BAB SEBELAS

Sudah cukup siang rupanya dunia, teriknya matahari lolos, menerjang masuk ke dalam kamar, menyorot dari celah kaca jendela.

Elang menggeliatkan tubuh yang lemas tiada bertenaga. Mata yang sudah berkantung kini terbuka dengan lemahnya.

Telepon dari Mirna, Rana, Putri, Vicka, bahkan Maurin putrinya pun tak diangkatnya. Kali ini Elang benar- benar sedang tak bergairah untuk meladeni telepon dari siapa pun.

Semalam Elang tak tidur, tapi baru sebentar sudah beranjak. Yang diingat saat ingin tidur hanya Glory dan terbangun pun cuma Glory.

Sepertinya akan seru melihat bagaimana kondisi Glory siang ini. Dia lantas menatap layar monitor yang sudah mati.

Gegas, Elang beranjak dari ranjangnya, memeriksa gawai milik Luke tersebut, entah lupa mematikan atau apa. Tapi seingatnya, dia masih menyalakan monitor saat tertidur.

BRAK!!!

Dobrakan pintu yang terdengar dari bawah mengalihkan atensi Elang. Teriakkan Jane ikut mengiringi teriakan seseorang lainnya.

"Keluar! Mana Tuan mu!" Elang belum cukup yakin, tapi sepertinya itu suara pemuda yang akhir- akhir ini sering dia intai.

Beberapa waktu lalu, di lain tempat yang tak jauh dari rumah sewaan Elang. Noah masuk ke dalam kamar Glory, dan seperti biasa pemuda itu yang selalu membuka jendela.

Sekilas tak ada yang berbeda. Sampai kening pun mengernyit mendapati sebuah benda kecil yang menempel di permukaan jendela kayu rumahnya.

Noah menelisik, menyentuh gawai kecil itu lalu diraihnya hingga terlepas. Tidak salah lagi, benda ini memang kamera pengintai.

Sekejap, Noah mengerling ke bawah, tidak mungkin benda itu ditempelkan dengan cara memanjat jika mengingat medan dinding yang terlalu datar.

Noah yakin, benda ini sengaja dibuat untuk pengintaian. Terlihat dari kesiapan alat kecil itu yang memang dilindungi lapisan karet dan perekat yang kuat.

Noah kembali keluar dari kamar, di lantai bawah sana Glory sudah menyuruhnya makan, tapi Noah tak pedulikan tentang itu.

Noah masuk ke dalam kamar miliknya sendiri, kamar di mana dia bisa berkubang dengan alat- alat elektronik ciptaannya sendiri.

Gegas dia nyalakan satu monitor paling lebar, untuk kemudian memeriksa semua rekaman cctv di hari di mana agaknya kemera kecil itu disematkan di jendela kaca rumahnya.

Seksama Noah amati, hingga suasana yang tadinya biasa menjadi tidak biasa. Ada sesuatu yang melayang dan Noah perlu memperlambat laju filmnya agar segera tahu.

Tepatnya pukul sembilan pagi, seseorang telah menembakan kamera tersebut. Dan jika dilihat dari arah datangnya, Noah yakin itu berasal dari halaman rumah depan.

Membentuk garis lurus, yang itu berarti benda mungil tersebut tidak ditembakkan dari arah bawah melainkan dari arah yang sejajar.

Dari awal Noah sudah curiga dengan tetangga barunya. Dua hari terakhir Noah intai rumah aneh itu, dan sepertinya dugaannya memang tak meleset.

Pasti ada apa- apa dengan lelaki paruh baya yang dua hari lalu berkenalan dan mengobrol bersamanya di Cafe, dia yakin seratus persen, feeling ini tidak berbohong.

Noah mengepal tangannya, meremas kamera di tangannya, lantas keluar dari kamar untuk menuruni anak tangga dengan wajah murka.

"Makan, Sayang..." Noah tak menggubris perintah Glory, Noah hanya perlu selesaikan urusannya dengan pria yang berani beraninya menyematkan kamera pengintai di rumahnya.

Tak ada salam tak ada ketuk pintu, Noah memang pemuda berapi-api. Dia panjat pintu pagar tinggi tetangganya, lalu berlari masuk ke dalam rumah itu dengan cara mendobrak.

"Keluar, bajingan!" Tak perlu memastikan ini benar atau salah, Noah yakin jika pemilik baru rumah ini memang mengincar keluarganya.

"Kau!" Noah melotot pada perempuan yang berteriak- teriak kaget karena pintu yang didobrak paksa olehnya. "Mana Tuan mu?!"

"Siapa yang kamu maksud?!" Dan ketika mata Noah melirik ke anak tangga, di sana telah turun pria gagah yang kemarin mengikutinya.

"Heh, bajingan!" Tanpa bertanya, Noah layangkan tendangannya pada dada bidang pria yang bahkan masih dia ingat namanya.

Elang, dari Indonesia. Noah memiliki ingatan yang bagus. Itulah kenapa dia bisa seyakin itu menuduh Elang lah yang mengintai kegiatan keluarganya.

"Apa tujuan mu di sini?" Noah meraih kerah kaus Elang yang sempat terhuyung karena tendangannya. "Apa tujuan mu meletakkan kamera di rumah ku?!" teriaknya menggebu.

Jangan ditanya bagaimana Noah menajam- kan sorot matanya. Begitu menusuk, bahkan diliputi api amarah yang menyala- nyala.

"Boss!"

"Diam jalang!" Noah membentak perempuan yang dia yakini sekutu Elang. "Katakan siapa kalian hah? Katakan bajingan!" pekiknya.

"DIAM, BANGSAT!!!" Elang mendorong keras tubuh Noah, mereka sesama lelaki jika tidak pandang usia. Elang juga kesal dengan pemuda itu, dia kalap untuk memukul bagian wajah Noah yang tampan tak bercelah.

"Noah!" Elang dan Noah menatap ke arah yang sama, di mana perempuan cantik itu berdiri gemetar dengan mata yang melotot.

"Lang?!" Elang yakin Glory terkejut, tapi dia pastikan ini yang terakhir. Dia akan pulang ke Indonesia dan tak ingin lagi mengharapkan pertemuan berikutnya.

Biar saja Glory bersama pria muda yang temperamental ini. Tidak akan lama, paling tahan hanya tiga empat tahun lalu menyesal dan menangis nangis lagi di bar.

"Kamu mengikuti ku?" tukas Glory.

"Memang kenapa?" Elang berujar enteng dengan senyum miringnya, di mana hal itu semakin menyulut amarah yang sudah berkobar di dada Noah.

Tak ada kata- kata lagi, Noah hanya langsung menerjang tubuh Elang dengan tendangan dan membuat Elang yang lemah karena minuman semalam terperosok di atas sofa.

Elang terkekeh, dia masih bisa tertawa karena memikirkan nasib Glory. Sungguh, Noah si temperamental ini gambaran pasangan yang sama sekali tidak layak dijadikan suami.

"Bangun!!!" Noah tarik tubuh Elang agar melawannya. Dia tak suka bermain pasif, Noah lebih suka jika Elang melawan.

"Apa tujuan mu di sini?!" teriaknya. Glory mendelik, dia mencoba melerai, tapi kali ini agaknya Elang tak sudi lagi mengalah.

"Sebelum dengan mu. Dia wanita ku!" Elang melayangkan pukulan tepat di wajah Noah, dan berbalas hingga beberapa kali.

Jelas, Noah tak suka dengan kata wanita ku jika itu disematkan untuk Glory. "Bajingan!"

Bahkan, tak segan Noah mencekik pria bertubuh tinggi besar itu. Walau, dia belum sebesar Elang, tapi dia pemuda yang memiliki berbagai macam piala olahraga bela diri.

Tak sulit baginya melumpuhkan Elang yang agaknya dimabuk minuman. Tercium dari aroma napasnya, juga gelagat melanturnya.

"Noah, lepas, Noah!" teriak Glory.

Elang tampak kesulitan melepaskan dua tangan Noah. Sedang Glory tak mau jika salah satu dari mereka ada yang terluka.

"Lepas Noah!" Glory menarik kaus singlet Noah yang terlalu sulit digoyangkan. "Jangan begini, tolong berhenti, tolong jangan begini!"

"Dia melecehkan mu!" teriak Noah. "Aku tidak akan pernah membiarkan dia hidup lagi!"

"But, he's your father, Noah!" Glory berteriak.

Terpopuler

Comments

TETANGGANYA ELANG 🍒

TETANGGANYA ELANG 🍒

oh may Good.ya Tuhan....(lemes tak berdaya)😲
sumpah kaget banget.pikir cuma baby yg anaknya Elang.tapi ini.....ini apa....??ya Tuhan...gak bisa.gw gak bisa.inj terlalu mengejutkan.
masih bingung 😕 sungguh.ini bener anaknya Elang...??lahir sejak kapan..?? kapan...??ya Tuhan...ini terlalu mengejutkan 🫣

Jadi diagnosa itu salah.tolong jelasin beib.jelasin......!!!!!

2024-03-11

32

nyaks 💜

nyaks 💜

WOWWWWWW

2024-04-19

0

Mrs. Labil

Mrs. Labil

wht The ??? 😱😱😱 🤯🤯🤯
apa ini thor ??
kapannn ??? trs bayi itu, brti ank k2 mrk 🙊🙊

2024-03-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!