"Terima kasih Khan..."
"Bukankah aku yang harusnya berterima kasih karena sudah kau antarkan kembali ke sini."
Kinan menggeleng dengan senyum masam.
"Sudah tak terhitung rasanya hutangku padamu Khan...tapi untuk kali ini aku pasti akan mentraktirmu."
"Hmm...bye Kin muacch"
Selalu Arkhan mengakhiri pertemuan dengan lemparan cium jarak jauh, andai mereka sepasang kekasih tentu Kinan akan merasa menjadi seorang wanita yang sangat beruntung,bagaimana tidak, Arkhan selalu memperlakukannya dengan lembut dan perhatian wajahnya pun memiliki paras di atas rata-rata meski kelakuan yang terkadang membuat orang yang mengenalnya harus mengusap dada.Sikap cuek yang terkadang membuatnya terlihat kurang menghormati orang yang lebih tua darinya, juga cara bicara yang cenderung jujur dan spontan akan membuat orang yang tak mengenalnya menyangka kalau Arkhan orang yang sombong.
Namun Kinan tahu di balik sikapnya ia adalah seorang pemuda yang sangat perduli dengan orang-orang terdekatnya dan Kinan sudah merasakan keperdulian Arkhan yang tulus, ia pun sudah menganggap Arkhan seperti adiknya sendiri.
Gang kecil menuju rumahnya sudah terlihat, Kinan menghentikan maticnya untuk memeriksa apakah pesanan sang ibu sudah lengkap ia beli.
"Sudah pulang Kin? Pesanan ibu sudah kau beli semua kan?"
"Iya Bu...sudah aku beli semua lengkap."
"Ya sudah kau lekas mandi lalu bantu ibu masak buat makan malam, kasihan Cesil dan Raka kalau pulang masih harus tunggu makanan matang."
"Bukannya semua murid pulang sekolah lebih awal Bu? Karena ini hari terakhir masuk dan mulai besok libur akhir semester.?:
"Iya iya ..ibu tahu, Cesil mau ikut rayain pesta teman sebangkunya karena naik kelas, kalau Raka ikut sparing bola di sekolah nya."
Kinan tak mau lagi bertanya tentang dua adik tirinya itu dan langsung ke kamar untuk mengambill handuk dan baju ganti.
Ingin rasanya Kinan merebahkan tubuhnya sebentar untuk melemaskan otot tubuhnya yang terasa kaku, kepalanya pun terasa sedikit pusing? Mungkin karena efek banyak menangis kemarin malam hingga pening yang di rasa hari ini.
Tak pernah Kinan bayangkan harus bertunangan dengan pria yang tak ia kenal sebelummya bahkan di hari pertunangannya pun mereka tak bertemu langsung karena pihak pria hanya mewakilkan keluarganya untuk memasangkan cincin bertahta kan permata di jari manisnya.
Jangankan melihat wajahnya, nama lengkapnya pun tak Kinan ingat, Ares...hanya itu yang ia ingat, setidaknya ia tak bingung memanggil apa minggu depan nanti karena pria itu ingin bertemu langsung dengannya.
Setelah mandi Kinan cepat kembali keluar kamar untuk membantu ibunya, memang ibu tirinya cukup pandai memasak, masak apapun terasa lezat.
"Kin kalau sudah siap semua kau tata di meja makan, ibu mau mandi karena anak-anak sebentar lagi pasti pulang."
"Baik Bu..."
Senyum puas tersungging dari bibir tipis Kinan karena lelahnya akhirnya usai, makanan pun sudah tertata rapi di atas meja makan.
Drrt drrt.
"Mbak Kinan ini saya Pak Anto, asisten Pak Ares, kalau mbak Kinan ada perlu dengan Pak Ares silahkan hubungi nomor saya."
Pesan yang membuat Kinan menghela nafas panjang.
Bahkan tunangannya itu tak sudi kalau ia hubungi langsung.
Memang sebelum acara tunangan itu mereka tak pernah bertemu sama sekali, entah dari mana sang ibu tahu dan mengenal keluarga Ares dan langsung menjodohkannya.
Acara makan malam berlangsung hangat? Semua puas dengan masakan Bu Caca ibu tirinya dan seperti biasa juga, Kinan lah yang harus mencuci dan membereskan semua peralatan makan setelah semuanya selesai.
Suasana malam kian sunyi, Kinan mulai merasa rindu kehadiran ayah nya yang selalu menanyakan kegiatannya hari itu, dan ayah selalu setia jadi pendengar yang baik dengan semua keluh kesahnya.
Pak Teguh ayah Kinan memang menikah lagi dengan bu Caca yang merupakan seorang janda beranak tiga.Dan Pak Teguh tak pernah sekalipun membeda-beda kan Kinan dan adik-adiknya, ia menyayangi semuanya tanpa beda.
Tak ingin sembab wajahnya terus bertambah Kinan pun memejamkan matanya.
Suasana pagi terasa sangat dingin menusuk kulit, setelah menyelesaikan kewajibannya Kinan pun berniat ikut memetik teh di kebun bersama ibu-ibu tetangganya, lumayan buat nambah uang saku nya karena libur sekolah dan libur ngajar privatnya.
Dengan topi lebar dan cardigan lengan panjang rumahan yang biasa di pakai untuk sehari-hari, Kinan berangkat setelah mengisi perutnya sedikit.
Sejuknya udara puncak, Kinan hirup dalam-dalam ia sudah bertekad untuk mendapatkan hasil petikannya sebanyak-banyaknya, meski ia seorang pemula tapi Kinan sudah terbiasa karena sering mengisi liburan dengan ikut memetik teh.
Beruntung ibu-ibu tak mempermasalahkan Kinan yang nota bene seorang guru tapi masih ikut bekerja bersama mereka bahkan sambutan hangat dan ramah Kinan rasakan.
Namun di tengah kegiatannya sudut mata Kinan menangkap sosok yang ia kenal dengam baik.Pemuda berambut ikal sebahu yang di kuncir atas, lewat di depannya bersama seorang pemuda bertubuh gempal.
"Arkhan.."ucapnya dalam hati, namun teriakan Bu Tiwi menyadarkan lamunannya.
"Mbak Kinan...ayo istirahat dulu, kita makan di saung atas."
"I iya Bu..."
Makan siang dengan lauk seadanya tapi terasa sungguh nikmat Kinan rasakan, bersama ibu- ibu lain mereka makan saling bertukar lauk, dan tanpa di sadarinya kegiatan itu tak lepas dari pantauan oleh sepasang mata tajam dari bangunan rumah besar di atas bukit.
"Apa kisahmu se miris ini Kin?"gumam Arkhan pelan.
"Ya mungkin saja bu Kinan hanya mengisi waktu luang Bro, daripada di rumah tidak ada kegiatan."
"Gue nggak mau tahu, pokoknya lu cari informasi selengkapnya tentang Kinanku, besok sore gue tunggu hasilnya"
"T tapi gue harus ajak adik gue ke mall Khan, aku sudah janji dari satu bulan lalu."
"Satu hari berhasil dapat informasi itu maka Lu dapet satu juta, jika sampai dua hari ...maka lu hanya dapat dua ratus ribu" jawab Arkhan tegas.
"Ehm ...oke, tentang adik Gue, kau tak perlu pikirkan" ujar Andy semangat, kapan lagi ia bisa dapat uang satu juta dalam sehari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments