Tentu saja bukan Kinan yang salah karena Arkhan memang saat itu sedang mengganti kaosnya setelah dari bengkel, tapi kenapa tiba-tiba hati Ares menjadi panas.
"Lihat perut pria lain kau mau, tapi lihat badan suami sendiri kau buang muka" umpat hati Ares geram.
"M mas...aku minta jika saatnya nanti kau akan kembali bersama kekasihmu biarlah kita berpisah secara baik-baik, aku tak mau melukai hati Ayah Dewa dan Ibu Andita, mereka sangat baik padaku, biarlah di pernikahan singkat ini aku meninggalkan kesan yang baik pada mereka."
Ares diam tanpa kata, bahkan Kinan sudah memikirkan saat mereka berpisah nanti, memorinya kembali membayang kala pria itu keluar dari kamar Emma pagi hari , sampai saat ini pun ia masih menolak saat Emma menghubunginya, lalu siapakah yang akan ia tunggu untuk di jadikan alasan perpisahannya dengan Kinan.
"Tak usah kau pikirkan yang belum terjadi, itu gedung tempat kita tinggal nanti."
Kinan menatap bangunan tinggi yang akan menjadi tempat tinggalnya, bangunan entah berapa lantai yang hanya pernah ia lihat di televisi.
Kinan mengekor Ares memasuki lobi dan masuk ke panel lift yang terbuka.Wanita cantik itu mengerutkan alisnya saat dengungan terasa di kepalanya saat lift mulai berjalan.
"Ayo kita sudah sampai."
Dari sudut matanya Kinan melihat pintu lift dan saat ini ia berada di lantai dua puluh dua.
"Kau lihat dan periksa lah ruangan ini katakan kalau kau tak suka warna cat atau furniturnya maka akan ku ganti, kau pilih kamar yang kau suka, selain kamar milikku yang di ujung, aku mau istirahat."
Ares menjatuhkan bobot tubuhnya di sofa panjang nan nyaman lalu merebahkan tubuh karena kepalanya yang terasa pening.
Kinan berdiri mematung memindai ruangan apartement yang luas dan lengkap dengan perabot mewah.Ruang dapur yang bersih dan tertata rapi, juga ruang tengah yang langsung menghadap kaca balkon.Sungguh tempat tinggal yang di impikan banyak orang.
Perlahan langkahnya menuju dapur di mana kulkas besar berdiri di ujung ruangan.
Matanya membulat penuh kala pintu pendingin di buka, berbagai masam jenis buah tersedia di sana juga minuman ringan dan snack.
Dari bentuk tubuh dan kulit yang terjaga Kinan tahu kaalu Ares bukan tipe pria yang suka makan camilan dan minuman bersoda, lalu siapa yang memakannya kalau bukan dia.Namun kembali ia teringat kalau selain dia ada wanita lain di kehidupan Ares, wanita yang sejatinya akan ia persunting menjadi istri sesungguhnya.Jadi apartement itu adalah tempatnya untuk sementara tinggal.
Waktu sudah sore tapi Kinan tak bernyali untuk membangunkan suaminya, dengkuran Ares bahkan terdengar lirih dari mulutnya yang sedikit terbuka.Mungkin karena letih dengan segudang kesibukan kerjanya.
Nafasnya teratur tampak jelas di dada bidangnya, hidung mancung dengan rahang tegas, di tumbuhi bulu halus di dagu membuat Ares tampak lebih jantan.
Bibirnya yang merah alami membuat Kinan tersenyum tipis, bibir yang sama seperti milik Arkhan.
"Uhukk uhukk."
Kinan sontak mundur melihat Ares terbatuk tiba-tiba.
Ares memandang Kinan yang diam mematung, sepersekian detik kedua netra mereka saling bertemu tatap.
"Jam berapa sekarang?" suara berat Ares membuyarkan lamunan Kinan.
"A hm jam tujuh Mas."
"Ayo kita pulang...aakhhh"
"Mas ..kau kenapa?" tanya Kinan cemas saat melihat tubuh Ares terhuyun limbung.
"Sshh kepalaku sangat pusing."
Kinan spontan memegang kening Ares dengan punggung tangannya dan memang benar suhunya lebih tinggi dari suhu normal.
"Tunggu sebentar Mas, aku cari obat dulu ..ehm apa di sini ada persediaan obat?"
Kinan semakin panik kala Ares menggelengkan kepalanya.
"Kau tidur dulu Mas nanti aku kompres."
Ares hanya memejamkan matanya pasrah kala Kinan mulai menempelkan kain hangat ke keningnya, entah kenapa tiba-tiba kepalanya terasa begitu berat.
"Ku rasa aku tak bisa menyetir Kin, sekarang sudah larut."
"Jangan pikirkan hal yang tak penting ...kita bisa bermalam di sini, aku sudah menghubungi asisten Alfin, tapi katanya ia sedang ada di luar kota, apa kau punya nomor dokter pribadimu Mas.?"
"Sudahlah tidak usah panggil dokter, aku mungkin hanya kurang istirahat."
"Kalau begitu Mas tidurlah .."
Malam yang hening dan waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, hanya jam yang berdentang terdengar memecah kesunyian.
Suhu badan Ares belum juga turun bahkan terdengar rintihan lirih.
"Mas...Mas Ares minum air hangat ini dulu mas."
Namun ares menggeleng perlahan.
"Kin ..perutku sangat mual sshh."
"Mungkin Mas masuk angin, kalau begitu muntahkan saja mas biar lega."
Namun Ares menggeleng cepat dengan mata masih terpejam.
Kinan mengeluarkan semua isi tas kecil miliknya berharap menemukan sesuatu yang bisa di pakainya di kala darurat.Matanya berbinar kala melihat botol minyak angin aroma therapy.
Lalu dengan sigap Kinan menggosokan minyak tersebut ke tengkuk dan leher, juga pelipis Ares, namun tiba-tiba pria tampan itu mengerutkan alisnya.
"B bau apa ini...Kin apa yang kau oles di ..ghoeekk...ahh Kinan apa yang kau oles di kepalaku ghooeekkhh."
Kinan mundur beberapa langkah namun cairan kental berasal dari mulut Ares sempat memercik bajunya.
Ares berlari ke kamar mandi dan mengeluarkan semua isi perutnya, lalu tubuhnya lunglai ke lantai tak berdaya.
"Mas...mas Ares..!"pekik Kinan lalu memegang bahu Ares agar ia tak tertidur di lantai.
"Jangan ...jangan Kinan."
"Jangan apa Mas...?"
"Jangan lagi ..kau oles ...minyak itu di tubuhku..."suara Ares lemah dan berat.
"Maaf ..maafkan aku mas...."
"Tolong aku Kin ...aku ingin tidur di sofa"
Kinan memapah tubuh ares yang lemah kembali ke sofa lalu mengusap keringat yang mengalir dari pori-pori kening suaminya.
"Wah ..Mas demammu sudah turun" ucap Kinan lega.
Ares hanya memejamkan matanya ia merasa sangat lemas bahkan untuk membuka baju pun ia tak bertenaga.
Kinan yang sadar akan hal itu pun sigap membuka kancing kemeja Ares dan melepasnya, lalu ia mengambil baju di lemari besar yang berjejer di mana baju dan kemeja Ares tertata rapi.
Kinan tak perduli dengan debaran jantungnya yang bergerak cepat ia hanya ingin segera mengganti baju suaminya agar ia bisa kembali tidur.
Kini Kinan memandang bajunya setelah membersihkan semua kekacauan di kamar mandi dan di ruang tengah itu Baru Kinan sadar kalau ia pun perlu berganti baju.
Satu lemari penuh berisi baju Ares dan satu lemari lagi berisi baju perempuan yang rata-rata sangat sexy dan ia tahu kalau itu pasti Ares persiapkan untuk kekasihnya kelak.
Akhirnya Kinan bisa istirahat dengan memakai atasan baju tidur Ares yang tentu saja bukan untuk ukuran tubuhnya.
Pukul dua baru Kinan merasa tenang karena suhu badan Ares sudah benar-benar turun.Dan ia pun tidur di sofa di samping Ares.
Drrt drrt.
"Tuan ada di mana sekarang? Meeting akan di laksanakan tiga puluh menit lagi" suara Alfin di ujung telepon membuat Ares terlonjak.
"Oke a aku....ehm Fin, meeting di mundurkan setelah makan siang."
"T tapi Tuan .."prores Alfin percuma karena sambungan sudah lebih dulu di putus oleh Ares.
Ares tertegun bagaimana mungkin ia membangunkan sang istri yang tengah pulas tertidur, apalagi dengan baju tidur kebesaran yang melekat di tubuhnya.
Ares merutuki kebodohannya yang tak bisa menahan mual perutnya hingga membuat semuanya kacau dan membuat baju Kinan terkena imbasnya.Tapi dari sekian baju di lemari kenapa istrinya justru memilih baju tidur miliknya.
Perlahan Ares membetulkan selimut karena posisi tidur Kinan sungguh menantang bahkan hingga beberapa bagian tubuhnya yang putih mulus terekspos nyata tanpa sadar.
Glek.
"Sialan ..kenapa harus bangun di saat darurat seperti ini"umpat Ares dalam hati kesal karena juniornya tiba-tiba mengeras.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments