Shani pun kembali ke tempat duduknya dengan buru-buru. Sementara Kyla masih tetap menambahi hiasan di bawah mata Azizi.
"Kyla apa kamu tidak melihat guru datang," tegur pak Ahmad. Kyla menghela nafas dengan terpaksa menghentikan pekerjaannya.
Azizi langsung kembali ke posisi duduknya yang takut juga di marahi.
"Anak-anak perkenalkan ini adalah pak Aditya Laksamana Harison yang menjadi wali kelas kalian!" ucap pak Ahmad.
"Kok udah ganti aja?" tanya Shania.
"Memang ada guru yang betah menjadi wali kelas kalian. Tidak ada yang betah. Jadi bapak sangat berharap hari ini kalian tidak akan membuat ulah dan buatlah wali kelas kalian betah menjadi wali kelas kalian. Dia akan mendidik kalian semua dengan baik. Jadi bersikap dengan baik," tegas pak Ahmat.
"Paling sebentar lagi juga cabut," celetuk Morgan yang mendapat tatapan langsung dari Aditya.
"Morgan jaga sopan santun kamu," tegur pak Ahmad.
"Apaan matanya melihat ku seperti itu. Dia ingin menantang diriku baru juga jadi wali kelas sudah sok paten, masih baru juga" batin Morgan yang melihat tatapan dari Aditya.
"Baiklah kalau begitu. Bapak tinggal kalian dulu. Ingat jangan membuat ulah!" ucap pak Ahmad yang terus memberikan ingat.
"Iya pak!" sahut murid-murid yang terlihat terpaksa.
"Mari pak Aditya. Selamat bertugas," ucap pak Ahmad.
"Terima kasih pak," sahut Aditya dengan menganggukkan kepalanya.
"Selamat pagi semuanya!" sapa Aditya
"Pagi pak," sahut semuanya dengan serentak.
"Saya akan menggantikan wali kelas kalian. Wali kelas kalian yang lama sudah mengundurkan diri," ucap Aditya.
"Cemen!" celetuk Tobi.
"Apa saya suruh kamu untuk berbicara?" tanya Aditya yang terkesan tegas.
"Namanya juga dia punya mulut pak," sahut Morgan.
"Saya juga tidak menyuruh kamu untuk berpendapat dan gunakan mulut kamu jika diperlukan untuk berpendapat," sahut ketus Aditya yang membuat Morgan langsung terdiam dengan bibirnya mengatup namun wajahnya terlihat sangat tidak menerima dengan apa yang dikatakan Aditya kepadanya.
"Saya akan memperkenalkan kembali nama saya. Nama saya Aditya Laksamana Harison. Jadi saya akan menjadi wali kelas kalian dan saya juga guru fisika. Kalian bisa memanggil saya Pak Aditya," sahut Aditya.
"Kalau sayang boleh tidak pak!" celetuk murid wanita yang sangat berani.
"Siapa nama kamu?" tanya Aditya.
"Nama saya Cindy dan bapak bisa panggil sayang," jawab Cindy dengan ceria dan percaya diri.
"Kemari kamu!" panggil Aditya.
"Bapak mau apa. Mau menyatakan perasaan?" tanya Cindy yang menggoda guru tampan itu.
"Huhhhhhhh!" murid-murid langsung menyoraki.
"Saya bilang kemari!" sahut Aditya dengan wajah dinginnya.
"Baik bapak tampan," sahut Cindy yang langsung berdiri dari duduknya dan terlihat semangat menghampiri guru tampan tersebut.
"Ada apa pak?" tanya Cindy yang berdiri di hadapan Aditya dengan mencondongkan wajahnya ke depan yang memang tidak punya sopan santun.
"Berdiri kamu dengan angkat satu kaki kamu!" titah Aditya yang membuat Cindy kaget.
"Saya!" tunjuk Cindy.
"Lalu kamu pikir siapa?" sahut Aditya.
"Huhhhh memang enak disuruh berdiri," sorak murid-murid di dalam kelas itu yang mengejek Cindy.
"Saya tidak menyuruh kalian untuk ribut, jadi mohon tenang. Apa kalian juga ingin menemaninya di sini!" tegas Aditya yang membuat murid-murid terdiam.
"Issss!" umpat Cindy dengan kesal yang mau tidak mau harus berdiri menuruti perintah wali kelasnya itu.
"Jika kalian ingin diperlakukan dengan baik di dalam kelas ini jadi tolong hargai saya," tegas Aditya.
"Sok mau di hargai," desis Morgan pelan dan untuk tidak terdengar Aditya.
"Baiklah saya ingin bertanya pada kalian semua. Di sini siapa yang menjadi juara kelas?" tanya Aditya.
"Saya pak!" Zara mengangkat tangannya yang memang dia adalah juara kelas.
"Siapa nama kamu?" tanya Morgan.
"Zara pak!" jawab Zara.
"Juara dua siapa di sini?" tanya Morgan.
"Saya pak," sahut salah seorang pria yang mengangkat tangannya.
"Siapa nama kamu?"
"Rafael pak," jawab Rafael.
"Tingkatkan prestasi kamu," saran Morgan. Rafael menganggukkan kepalanya.
"Yang juara 3 siapa?" tanya Aditya.
"Saya pak!" Azizi mengangkat tangannya.
"Kamu juara 3?" tanya Morgan. Azizi menganggukkan kepalanya.
"Saya akan menurunkan juara kamu jika dandanan kamu seperti itu, ini sekolah tempat belajar dan bukan tempat berhias," tegas Morgan yang melihat dandanan Azizi memang berlebihan dan semua itu karena Kyla dan juga Shania.
"Orang cantik kok pak. Biar nggak di bully kakak kelas," sahut Shania.
"Kamu juara berapa?" tanya Aditya pada Shania.
"Ya nggak dapat sih memang," sahut Shania dengan menggaruk-garuk rambutnya dengan jarinya.
"Tapi saya dan tim saya memiliki prestasi juara dalam cheerleaders. Jadi saya tidak pintar dalam akademis. Tetapi saya pintar dalam hal lain yang penting kan bisa membanggakan sekolah," sahut Shania dengan santai yang berbicara yang bangga atas prestasinya. Aditya tidak mengatakan apa-apa lagi.
"Apa ada lagi ingin memamerkan prestasinya. Apa ada yang juara di dalam kelas ini selain juara kelas?" tanya Morgan.
"Saya pak!" salah satu pria mengangkat tangannya.
"Nama kamu siapa dan juara apa?" tanya Morgan.
Pria itu langsung berdiri dari tempat duduknya.
"Perkenalkan nama saya Reza dan saya juara dance yang membawa nama baik sekolah ini tingkat provinsi dan akan sampai tingkat dunia," ucap Reza dengan percaya dirinya.
"Huhhhh, sok gaya Lo!" sahut Morgan mengejek.
"Duduklah!" titah Aditya
"Baik Pak," sahut Reza.
"Dan kamu juara apa?" tanya Aditya menatap Morgan.
"Ya nggak juara apa-apa," sahut Morgan Santa.
"Kalau tidak bisa juara kelas dan juga tidak bisa juara dalam bidang lain maka diamlah dan belajar dari teman-teman kamu bukan terus berbicara hal yang tidak penting," tegas Aditya yang lagi-lagi membuat Morgan terdiam, sejak tadi dia selalu menjadi sasaran dari Aditya.
Tatapan mata Aditya menoleh ke arah sudut yang ternyata letak duduknya Kyla yang di belakang Azizi dan melihat Kyla menaikkan kakinya ke atas meja.
"Kamu! Turunkan kaki kamu!" titah Morgan.
Kyla terlihat tidak peduli dan bahkan tidak mau mendengarkannya.
"Kamu mau menemaninya di sini?" tanya Aditya yang melihat murid membangkang di kelas itu.
"Apaan sih nih guru baru. Belagu amat," batin Kyla kesal.
"Kamu mendengarkan saya apa perlu saya mematahkan kaki kamu?" tanya Aditya.
Kyla yang mendapat ancaman seperti itu langsung menurunkan kakinya dengan terpaksa.
"Jaga sopan santun kamu. Kamu juara apa di kelas ini?" tanya Aditya dan Kyla hanya diam saja.
"Kamu tidak bisa bicara?" tanya Aditya yang merasa tertantang dengan salah satu murid yang sejak tadi belum bisa terselesaikannya.
"Jika kamu tidak bisa bicara kamu temani dia berdiri di sini!" ancam Aditya.
"Pak Kyla itu cucu dari yayasan sekolah ini," sahut Shania yang mempromosikan siapa Kyla sebenarnya mungkin dipikirnya Aditya akan takut.
"Lalu apa urusannya dengan saya. Mau dia pemilik sekolah ini sekalipun jika tidak punya sopan santun, saya tidak suka dengan orang yang tidak punya sopan santun berada di kelas saya," tegas Aditya yang membuat Kyla mengepal tangannya dan semua murid-murid tampak terdiam yang baru pertama kali melihat ada orang yang berani kepada Kyla.
"Kalian semua yang ada di dalam kelas ini. kalian dengarkan baik-baik, saya tidak peduli orang tua kalian seperti apa. Di dalam kelas ini kalian semua sama rata kalian semua anak didik saya jika kalian tidak patuh maka saya bisa memberikan hukuman. Kalian mengerti," tegas Aditya.
"Benarkan. Paling juga besok sudah tidak terlihat lagi," batin Kyla dengan bercak dengan menyunggingkan senyumnya yang merasa kesal dengan guru yang berani menegur dirinya.
Sementara murid-murid yang lain biasanya yang sering bersorak juga terdiam dan mereka mungkin kaget dengan kehadiran guru yang tidak pernah mereka temui sama sekali yang sangat tegas kepada mereka dan satu murid bahkan sudah menjadi korban hukumannya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Anita Jenius
3 like mendarat buatmu thor. semangat ya.
2024-04-12
0