BAB 16 #Sakit

Haekal menghampiri Mora dengan berlari lalu memegangi tangan Mora menarik Mora untuk segera ke parkiran.

"Yok, maaf ya lama" ucap Haekal kepada Mora

Mora menepis tangan haekal dengan kasar, dia benar benar sakit hati sakit sekali mendengar hal barusan ditelpon, Haekal kaget mengapa Mora menepis tangan nya.

"Hei kenapa?" Tanya Haekal kepada Mora

PRAKKK!!!

Mora menampar Haekal, Haekal terkejut apa yang baru saja Mora lakukan, dia memegangi pipi nya yang hangat bekas tamparan itu, Haekal menatap Mora, wajah Mora seperti ingin menangis, apakah Haekal terlalu lama meninggal Mora? Pikir Haekal begitu.

"JAHAT!!" ucap Mora memukul lengan Haekal, Haekal merasa bersalah karena meninggal kan Mora sendiri tadi begitu lama.

"Maaf, aku tadi lupa naro charger nya dimana jadi nyari dulu, maaf kalo lama" ucap Haekal

"BUKAN ITU! KAMU JADIIN AKU BAHAN TARUHAN DEMI UANG 30 JUTA!" Ucap Mora kepada Haekal, Haekal terdiam jantung nya berdetak kencang bukan karena cinta melainkan apa yang dia takutkan terjadi, Mora kini tau bahwa Mora dijadikan bahan taruhan.

"Hey, siapa yang bilang?" Tanya Haekal

"Ga usah ngelak lagi, Zidan ditelepon tadi bilang, aku ga nyangka sama kamu. Kamu yang aku kira rumah ternyata bukan, kamu yang aku kira obat ternyata luka juga bagi aku, aku benar benar salah percaya sama kamu, emang seharusnya sekolah ini satu orang pun ga bisa aku percaya! Aku bener bener kecewa sama kamu kal, aku kecewa, kenapa harus aku? Kenapa kamu milih nya aku? kenapa kamu nambahin sakit hati aku? Jahat kamu jahat" Ucapan itu terucap tanpa disadari Mora mengucap kan itu sambil meneteskan air matanya, membuat Haekal benar benar merasa bersalah sekarang.

"Ra.. Maafin aku, tapi aku ga bakal ngambil uang itu Ra aku bener bener cinta sama kamu sekarang, aku ga bakal mutusin kamu, aku ga mau kehilangan kamu" ucap Haekal sambil memegang tangan Mora memohon untuk dimaafkan

Mora menepis tangan Haekal "Kita putus kal, itu kan yang kamu mau sekarang? Udah ya kal sampai sini aja anggap aja kita ga pernah kenal, anggap aja kita ga pernah pacaran." ucap Mora lalu pergi begitu saja meninggal Haekal, Haekal memanggil Mora namun mora mengabaikan nya, Haekal mengejar Mora tapi gadis itu kali ini naik angkot sehingga membuat Haekal kesusahan menyusul nya.

Mora sudah sampai didepan rumah, Mora kaget melihat rumah nya yang sangat ramai dengan orang orang disana, dia berlari masuk kedalam rumah, hati yang terluka kini luka itu betambah dalam, melihat sang ayah tercinta ditutupi oleh kain putih.

Mora menangis, tangisan nya pecah sekali, hatinya sakit dada nya sesak, dia memeluk sang ayah "Bapak.. Bapak bangun bapak" ucap Mora, benar benar tangisan dari Mora membuat orang yang mendengar nya ikut merasa sakit hati yang dirasakan Mora.

"Sudah nak, boleh peluk bapak tapi jangan sampai air matanya kena bapak ya" ucap Ibu nya sambil memeluk Mora

"Ibu, Mora ga mau bapak pergi Bu, Bu bangunin bapak bu Mora masih pengen digendong sama bapak seperti Mora kecil dulu" ucap Mora sambil menangis, ibunya yang mendengar itu sangat sakit dada ibunya ikut sesak mendengarnya, Mora kali ini benar benar ditimpa berkali kali dan diuji oleh semesta.

