"Cara kalian semua di sini sangat murahan, rendah dan tidak mencerminkan seorang siswa yang berpendidikan. Jika membenci saya, maka benci. Tetapi tidak seharusnya mengorbankan salah satu teman kalian untuk melakukan hal yang menjijikan seperti itu," tegas Aditya yang matanya tertuju kepada Kyla dan Kyla tampak panik dengan mengalihkan pandangannya ke sana kemari. Dia tahu sepertinya Aditya yang menyindir dirinya.
"Jika teman kalian mengalami sesuatu hal karena perbuatan kalian. Maka yang bertanggung jawab adalah kalian. Untuk kejadian kemarin sore saya memaafkan kalian. Tetapi jika kalian melakukan hal seperti itu lagi apa yang lebih parah. Maka Saya tidak akan memaafkan kalian," tegas Aditya yang membuat semua murid-murid dalam kelas itu diam dan tidak ada yang berani berkutik sama sekali. Mereka menunduk seperti mengakui kesalahan mereka.
Yang salah tidak semua murid. Hanya Kyla dan gengnya yang salah. Karena Kyla yang punya ide. Murid-murid lain hanya memfitnah dan memperkeruh suasana. Tanpa mengetahui mana yang benar dan yang salah. Jadi yang di salahkan juga bukan murid-murid sebenarnya.
"Lanjutkan pelajaran kita kemarin!"sahut Aditya yang membuat murid-murid langsung membuka buku mereka.
"Dia terus saja melihat ku. Seperti aku yang merencanakan semuanya. Apa dia tahu. Jika semua ini adalah ulahku," batin Kyla panik.
**********
Sebagian murid-murid kelas 2 B sedang berada di lap IPA yang mengerjakan tugas mereka secara bergantian. Pulang sekolah mereka menyempatkan diri untuk mengerjakan tugas mereka. Jadi ada yang baru masuk dan ada juga yang sudah selesai dan langsung keluar.
Karena memang waktu pengumpulannya sebentar lagi. Semenjak guru fisika mereka ganti menjadi Aditya. Membuat murid-murid itu takut dan tidak berani untuk tidak mengerjakan tugas mereka.
Kyla, Cindy, Shania, Rafael, Zara, Reza dan ada beberapa murid lain masih ada di ruangan itu. Mereka yang mengerjakan tugas masing-masing sembari mengobrol dan ada juga yang serius mengerjakannya.
"Nah nanti seperti ini," terlihat Zara yang mengajari Reza yang sesuai dengan janjinya.
"Oh seperti itu. Ternyata tidak sulit," sahut Reza mengangguk-angguk.
"Mamang tidak sulit. Kamu saja yang malas untuk berpikir," jawab Zara.
"Ya ini juga masih punya teman yang bisa di minta tolong. Jadi tidak ada salahnya," sahut Reza dengan santai.
"Aku sudah selesai," sahut Rafael yang memasukkan beberapa bukunya kedalam tasnya. Tugasnya ternyata sangat mudah dikerjakan dan juga sangat cepat selesai.
"Hmmm, aku rencananya mau langsung ke rumahnya Azizi mau melihat keadaannya. Ada yang ingin ikut?" tanya Rafael yang memang sudah memikirkan hal itu sejak tadi.
"Boleh juga, aku juga ingin melihatnya dan tugas ku juga sudah selesai," sahut Zara yang setuju.
"Ya sudah aku ikut saja," sahut Reza yang juga tidak mau ketinggalan.
"Kalau begitu kita langsung pergi saja," sahut Rafael yang lain mengangguk dan mereka juga langsung beberes dan langsung keluar dari ruangan tersebut.
"Kyla, kamu tidak ada niat untuk melihat Azizi?" tanya Shania dengan pelan.
"Ada tapi nanti," jawab Kyla singkat.
"Begitu," sahut Shania.
"Shania Kyla, aku duluan ya, supirku sudah sampai," sahut Cindy yang juga sudah menyelesaikan tugasnya.
"Oke. Aku juga mau pulang," sahut Shania.
"Kamu belum selesai Kyla?" tanya Shania
"Belum sebentar lagi," jawab Kyla.
"Ya sudah kalau begitu, kita balik duluan," sahut Cindy. Kyla menganggukkan kepalanya.
Kyla tetap melanjutkan mengerjakan tugasnya dengan beberapa murid yang masih ada di sana. Kyla tampak serius dan fokus pada tugasnya dan sampai tidak menyadari jika satu persatu murid sudah habis dari ruangan tersebut.
"Akhirnya selesai," ucapnya menghela nafas yang melihat arloji di tangannya.
"Jam 4!" ucapnya dan Kyla melihat di sekitarnya yang sudah kosong yang membuat menghela nafas.
"Sudah kosong. Jadi tinggal aku sendiri, aku sebaiknya pulang. Pak Bowo pasti sudah menunggu," ucap Kyla yang membereskan alat-alatnya kedalam tasnya. Namun tiba-tiba pandangan mata Kyla tertuju pada lantai dan melihat kancing baju seragam sekolah.
Kyla berjongkok dan mengambilnya kancing baju tersebut.
"Nah kalau kancingnya seperti ini. Akan mudah di putuskan nanti. Jadi kamu tidak perlu menggunakan tenaga," Kyla tiba-tiba teringat dengan setingan yang sebelumnya dilakukannya bersama Cindy dan Shania yang membuat kancing baju Azizi yang sudah lepas terlebih dahulu dan hanya mengaitkan dengan satu benang dan makanya kancing baju tersebut langsung dengan cepat terlepas saat Azizi menjebak Aditya di dalam ruangan praktek tersebut.
Wajah Kyla tampak bengong dan kembali kepikiran dengan Azizi atas apa yang terjadi dan pasti karena perbuatannya.
Brukkk.
Kyla terkejut ketika mendengar suara pintu yang terbuka dengan kuat. Kyla langsung berdiri dan kaget melihat Aditya yang masuk kedalam ruang lab dengan Aditya yang menutup pintu lab dan bahkan menguncinya dari dalam yang membuat Kyla kaget dengan matanya yang terbuka lebar.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Kyla panik dengan kedatangan Aditya.
"Bicaralah dengan sopan, aku gurumu," sahut Aditya yang melangkah masuk yang mendekati Kyla.
"Kau mau apa aku bilang?" tanya Kyla yang tiba-tiba menjadi panik dan merasa ada yang tidak beres dan apalagi di ruangan itu hanya mereka berdua.
"Kenapa begitu panik. Bukannya sebelumnya kau sudah mengajari temanmu untuk berada di situasi ini," sahut Aditya dengan santai yang melangkah mendekati Kyla. Kyla jelas panik dan apa lagi hanya dia sendiri yang ada di ruangan itu.
"Kancing baju itu. Apa itu juga rencanamu yang melibatkan temanmu?" tebak Aditya yang terus maju mendekati Kyla.
Melihat Aditya yang melangkah mendekatinya membuat Kyla buru-buru menyandang tasnya dan langsung pergi. Namun saat Kyla melewati Aditya.
Aditya langsung memegang pergelangan tangannya dan mendorong Kyla sampai pintu yang mana punggung Kyla terbentur dan Aditya yang mengunci Kyla di tubuhnya sehingga Kyla tidak bisa kemana-mana.
"Apa yang kau lakukan! lepaskan kau!" berontak Kyla dengan panik saat Aditya yang berdiri di depannya dengan jarak keduanya yang sama-sama dekat dan menghimpit tubuhnya.
Tatapan mata Aditya yang begitu tajam membuat Kyla semakin takut dan Aditya juga yang menghiraukan pertanyaan Kyla.
"Jangan kurang ajar kepadaku. Aku akan berteriak!" ancam Kyla.
"Berteriaklah! Minta tolong. Orang-orang akan datang. Bukannya itu yang kau inginkan, melihat orang-orang datang. Lalu kau bisa mengatakan. Jika aku ingin memperkosamu seperti rencana yang kau susun dengan sempurna," ucap Aditya yang ternyata menghiraukan ancaman dari Kyla.
"Apa maksudmu. Jangan menuduhku sembarangan," tegas Kyla.
"Kau masih tidak mengakui dengan apa yang sudah kau lakukan. Jika semua yang terjadi adalah akibat ulahmu. Kau yang menyusun rencana jahat Kyla. Kau mengorbankan wanita polos untuk melancarkan niatmu dan apa kau pikir, aku tidak tahu semua rencanamu itu," tegas Aditya yang berbicara tepat di mata Kyla. Menatap tajam muridnya itu.
"Kau murid yang melebihi batasmu. Kau sangat menjijikkan yang melakukan hal yang menjijikkan. Mengorbankan orang lain, memaksa orang lain untuk melakukan keinginanmu," tegas Aditya menekan suaranya dan Kyla yang semakin takut.
"Jadi bagaimana. Apa rasanya berada di situasi ini. Kau takut, panik. Itu yang di alami teman 1 kelasmu. Bercandaan mu sangat kelewatan," tegas Aditya yang melepaskan kasar tangan Kyla yang membuat Kyla tersentak dan memegang pergelangan tangannya yang sakit.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments