"Ayo ajak ibu dan adik-adikmu istirahat Kin" titah Anindita lembut.
"Baik Nyonya."
"Hei ..nak apa ibu tidak salah dengar, sebentar lagi kau menjadi menantuku lalu kenapa kau masih memanggilku seperti itu?" rajuk Anindita atau biasa para pelayan memanggilnya Nyonya Andita.
"M maaf mm..."
"Panggil Ibu..sama seperti Ares dan adiknya memanggilku."
"Baik bu..."
"Oiya Kin ...sebentar lagi ada MUA yang akan datang meriasmu, jadi kau makan lah dulu, kalian pasti berangkat pagi ..atau jangan- jangan ..kalian belum sarapan?"
Raka dan Cesil menggeleng jujur sedang Caca dan Kinan hanya tersenyum masam.
"Tuh benar dugaanku, ayo jeng Caca...makan dulu nanti kalian masuk angin karena perut kosong, ayo kamu ..."
"Raka Tante..."
"Cesil..Tante..."
Andita tersenyum manis lalu mengusap pundak kedua remaja tersebut dengan hangat.
"Kalian jangan sungkan-sungkan ..anggap saja ini rumah kedua kalian, makan sepuasnya...Bi..tolong ajak mereka makan dulu."
Raka dan Cesil tersenyum bahagia kala seorang pelayan mengajak ke ruang makan di mana meja makan besar telah penuh oleh berbagai hidangan lezat yang bahkan belum pernah mereka makan.
Wanita cantik itu pun ikut duduk menemani Kinan dan keluarganya, mata nya tak henti mengamati wajah Kinan.
"Apa ada yang mengganggu hatimu Kin?" tanya Andita sambil mengelus pundak Kinan kala gadis itu ter mangu di depan kolam samping rumah megah tersebut.
"E t tidak Bu...saya hanya takjub dengan kemegahan rumah ini, baru pertama kali saya menginjakkan kaki di rumah indah bak istana yang hanya bisa saya lihat di sinetron televisi" jawab kinan jujur.
"Kau pandai sekali menyembunyikan kegundahanmu Kin" ujar Andita dalam hati, namun ia pun mengagumi kejujuran dan kepolosan calon menantunya itu.Kinan tampak berbeda dari gadis lain yang ia kenal.
"Kau bersiaplah mereka sudah datang untuk meriasmu."
"Baik Bu..."
Andita pun meninggalkan Kinan untuk di rias, wanita itu melewati ruang tengah lalu menuju kamarnya di lantai atas.
"Ya ada apa Bu.."
"Calon istrimu sudah datang...apa kau tidak pulang Res?"
"Hm ada meeting penting sebentar lagi Bu, dan klien kali ini merupakan donatur yang memiliki saham cukup banyak di perusahaan kita dan ...."
"Res ...apa sebegitu pentingnya urusan perusahaan di banding pernikahanmu ini heh, ingat nak...hari ini adalah hari di mana kau akan melepas status lajangmu dan pernikahan yang akan menjadi moment sekali seumur hirupmu ini apa tak kau fikirkan? Apa sebenarnya tujuanmu menikah Res?"
"Aku hanya memenuhi keinginan ayah Bu"ucap Ares namun hanya terucap dalam hati.
"Baiklah Bu...aku akan pulang."
"Memang sebaiknya seperti itu karena jika tidak maka sebaiknya batalkan saja pernikahan ini."
"I iya Bu...aku pulang."
"Dengar Ares anakku...ibu tidak mau putra ibu tidak menghormati wanita apalagi dia akan menjadi ibu dari anak-anakmu nantinya, jadi jangan pernah sekalipun kau memiliki niat untuk mempermainkan perasaanya karena ibu sangat tidak suka itu" ucap Andita tegas.Memang wanita cantik itu tak akan mentolerir jika ada lelaki yang meremehkan seorang wanita apalagi itu putranya.
"Cih ..anak, sekalipun aku tak pernah memikirkan memiliki anak darinya Bu.."Ares melangkah keluar kantor setelah menghubungi Alfin.
Meski hati dongkol, Ares akhirnya pulang dan di sambut tatapan sinis dari sang ibu di ruang tamu.
"Mana dia Bu...?"
"Kinan....?"
"Iya siapa lagi Bu" tanya Ares sedikit kesal.
"Sebut namanya dengan jelas..bukan 'Dia' ingat dia calon istrimu Res!"
"Iya bu...iya maafkan putramu yang ganteng ini ya buu" Ares memeluk Andita lalu mengusap punggungnya agar mengurangi kekesalan sang ibu.
"Ck ..sudah sana kau lihat Sendiri, dia sedang di rias di kamar tamu...mungkin sebentar lagi selesai."
Dengan langkah tak bersemangat ares menuju lantai dua di mana Kinan sedang di rias, dan ayunan langkahnya tertahan kala sosok wanita berkebaya putih anggun tinggi semampai berdiri membelakanginya namun ia masih bisa melihat jelas wajah bak bidadari Kinan memandang lekat ke arahnya dari cermin,dan untuk beberapa saat tatapan keduanya bertemu meski tak langsung namun sanggup mengalihkan dunia Ares sepersekian detik.
Jika Ares membuang matanya karena salah tingkah namun tidak dengan Kinan, ia tetap tenang dengan mimik wajah yang sulit di artikan.
Beberapa mobil mewah mulai berdatangan membawa para tamu yang sebagian adalah para petinggi perusahaan dan juga klien yang dekat dengan Ares, ruang tamu mansion kini sudah di sulap sedemikian rupa terlihat bak sebuah ballroom hotel namun versi mini.
Raka dan Cesil tak henti berdecak kagum dengan suasana rumah megah tersebut demikian juga Caca namun wanita itu cukup pintar menguasai hatinya.
"Dew ..kita perlu bicara sebentar" bisik Andita pada suaminya.
"Heum ada apa sayang...apa kau juga ingin pernikahan kita di rayakan lagi?"
"Omong kosong kau ..aku serius."
"Aku bahkan dua kali serius sayang, kalau kau mau ..ayo kita rayakan ulang pernikahan kita."
"Wa...ish...apa sebenarnya yang membuat kau memilih Kinan menjadi istri Ares" tanya Andita dengan mimik wajah kesal.
Dewa menatap Andita dengan intens lalu menghela nafas panjang.
"Karena hanya dia lah yang pantas menjadi pendampingnya dan hanya Kinan yang bisa terus menemani putra Kita dengan segala kekurangannya."
"Kenapa kau seyakin itu."
"Aku memilihnya bukan tanpa alasan sayang, aku bahkan sudah mengenalnya saat dia masih duduk di bangku kuliah dan sekarang dia sudah menjadi seorang guru honorer di kampungnya."
"Apa kau tahu kalau dia belum punya kekasih? Karena ku lihat dari sirat matanya tak sedikitpun ia menyukai putra kita Wa..."
Dewa tersenyum dan mengangguk membenarkan ucapan sang istri.
"Justru karena itu aku memilihnya menjadi istri Ares, dan begitu juga dengan putra kita...mereka sama-sama tidak ada saling suka tapi aku jamin, dalam dua bulan Ares pasti bertekuk lutut pada gadis itu."
Andita memandang Dewa lalu menggelengkan kepalanya, insting suaminya memang tak pernah salah dan Andita mengakui hal itu.
"Tapi Wa ..aku tak ingin kalau Ares sampai menyakiti Kinan, aku tahu bagaimana watak dan keras kepalanya, tak tega kalau aku melihat gadis se baik dan se tulus Kinan harus menderita karena putra kita."
"Tenanglah sayang ..aku yang akan bertanggung jawab, jika se tetes saja air mata gadis itu jatuh dari sudut mata indahnya maka di hari itu pula aku akan memulangkannya dengan saham tiga puluh lima persen atas namanya, juga sebuah rumah yang sudah aku pesiapkan untuknya serta beberapa unit kendaraan yang ia bisa bebas memilih."
Hanya tatapan pasrah yang Andita lakukan, ia tak bisa mengubah keputusan Dewa.
"Semoga saja kau tak salah memilih."
Dan Ares hanya bisa berdiri mematung di balik pintu, rupanya sang Ayah sudah mengenal Kinan jauh sebelumnya.
"Aku tak seyakin itu Yah."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments