BAB 17 #Mora & Arsen

Setelah selesai Mora berteriak seperti itu jujur saja Mora merasa sedikit lebih lega dan tenang, semua yang ia pendam bisa dia lampiaskan dengan sesuka hatinya, dia benar benar baru tahu jika berteriak bisa sedikit meringan stress di otak nya, Mora kembali menatap Arsen, Arsen masih duduk disebelah Mora.

"Gimana rasanya?" Tanya Arsen

Mora menundukan kepalanya "Makasih ya, jadi lebih sedikit membaik, perasaan aku lagi kalut banget" ucap Mora

"Ada saat nya lo ungkapin apa yang lo rasain, lo boleh marah, nangis, bahkan lo boleh ngelakuin apa aja yang lo mau, hidup lo milik lo, hidup lo punya lo. Tapi ingat, lo ga berhak soal kematian lo kalo lo pikir lo berhak nentuin kematian lo, lo salah besar. Lo bukan Tuhan, lo ga berhak sama sekali atas kematian lo" ucapan dari Arsen benar benar membuat Mora berfikir, benar kata Arsen dia tidak berhak atas kematian nya, memang hidup kita jalani tapi soal kematian kita tidak busa menentukan nya, hanya Tuhan yang bisa menentukan nya.

"Gue turut berdukacita atas kepergian bokap lo, lo yang kuat ya." ucap Arsen kepada Mora

Mora menahan air matanya, jika mengingat bagaimana sakitnya dia melihat ayah nya ditimpa dengan tanah, sungguh menyayat hati nya.

Arsen mengusap punggung Mora "nangis aja sepuas nya, keluar semua kesedihan lo" tangisan Mora pecah begitu saja didepan Arsen, tangisan yang benar benar menyakitkan, suara tangisan itu terdengar menyedihkan, Mora menangis sejadi jadinya dia benar benar belum menerima kenyataan bahwa ayah nya harus pergi meninggalkan dia.

"Kamu bolos lagi?" ucap Mora sempat bertanya ditengah tengah tangis nya

"Ga ah, males gue. Cowo lo mana? Kenapa saat kaya gini dia ga dateng buat nyemangatin lo?"

"Bukan cowo aku, dia jadiin aku bahan tarusan ternyata, emang orang kaya aku pantes dapet cowo?" ucap Mora

"Jadiin bahan taruhan? Emang dari dulu ga pernah berubah ya Haekal"

"Maksutnya?"

"Haekal kalo penasaran sama orang bakal dijadiin orang itu bahan taruhan, teman teman nya juga begitu semua" Ucap Arsen

"Kok kamu tau? Aku banyak ga tau tentang Haekal"

"Ya gitu"

Seperti ada yang Arsen ingin katakan kepada Mora namun tertahan dan berakhir dia hanya mengakhiri percakapan dengan jawaban singkat nya, Mora juga tidak ingin banyak bertanya takut membuat Arsen merasa risih.

Sudah 1 jam Mora memandangi air, dia berdiri dari duduk nya lalu mengajak Arsen untuk pergi dari sana, Mora merasa bosan.

"Pulang yuk" ucap Mora

Arsen menggeleng "kita kesana aja" ucap Arsen lalu berjalan duluan didepan Mora, Mora mengikuti Arsen, Arsen membawa nya ketempat badut yang sedang ditonton oleh anak anak.

"Bro tolong hibur dia dong, lagi sedih anak nya" ucap Arsen kepada badut itu

Badut itu menghibur Mora, sesekali badut itu menunjukan sulap nya membuat Mora merasa sedikit terhibur, Mora yang awalnya berfikir bahwa Arsen anak yang nakal dan galak ternyata Mora salah, Arsen justru sangat humoris.

Setelah beberapa sulap sudah ditunjukkan, Arsen memberi badut itu uang, kalu badut itu pergi begitu saja, Mora merasa sedikit terhibur hari ini berkat Arsen.

"Makasih ya, udah bantuin aku buat ngelupain masalah aku, ya walaupun aku ga lupa sepenuhnya tapi aku bener bener bersyukur ternyata aku masih bisa tertawa" ucap Mora

Arsen menatap Mora, dia benar benar tau bagaimana sakit nya yang dirasakan Mora, Arsen hanya tidak mau apa yang dirasakan Arsen sewaktu 5 tahun lalu terulang kembali kepada orang lain, cukup didunia ini hanya Arsen yang merasakan seperti itu.

Flashback.

Disaat Arsen berumur 12 tahun pulang dari bermain bersama teman teman nya, Arsen melihat rumah nya begitu ramai, Arsen mengira papa dan mama nya sedang mengadakan pesta sehingga mengundang banyak orang. Namun suasana bukan seperti pesta pada biasanya, semua orang disana memasang raut wajah sedih, bahkan ada yang menangis pilu. Arsen masuk kedalam rumah dia melihat mama nya sedang tertidur pulas dikelilingi banyak orang yang menangis, Arsen waktu itu berfikir mama nya sedang tertidur, namun seseorang menghampiri Arsen.

"kamu yang sabar ya sayang" ucap orang itu sambil mengelus elus punggu mungkil Arsen kecil, Arsen bingung mengapa ada apa dan apa yang terjadi.

"mama udah ga ada, mama udah pergi" lanjut orang itu

Disitulah Arsen mulai sadar apa yang terjadi saat ini, Arsen menangis memeluk mama nya meminta mamanya untuk bangun Arsen berharap mamanya hanya tertidur dan bangun sambil tersenyum kepada Arsen, Arsen kecil berteriak tidak terima.

Sampai di pemakaman mama nya pun Arsen masih menangis sejadi jadinya, Arsen tidak pernah membayangkan jika mama nya pergi secepat itu. Sampai dimana malam tiba dirumah Arsen hanya ada Arsen sendiri, semua orang sudah pulang kerumah masing masing, Arsen sendiri diumur 12 tahun itu didalam rumah yang besar, Arsen merasa sendiri, benar benar merasa sendiri. Walaupun ada pembantu rumah tangga dan beberapa orang bekerja dirumah nya, namun tidak ada yang mengajak Arsen mengobrol, papa nya sibuk dengan wanita lain, padahal belum satu hari ibunya dimakamkan.

Arsen benar benar kesepian, tidak ada yang memeluknya, tidak ada yang memberinya kata kata semangat, sampai anak sekecil itu berfikir ingin menyusul mamanya saja, dia tidak ingin tinggal bersama papanya, papanya tidak peduli dengan nya.

Flashback off

Sekarang Arsen sedang duduk ditaman bersama Mora, melihat sekeliling taman yang indah dan sehat itu membuat pikiran semakin tenang.

"Dari banyak nya orang disekolah, cuma kamu yang berkunjung menemui aku" ucap Mora kepada Arsen

"Orang kelas udah pada tau beritanya, cuma mereka ga ada inisiatif buat datang, jadi gue datang sendiri dan sampai dirumah lo gue lihat lo keluar rumah jadi gue ikutin lo" ucap Arsen

Mora tersentak pahit benar benar mereka bukan lah manusia, Mora tidak mengerti lagi kenapa mereka begitu membenci Mora.

Mata Mora yang melihat sekeliling berhenti begitu saja, melihat dua postur orang yang sangat dia kenal, itu Haekal dan Jessy mereka sedang bercerita sambil tertawa, terlihat tawa itu seperti tidak ada yang sedih bahkan tersakiti disini.

"Lo harus lawan" ucap Arsen

"Lo ga bisa terus terusan jalanin gini, lo harus bisa melawan mereka yang udah nyakitin lo, jangan mau diinjek terus terusan mereka bakal nginjek lo terus kalo lo hanya diem aja" lanjut nya

Mora sudah menerima banyak rasa sakit selama ini, benar kata Arsen mereka tidak bisa didiam kan begitu saja, lama lama Mora muak melihat mereka yang baik baik saja sedangkan Mora disini sedang mati matian untuk tetap hidup setelah apa yang terjadi, Mora mati matian menyingkirkan pikiran kotor nya untuk bunuh diri.

___________________________________________

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!