BAB 9 #Cantik

Sudah 2 minggu berlalu, semua berjalan seperti biasa entah mengapa Jessy sudah tidak mengganggunya separah kemarin, obat yang diberikan dokter kepada ayah nya sudah habis.

2 minggu ini Mora banyak bermain kepada Haekal mereka semakin dekat, Mora juga bilang jika gaji pertama nya nanti dia akan mulai mengganti uang Haekal.

Sekarang Mora dan Haekal sedang duduk dipantai, melihat matahari terbenam mereka banyak bercerita dan tertawa.

"1 minggu lagi aku gajian, nanti setengah uang gajian gue buat cicil uang kamu" ucap Mora kepada Haekal

"Gue ikhlas bantuin Lo, ga perlu di balikin uang nya"

"Aku ga mau nerima uang sebanyak itu dari orang, selagi aku bisa kembaliin uang kamu, aku bakal kembaliin"

"Ra, lihat disana" ucap Haekal mengalihkan pembicaraan, Haekal menunjuk kearah matahari yang terbenam.

"Cantik, kaya kamu"

Mora terdiam sejenak mendengar hal itu

"Warna langit senja dengan warna biru air laut, buat dia makin cantik. Buat kita seneng lihat nya, tapi tau ga apa yang lebih bikin seneng?"

"Apa?"

"Lihat kamu, lihat cantik nya kamu. Bahkan senja laut yang sudah sangat indah itu belum bisa ngalahin cantik nya kamu"

Pipi Mora memerah saat itu, dia benar benar dibuat salting dan malu oleh lelaki yang duduk disebelah nya.

Angin pantai membuat rambut Mora bertebrangan, membuat mukanya tertutup dengan rambut, Haekal yang melihat itu menepikan rambut Mora kebelakang telinga dengan lembut membuat nya menjadi sangat cantik, mata mereka saling menatap dan saling mehami isi hati masing masing. Mora yang mencoba memahami isi hati Haekal, begitu juga dengan Haekal yang coba memahami isi hati Mora.

"Ekhemm" ucap Mora berdehem karena sudah beberapa detik mereka saling menatap satu sama lain

"Eh Ra? Mau pulang?"

"Yuk, bentar lagi juga aku bakal kerja" ucap Mora

Haekal pun mengantarkan Mora untuk pulang, Haekal memakaikan helm kepada Mora, lalu Mora naik kemotor, Haekal melajukan motor nya dengan kecepatan standar.

"Kal"

"Iya Ra?"

"Kalo kamu ada masalah, ngomong sama aku ya kal?"

"Kok tiba tiba ngomong gitu Ra?" ucap Haekal binggung

"Aku ngerasa cuma aku yang butuh kamu, tapi kamu ga butuh aku"

Haekal tertawa mendengar hal itu "Iya Ra, kalo gue ada masalah gue bakal curhat ke lo"

"Janji ya kal"

"Iya janji"

Percakapan mereka dimotor dari berjanji dan membicarakan hal random lainnya, sehingga tidak terasa bahwa Mora sudah tiba dirumah nya, Mora turun dari motor dan lagi lagi Haekal membuat Mora salah tingkah karena Haekal yang tiba tiba membantu Mora membuka helm.

"Bawa jaket Ra, kalo lo ga bawa jaket nanti pulang kerja dingin, gue lihat perkiraan cuaca bakal hujan, kalo bisa lo bawa payung"

"Emang bisa lihat cuaca kedepan nya gitu?"

"Bisa dong Ra dari hp kan ada"

"Oke nanti aku bawa payung sama jaket" ucap Mora menuruti permintaan Haekal

"Yaudah kalo gitu gue duluan ya Ra"

Mora mengangguk lalu menunggu Haekal melajukan motor nya terlebih dahulu baru dia masuk kedalam rumah nya.

Mora melihat lagi lagi ayah nya sakit, dia tidak tega tubuh ayah nya panas dan batuk batukan dari tadi, ibunya tidak ada dirumah, mungkin ibunya sedang pergi bekerja dirumah tetangga seperti membantu tetangga membersihkan rumah, dan setelah itu akan di beri upah.

