BAB 18 #Lo Gue

Sudah tiga hari Mora tidak bersekolah dan bekerja, dia benar benar menghabiskan sedih nya itu dengan menghibur dirinya sendiri, tidak ada yang menghiburnya selain dirinya sendiri, dia juga membantu ibunya membereskan rumah.

"Ibu, ibu ga usah kerja lagi ya, Mora kan ada uang gajian kemarin, juga beberapa uang sumbangan dari warga sekitar itu cukup kok bu untuk makan kita satu bulan, bulan depan juga Mora gajian lagi" ucap Mora kepada ibunya

Mora tidak mau membuat ibunya cape, ibunya sudah sangat tua untuk bekerja Mora terkadang kasian melihat ibunya banting tulang demi Mora, biarkan saja fisik Mora yang kuat yang akan mencari uang.

"Kamu jangan kecapean ya Mora, nanti kalo kamu cape nanti kamu sakit nak.." ucap Ibunya

Mora mengangguk, dia tidak mau kehilangan lagi dia akan lebih banyak mengajak ibunya mengbrol mulai sekarang, dia juga akan bersikap lebih baik lagi kepada ibunya.

"Besok kamu sekolah ya nak, nanti kamu banak ketinggalan pelajaran"

"Iya buk, besok Mora mulai sekolah" ucap Mora

Mora hari ini hanya mengajak ibunya mengobrol, kadang dia juga mengajak ibunya untuk ketaman, mereka banyak menghabiskan waktu berdua selama tiga hari ini, Mora tidak mau ibunya sedih, dan juga Mora tidak mau terlalu larut dalam kesedihan.

Keesokan nya Mora besiap untuk sekolah, hari ini rambut Mora diurai, dia pergi kesekolah jam 6.35. Sebelum masuk kedalam kelas Mora mampir kesalah satu kelas yang dulu sering dia kunjungi, dia masuk kekelas itu lalu memberikan amplop yang berisi uang.

"Nanti gue usahain lunasin 3 kali cicilan" ucap Mora

Haekal yang mendengar itu kaget, Mora yang biasanya berbicara aku-kamu, berubah menjadi gue, benar benar seperti Mora yang bukan dia kenal.

"Gue bilang ga usah dibalikin" ucap Haekal tidak menerima uang itu, Mora menaruh uang itu di atas meja haekal lalu pergi begitu saja, Mora masih sakit hati melihat muka Haekal, dia benar benar kecewa kepada lelaki itu, dia benci kepada Haekal.

Mora berjalan kekelas nya, dengan tas yang masih ada dibahunya itu, memasuki kelas lalu duduk dibangku nya, belum Mora duduk dari bangku itu Jessy menarik bangku itu membuat Mora terjengkal kebelakang.

"HAHAHAHHAHA" Bukan hanya Jessy yang tertawa semua orang dikelas itu merasa ini adalah candaan, perasaan Mora yang sedang kacau, Mora benar benar tidak terima mereka masih bisa menganggu Mora setelah apa yang mereka tahu.

"Ga Lucu!" Ucap Mora semua yang sedang tertawa terdiam mendengar Mora berbicara

"Gue jatuh, gue udah jatuh jangan buat gue nambah jatuh lagi!" Maksut dari perkataan Mora adalah mentalnya sudah jatuh karena apa yang sudah terjadi, jangan membuat dia nambah merasakan sakit karena candaan yang membuat dia terjatuh.

"Lebay banget si, lagian cuman bercanda" ucap Jessy

"Ga, ini bukan candaan. Lo semua bukan manusia tau ga, lo semua itu lebih dari setan!" ucap Mora kepada mereka semua

"Apasi miskin, jangan merasa tersakiti deh" Yola mengeluarkan suaranya

"GUE EMANG TERSAKITI. Gue sakit karena perilaku kalian yang ga punya hati, disaat orang sedang berduka lo semua masih sempet sempet nya ngetawain gue, ga ada yang lucu. Percuma kalo lo semua disekolahin disekolah bagus bagus dan mahal kalo otak ga dipake, ga pernah mikirin perasaan orang."

Jessy yang mendengar itu ikut kaget, dari cara Mora berbicara seperti bukan Mora, Mora benar benar marah, dia benar benar mengeluarkan isi hatinya yang ingin dia sampaikan kepada seluruh orang yang ada dikelas itu.

Disaat Mora sedang berbicara tentang isi hatinya, seseorang dari sudut kelas yang tengah duduk tersenyum melihat Mora "Lo memang harus lawan mereka" ucap Arsen

Mora menarik kembali bangku nya dengan kesar, dia duduk dan mengabaikan Jessy yang masih berdiri disana, Jessy mengerut kan alis nya, dia yakin Mora pasti akan terdiam dengan sedikit tamparan dari Jessy pikir Jessy karena yang Jessy tau, Mora itu sangat takut kepadanya.

Jessy menarik rambut Mora lalu membuat wajah Mora menghadap ke dirinya, Jessy menampar wajah Mora dengan kuat.

PRAKKKK!

"Udah berani ya lo sekarang" ucap Jessy menatap Mora

PRAKKK!

PRAKKK!

Mora membalas tamparan itu, dengan dua kali tamparan "Gue diem aja selama ini lo tampar, sebenernya gue bisa lebih dari itu, tapi gue bukan iblis kaya lo, anggap aja dua itu sebagai balasan gue lo nampar gue selama ini, jangan ganggu gue. Gue bisa nampar lo kapan aja" ucap Mora lalu kembali duduk dikursinya lagi.

Jessy dan Yola yang melihat itu semakin kesal, Jessy memegangi kedua pipinya yang panas akibat ditampar itu, Jessy mengambil penggaris besi yang ada diatas meja ingin melempar nya ke Mora, tapi tangan Jessy tertahan.

"Anak orang luka, lo mau tanggung jawab?" ucap Arsen sambil menahan tangan Jessy

"LEPASIN GUE! LO NGAPAIN IKUT CAMPUR SI" Jessy berusaha melepaskan tangannya dari Arsen, namun Arsen memegang tangan Jessy dengan kuat membuat Jessy merasa cengkraman itu menyakitkan

"AWWW LEPASIN, YOLA TOLONGIN"

Jessy menjerit kesakitan, Yola yang melihat itu membantu menarik tangan Jessy dari Arsen namun Arsen memegangi nya cukup kuat tenaga Jessy dan Yola tidak mampu mengalahkan nya.

"Gue ga suka orang berisik kaya lo, jadi kalo gue ada dikelas mulut lo diem bisa ga?" ucap Arsen sambil menambahkan cengkraman itu semakin kuat, setelah beberapa detik Arsen menghempas tangan Jessy mengambil mistar penggaris yang Jessy pegang, dan Arsen kembali duduk dikursinya.

Mora lanjut belajar, guru sudah masuk kedalam kelas "Selamat pagi anak anak"

"Pagi bukk" ucap murid murid menyaut

"Mora, kamu sudah sekolah? turut berduka cita ya, nanti kamu temui buk indah ya ada yang ingin disampaikan"

4 hari setelah kepergian ayah nya baru hari ini guru itu turut berduka, saat pemakaman ayahnya guru itu tidak ada, semua guru tidak ada disana apa lagi teman sekelasnya, bukan teman lebih tepat nya orang dikelas nya.

Mora mengangguk, lalu guru menjelaskan materi materi yang sedang dipelajari, Mora memperhatikan dengan fokus, hingga sampai akhirnya guru memberikannya soal dan memilih nama random murid untuk mengerjakan nya.

"Yola maju kerjakan nomor 2 halaman 68" ucap Guru itu

Yola yang sedari tadi hanya mengobrol bersama Jessy otomatis dia panik karena tidak tahu apa apa soal materi itu, Yola melempar kertas kepada Mora, mora tahu sekali mereka pasti ingin meminta jawaban kepada Mora, Mora hanya diam lanjut menulis dan meringkas materi, namun kertas itu masih saja terus terusan mengenai kepalanya membuat kegiatan belajar mengajar Mora terganggu karena itu.

__________________________________________

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!