pada lengan dan lehernya.

"Dia terluka?" Elang mengernyit, lalu memicingkan matanya, untuk menatap seksama bagian bawah Glory.

Seperti ada bekas jahitan yang melintang di bawah perut, sedang Elang yakin, seluruh bagian tubuh Glory mulus semulus mulusnya, dia bahkan masih ingat setiap inci kecil Glory.

Glory mengenakan kembali CD dan bra, lalu mengenakan pakaian tidur satin yang dibalut dengan kimono. Glory juga membuka pintu, dan terlihat Noah masuk membawa bayi yang akhirnya digendong oleh Glory.

Elang mengerut keningnya, matanya fokus pada bayi yang Glory timang dengan wajah gembira. Bahkan, Glory duduk di sisi ranjang untuk membuka bra dan menyusuinya.

"Glo..." Elang terpaku, hening, di dadanya seperti ada sesuatu yang berseruak, jadi inikah alasan Glory tak lagi mau menatap dirinya seperti dahulu?

Elang semakin teriris ketika Noah memijat kaki kaki mungil Glory. Tampak sekali Glory tersenyum bahagia mendapatinya.

Entahlah, Elang merasa hawa panas tiba tiba melingkupi tubuhnya. Dia perlu minum, dia butuh air dingin sekarang juga.

Rasa aneh di dadanya membuat Elang bangkit untuk keluar dari kamar, ia berjalan menuruni anak tangga dengan langkah pelan.

Bak orang linglung, Elang bahkan tak peduli dengan dua sejoli yang tengah asyik memadu kasih, beradu lenguh dan suara kulitnya.

"Kau mau gabung?" Elang tak menggubris tawaran Luke, dirinya hanya fokus menuju lemari es untuk meraih sebotol air mineral.

Diminumnya air itu hingga tandas, ia ingin segera keluar dari siksaan panas yang masih menyelubunginya. Dia ambil satu botol lagi bahkan mengguyur seluruh tubuhnya dengan air dingin tersebut.

"Kau kenapa, hah?"

Luke masih tak dihiraukan, Elang terduduk di sisi lemari es, meringkuk tubuhnya, memeluk betisnya sendiri. "Dia mencampakkan ku."

Terpopuler

Comments

Anna Lau

Anna Lau

setahun menghilang untuk melahirkan anak elang bukan?

2024-04-24

1

CemPlok

CemPlok

Jangan2 itu anaknya elang

2024-04-19

1

Andri

Andri

elang kata nya mandul tpi aq rasa itu anak elang

2024-04-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!