"Bapak" panggil Mora

Mora memegangi kening ayah nya, panas sekali, Mora segera menggambil air untuk mengompres kening ayah nya, dan mengambil air untuk ayah nya minum karena sedari tadi ayah nya batuk batuk.

"Bapak ini minum dulu" ucap Mora sambil membantu ayah nya duduk dan minum

Mora pun perlahan lahan mulai mengompres kepala ayah nya, didalam hati Mora sungguh Mora meminta kepada Tuhan hilangkan sakit ayah nya, Mora tidak tega melihat ayah nya terus sakit sakitan seperti ini.

"Bapak, Mora bentar lagi gajian bapak sabar ya nanti Mora belikan obat untuk bapak biar bapak cepat sembuh"

"Mora, bapak hanya demam biasa aja nak.." ucap sang Ayah menenangi anak nya agar tidak terlalu khawatir

Mora memijat tangan dan kaki ayah nya, karena Mora tahu pasti tangan dan kaki ayah nya sakit, tidak lupa juga Mora memijat kening ayah nya sesekali untuk menghilangkan rasa pusing.

"Mora, maaf ya ibu tadi bantuin tetangga sebentar, sini nak biar ibu yang melanjutkan nya, kamu makan ya nak ibu sudah membelikan makanan"

Mora mengangguk, begitulah kehidupan keluarga ayah nya yang sakit tidak bisa bekerja, dan ibunya yang terkadang menjual kue dan juga terkadang membantu pekerjaan rumah tetangga nya untuk mendapatkan uang agar mereka bisa makan untuk sehari hari.

Setelah Mora makan ia menyempati dirinya untuk belajar sebentar lalu pergi bekerja, walaupun Mora sekarang bekerja ia tidak akan melewati waktunya untuk belajar, ia memerlukan biaya siswa untuk kuliah di universitas yang ia inginkan, supaya ia bisa membagakan ayah dan ibunya.

Mora benar benar memakai jaket dan membawa payung, ia berjalan ke tempat kerja, bekerja seperti biasa dan melayani pelanggan dengan ramah.

"Rokok nya satu bungkus"

"Lah? Mora?" ternyata itu Arsen.

"Rokok yang mana?" tanya Mora

"itu yang bungkus coklat"

Mora mengambil rokok itu lalu memberikan kepada Arsen, lalu Arsen membayar yang ia beli.

"Ini toko lo?" tanya Arsen masih merasa penasaran

"Engga, aku cuma kerja disini"

Arsen mengangguk lalu berniat pergi, namun baru setengah ia membuka pintu toko ia masuk kembali ke toko itu.

"Eh sama minuman yang itu" ucap Arsen menunjukan botol minuman keras

"Aku pukul ya kamu, kamu belum cukup umur" ucap Mora dengan nada ingin marah

"Yaudah maaf, gue kira tadi lo ga tau peraturan nya"

"Udah sana, seharusnya kamu tu juga ga boleh beli rokok karena masih pelajar!"

"Kok marah marah si?"

"SANA ARSEN!"

"Iya iyaaa" Arsen lalu pergi dari sana kali ini dia benar benar membuka pintu toko dan pergi, baru kali ini ia dilayani dan diusir pikir Arsen.

Mungkin ini karena Mora terlalu banyak memikirkan ayah nya sehingga dia menjadi sedikit sensitif dengan orang.

Tak terasa sekarang waktunya Mora pulang, memang benar sekarang sedang hujan dan sedikit petir untung saja Mora membawakan payung dan jaket sehingga dia tidak kehujanan dan kedingin.

"Makasih ya Haekal udah memberi tahu aku kalo bakal hujan" ucap Mora walaupun Haekal tidak ada disini

Jika Haekal tidak memberitahu nya akan hujan mungkin saja Mora akan disana sampai tengah malam, dan itu akan membuatnya lebih takut untuk pulang.

Mora pulang kerumah, sampai dirumah pun hujan masih terus turun, sepertinya hujan itu akan lama.

____________________________________________

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!