Aditya berjalan di koridor sekolah dengan memegang buku yang selalu dibawanya sebagai catatan penting baginya. Sebagai guru penting memang Aditya menjadi guru yang profesional.
"Pak Aditya!" langkah Aditya terhenti ketika ada yang memanggilnya dan Aditya membalikkan tubuhnya yang ternyata itu adalah Azizi. Azizi yang terlihat gugup yang melangkah mendekati Aditya dan menunduk di depan Aditya.
"Ada apa Azizi?" tanya Aditya dengan datar.
"Hmm, maaf pak. Saya tadi kurang mengerti dengan tugas yang bapak berikan dan saya sudah mencobanya di lab dan ternyata saya tidak menemukan hasilnya dan mungkin saja ada kesalahan yang saya tidak tahu," ucap Azizi bicara dengan gugup dan bahkan tidak berani melihat wajah Aditya.
"Kamu sudah langsung mengerjakan tugasnya. Padahal masih ada waktu 1minggu lagi untuk dikumpul," ucap Aditya.
"Saya membuat pilihan untuk mengerjakannya lebih awal. Karena nanti pasti banyak anak-anak yang lain juga membutuhkan lab dan saya tidak bisa berkonsentrasi jika terlalu ramai di dalam lab. Makanya saya mengerjakan di awal sebelum murid-murid yang lain mengerjakan," ucap Azizi dengan gugup.
"Baguslah kalau begitu saya suka dengan murid seperti kamu. Lalu apa yang bisa saya bantu?" tanya Aditya.
"Saya tidak bisa menjelaskannya Pak tugasnya ada di dalam lab dan saya bingung harus menjelaskan dari mana. Jika pak Aditya punya waktu sedikit, saya ingin meminta tolong bapak untuk memberikan penjelasan sedikit kepada saya, agar saya mengetahui di mana letak kesalahan saya," ucap Azizi.
"Baiklah kalau begitu!" sahut Aditya yang tidak masalah sama sekali dengan apa yang di katakan muridnya itu.
"Ayo!" ajak Aditya. Azizi menganggukkan kepalanya dan mereka berdua langsung menuju lab.
Reja dan Zara yang berjalan berdua di koridor sekolah yang sama-sama menyandang tas ransel mereka yang memang jam sekolah sudah pulang. Namun masih banyak murid-murid yang masih melakukan aktivitas ekstrakurikuler di dalam sekolah.
"Zara, aku nanti minta bantuan kamu ya untuk mengerjakan tugas fisika yang diberikan Pak Aditya," ucap Reza.
"Tumben kamu mau mengerjakan tugas sekolah. Biasanya paling malas mengerjakan tugas sekolah dan biasanya kamu lebih mengutamakan untuk latihan dancer kamu," sahut Zara sedikit heran.
"Kamu bisa melihat sendiri guru killer itu, sangat menakutkan dan Kyla saja bisa mendapatkan hukuman. Jadi bagaimana nanti aku. Aku tidak mau mencari masalah dan apalagi mendapat surat panggilan. Hal itu bisa merusak reputasiku sebagai anak bangsa yang membawa nama baik sekolah," ucap Reza membuat Zara berdecak. Kalau Reza jangan tanya memang jika bicara begitu tinggi.
"Iya-iya anak Bangsa," sahut Zara geleng-geleng kepala sembari tersenyum.
"Kamu jangan terlalu takut dengan Pak Aditya. Pak Aditya mungkin hanya sedikit tegas dan lagi pula bukannya sangat baik jika memiliki guru yang tegas," ucap Zara.
"Kamu tahu dari mana dia baik dan kamu mungkin karena juara 1. Jadi guru seperti itu pasti kamu anggap baik dan berbeda dengan diriku," sahut Reza.
"Aku hanya mengatakan apa adanya. Jika kamu menjadi murid baik yang hanya menuruti apa kata guru jika itu baik maka aku rasa Pak Aditya juga akan baik pada kamu," sahut Zara dengan bijak memberi nasihat pada temannya.
"Iya deh," sahut Reza.
"Baiklah, kamu jangan khawatir. Nanti aku bantu untuk menyelesaikan tugas fisika kamu. Kamu bisa datang kerumahku. Tapi jangan lupa bawakan aku buah manggis," ucap Zara yang memberikan syarat.
"Yahhhhh, tetap di sogok ternyata," sahut Reja dengan menghela nafas membuat Zara mengangkat ke-2 bahunya.
"Eh Zara, Aditya sama Azizi sih ngapain ke ruang lab sore-sore seperti ini?" tanya Reza yang tiba-tiba melihat Aditya dan juga Azizi teman satu kelas mereka.
"Entahlah aku tidak tahu. Mungkin ada kegiatan," jawab Zara dengan mengangkat kedua bahunya yang juga memperhatikan guru dan murid itu.
"Sudahlah, ayo kita pulang ini sudah sore hari," ucap Zara mengajak Reza.
"Tapi sebentar ke lapangan basket ya. Aku ingin mengambil sepatuku yang dipinjam oleh Morgan," ucap Aditya.
"Huhhh, kamu selalu saja berteman dengannya, kurangi berteman dengan pria bebal seperti itu. Nanti kamu terpengaruh olehnya," ucap Zara menyarankan Reza.
"Iya-iya, kamu jangan khawatir, aku tahu batasan dalam berteman," sahut Reza. Zara dan Reza pun meninggalkan tempat tersebut.
**********
Di ruang lab. Azizi dan Aditya hanya berdua saja dan Aditya yang sekarang menjelaskan kepada Azizi tentang apa yang membuat Azizi tidak mengerti.
Azizi yang menelan salivanya yang terlihat gugup dan bahkan tidak fokus pada penjelasan Aditya yang seperti ada yang dipikirkannya. Bahkan Azizi panik dan seperti takut sesuatu.
"Auhhhhh!" tiba-tiba Azizi meringis kesakitan yang membuat Aditya melihat ke arahnya.
"Kamu kenapa Azizi?" tanya Aditya memegang tangan Azizi yang Aditya mendadak panik.
Namun tiba-tiba tangan Azizi yang memegang kuat tangan Aditya dan bahkan menariknya sehingga mereka berdua terjatuh ke lantai dan Aditya yang menindih tubuh Azizi dan membuat Aditya begitu terkejut dengan keadaan keduanya yang berdekatan dan sangat tidak pantas sebagai guru dan murid.
"Pak Aditya mau apa?" Azizi yang terlihat panik saat tubuhnya di tindih Aditya.
"Maaf Azizi, kamu salah paham," ucap Aditya yang hendak berdiri namun terlihat sangat sulit untuk berdiri dari tubuh Azizi.
"Tolong-tolong!" tiba-tiba saja Azizi berteriak kencang yang membuat Aditya.
"Apa yang kamu lakukan Azizi?" tanya Aditya kaget dengan tindakan murid yang tiba-tiba saja.
"Pak Aditya jangan kurang ajar kepada saya!" tegas Azizi yang langsung mendorong tubuh Aditya dan membuat Aditya terduduk di lantai dan Azizi yang terlihat berusaha untuk duduk dan berdiri, lalu berlari namun kakinya tersandung dan terbentur oleh meja.
"Azizi!" teriak Aditya yang langsung menghampiri Aditya dan melihat dahi Azizi yang sudah.
Namun Aditya terkejut dengan kancing baju bagian atas Azizi sudah terbuka dan seperti di buka paksa sampai kancing baju itu jatuh ke lantai.
"Pak Aditya mau apa, jangan sentuh saya!" teriak Azizi yang langsung berlari ke arah pintu.
"Tolong! Tolong! Tolong!" Azizi berteriak yang membuka pintu yang terkunci. Aditya yang berdiri dan menghampiri Azizi yang berusaha untuk membuka pintu.
"Azizi kamu tenanglah, kamu tidak perlu berteriak seperti itu!" tegas Aditya menjulurkan tangannya untuk mencoba menenangkan muridnya tiba-tiba saja histeris
"Pergi!"
"Pergi!"
"Buka pintunya!"
"Saya di kunci dari dalam!" teriak Azizi.
"Azizi tenanglah!" ucap Aditya yang juga ikut panik.
"Jangan sentuh saya, saya mohon pergi bapak dari sini!" teriak Azizi yang mengacak-ngacak rambutnya seperti orang frustasi dan hal itu justru membuat Aditya semakin panik yang heran dengan muridnya tersebut.
"Azizi kamu jangan seperti ini kamu tahu apa yang kamu lakukan bisa membuat orang salah paham," tegas Aditya yang memperingati Azizi.
"Diammmm!" teriak Azizi yang semakin mengada-ngada dan bahkan sudah menangis dengan penampilannya yang berantakan.
"Bapak jahat!"
"Bapak kurang ajar!"
"Argggghhh!"
"Buka pintunya, buka!" teriak Azizi dan tiba-tiba pintu terdorong dari luar dan ternyata ada segerombolan siswa dan juga ada satpam yang ketika mereka mendengar teriakan dari ruangan lab langsung menghampiri ruangan tersebut dan membuka paksa.
Ada Kyla, Bu Melody, Cindy, Shania, Morgan, Tobi, Rafael dan bahkan Reza dan Zahra yang tadi hendak pulang ketika mendengar suara teriakan langsung mengikuti orang-orang yang berlari ke arah suara tersebut.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Wkwkwkwk Mampos Aditya...
2024-04-27
0