Sore itu pemakaman sang ayah dilangsungkan, ayah nya langsung dimakam kan disore itu juga, Mora masih menangis tidak terima dengan kenyataan, Mora hari ini sudah bisa membelikan obat untuk ayah nya namun sang ayah lebih memilih pergi.

"Bapak, sekarang bapak sudah sembuh tidak sakit lagi ya disana? Bapak jagain Mora ya dari sana, Mora bakal sering main kesini pak.. Mora sayang bapak" ucap Mora, matanya sudah membengkak akibat menangis tidak henti, semua orang sudah meninggal makam ayah nya, tersisa ibu dan Mora saja disana.

"Mora, yang sabar ya nak.. Ibu bakal selalu ada disisi kamu, kita sama sama diuji sama Tuhan" ucap Ibu Mora mereka berpelukan, mereka sama sama sakit, entah apa kesalahan mereka di kehidupan sebelumnya hingga mereka begitu menderita sekarang.

Mora izin tidak bekerja hari ini, perasaan nya masih terlalu campur aduk, Mora masuk kedalam rumah nya melihat foto ibu, bapak, Mora yang tersenyum bahagia disana membuat tangis Mora mengulang lagi, Mora menangis, ibu bilang tidak apa menangis saja tidak ada yang melarang karena kehilangan seseorang yang berperan penting dalam hidup kita itu seperti kehilangan separuh jiwa kita.

Sudah satu jam Mora menangis dikamar nya membuat nya tertidur, hingga pagi Mora terbangun berita soal ayah nya yang meninggal dunia Mora yakin sudah tersebar disekolah nya, Mora hari ini tidak sekolah, Mora duduk dikursi ruang keluar merenung biasanya dia melihat ayah nya walaupun hanya terbaring saja tapi kini Mora tidak melihat ayah nya, ibu Mora belum keluar kamar mungkin ibu masih tertidur.

Mora sempat berfikir hidup didunia ini tidak ada gunanya, bagaimana jika dia menyusul bapak nya? Bukan kah lebih bahagia disana? Pikiran Mora terus berputar putar disana, namun pikiran itu berkelahi dengan pikiran lain jika dia pergi dari dunia ini, bagaiman dengan ibunya, ibunya sudah tua tidak mungkin Mora meninggal kan ibunya sendirian didunia ini.

Tidak ada satu orang pun dari kelas Mora yang datang berkunjung kerumah Mora, tidak ada kata kata semangat, dan tidak ada yang peduli dengan Mora saat ini, apa untung nya memperdulikan gadis miskin?

Mora mengambil jaket nya, Mora memakai jaket nya lalu pergi ke sungai Han, dia duduk ditepi sana dihembus oleh angin pagi yang dingin, Mora masih meratapi nasib nya, dia benar benar menatap air air disana dengan tatapan kosong dan hampa, air matanya sati persatu menetes kembali, berharap semua bisa diulang Mora hanya ingin dia lebih cepat mencari kerja agar dia bisa lebih cepat membelikan ayah nya obat.

"Coba teriak"

Mora menghadap kebelakang, melihat seseorang yang dia kenal orang itu duduk di sebelah Mora dengan baju sekolah nya yang tidak rapi, tidak ada dasi, benar benar seperti anak nakal.

Mora hanya diam, apa maksut Arsen? Mora masih tidak bisa menangkap perkataan Arsen.

"BAJINGANNN, HIDUP INI BAJINGANNN! GA GUNA HIDUP BUAT APA GUE HIDUP ANJING" teriak Arsen membuat Mora terkejut mendengar nya, Setelah berteriak seperti itu Arsen menoleh ke arah Mora lalu menaruh Mora untuk melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Arsen tadi.

"AAAAAAAAAA BAJINGANNN, HIDUP BAJINGAN, GA ADA GUNANYA HIDUP, HUAT APA GUE HIDUP ANJING, SEMUA ORANG KAYA ANJINGG" Teriak Mora

___________________________________________

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!