BAB 3 #Haekal

Kini mereka harus lebih lama lagi berdiri disana, keringat sudah membasahi mereka, Arsen sangat emosi dengan Jessy dia sangat ingin memukul wajah Jessy saat ini, namun dia masih berfikir waras bahwa Jessy adalah wanita, tidak mungkin seorang lelaki akan memukuli wanita.

Sudah 1 jam mereka berdiri, mereka hanya menunggu perintah dari buk Sintia untuk bisa duduk dan masuk kelas.

"Kalian berempat sudah boleh masuk kedalam kelas"

Akhirnya setelah 1 jam mereka menunggu kata kata itu keluar juga dari mulut buk Sintia, mereka segera masuk kedalam kelas dan duduk dikursi masing masing dengan kewalahan.

"Sekali lagi kalian mengulanginya, saya akan menambah hukuman yang lebih berat lagi" ucap buk Sintia lalu pergi meninggalkan kelas

Setelah buk Sintia pergi meninggalkan kelas, Jessy pun berdiri dari bangku nya dan menghampiri bangku Mora, seperti nya Jessy ingin melampiaskan kekesalannya kepada Mora.

PRAKKKKK

Tamparan yang renyah mengenai pipi Mora, Jessy menampar pipi Mora.

"INI SEMUA GARA-GARA LO! KULIT GUE JADI GOSONG! LO MANA TAU MAHAL NYA PERAWATAN, ORANG MISKIN KAYA LO MANA TAU MAHAL NYA PERAWATAN!" Teriak Jessy kepada Mora

Mora memegangi pipi nya, seumur-umur dia tidak pernah ditampar oleh Ayah atau pun Ibu nya, tapi kini orang lain menampar wajah nya, pipi nya terasa begitu nyeri dan panas.

"EMANG GATAU DIRI, LO TU GA PANTES SEKOLAH DISINI!"

"JANGAN HARAP LO BISA DAPET BIAYA SISWA!"

"Woi! Berisik!, Hukuman ditambah gegara lo yang terus terusan bicara dari tadi, mulut lo itu ga bisa diem apa? Bisa stop gangguin orang sehari aja? Pusing gue lihat kelakuan lo kaya ga pernah disekolahin aja." Arsen membuka suaranya

"WOW! Guys, si cupu udah ada temen nya, gue perhatiin dari tadi lo belain si cupu mulu nih, lo suka ya sama dia?" ucap Jessy membuat sekelas heboh

"CIEEE CIEE"

"CIE ARSENN"

"JADIAN DONG"

"Cape ya ngomong sama orang kaya lo"

"Jangan nasehatin gue, lihat aja diri lo yang udah kena SP 2 disekolah ini, lo ga jauh beda dari gue. Kita cuman beda cara aja" ucap Jessy kepada Arsen

Setelah mengucapkan kata-kata itu Jessy langsung menarik pergelangan tangan Mora keluar dari kelas, diikuti oleh Yola.

Jessy menarik pergelangan tangan Mora begitu kencang sehingga membuat Mora merasa kesakitan.

"Jessy, sakit. Kita mau kemana? Jangan ditarik kaya gini sakit" ucap Mora sedari tadi agar Jessy berhenti menarik nya.

Langkah Jessy berhenti ketika melihat seseorang yang berdiri didepan nya, Lelaki berbadan besar dan tinggi, dengan menggunakan seragam basket itu selalu membuat Jessy terpaku kagum kepadanya.

"Eh? Haekal" ucap Jessy lalu melepaskan pergelangan tangan Mora

"Lewat aja kal, kalo mau lewat" Jessy memberi jalan agar Haekal lewat terlebih dahulu.

"Oh ya, gue ngirim lo gift ada dilaci lo, udah lo buka?"

"Thanks, tapi bisa gue pinjem bentar Mora nya? Gue ada urusan sama dia" ucap Haekal

"Kenapa kal? Dia bikin lo kesal ya?" Tanya Jessy

"Sedikit"

Jessy segera mendorong Mora agar mengikuti Haekal lalu berbisik kepada Mora.

"Habis lo ditangan cowo gue"

Mora segera mengikuti langkah Haekal, mereka menuju ruang UKS.

"Kenapa kesini?" Mora kebingungan mengapa Haekal membawa nya keruang UKS?

"Tolong obatin ini" ucap Haekal lalu menunjukan siku nya yang luka

"Gue udah nolongin lo kemarin, gue agak kesusahan buat bersihin luka gue"

Mora mengangguk lalu mengambil kotak P3K ia mulai membersihkan luka disiku Haekal dengan hati hati agar Haekal tidak kesakitan, menaruh betadine sedikit sedikit lalu obat yang lain, menutupi luka itu dengan kapas dan plaster.

"Kalo perih bilang aja ya"

"Lo kenapa si selalu diem aja kalo Jessy gangguin lo?"

"Mau gimana lagi?" ucap Mora dengan pasrah

"Kalo aku ngelawan juga ga ada gunanya, dia menang dalam segi apapun aku cuma mengandalkan prestasi ku disini"

"Kenapa ga coba lapor dengan guru?"

"Percuma aja aku udah pernah mencoba, Guru bilang itu hal sepele. Bahkan ada yang tidak percaya, Papa nya Jessy itu orang terpandang ga mungkin kalau Jessy seperti itu rata-rata guru bilang seperti itu ketika aku melaporkan kepada guru"

"Kenapa jadi curhat ya, maaf ya" ucap Mora tidak sadar kalau dia terlalu banyak bercerita sehingga jatuh nya dia curhat

Haekal hanya terdiam lalu bangkit dari ranjang UKS, dia berjalan keluar UKS sedangkan Mora masih duduk diam disana.

"Mau ikut ga?" ucap Haekal

"Kemana?"

"Makan dikantin"

"Kamu aja"

Haekal membalikan badan nya, dia sedikit geli mendengar kata 'aku dan kamu' dari mulut orang yang bahkan dia sendiri tidak dekat.

"Bisa pake lo gue aja ga si?"

"Kenapa?"

"Gue ga biasa denger 'aku kamu' dari orang yang ga deket"

"Tapi aku udah terbiasa pakai bicara aku kamu"

Mau tidak mau Haekal tidak bisa protes, dia tidak bisa mengubah cara hidup dan bicara orang seenak nya saja, takut lawan bicara nya ini tidak nyaman dengan nya.

"Yaudah terserah lo aja"

"Mau ikut makan kekantin ga? Nanti maag lo kambuh lagi terus gue lagi yang bawa lo kerumah sakit"

Mora menggeleng kepala nya dengan cepat, dia sebenarnya lapar namun dia tidak membawa uang.

"Kamu aja, aku ga ikut"

"Gue teraktir sebagai ucapan terimakasih gue karna lo udah ngobatin luka gue" ucap Haekal

"Ga ada penolakan" lanjutnya

Mora akhirnya menuruti permintaan Haekal, mereka berjalan kekantin bersama membuat orang orang yang melihat mereka berbisik bisik, Haekal cukup populer disekolah itu banyak wanita yang menyukai Haekal, sehingga membuat mereka semua iri.

"Loh? Loh ada apa nih"

"Kok Haekal mau jalan disamping gembel"

"Duh Haekal gue ternodai"

"Pasti tu cupu ngepelet Haekal"

"Ga usah didengerin" ucap Haekal kepada Mora

Mora dan Haekal duduk dikantin berdua, memakan makanan yang sudah mereka pesan tadi.

"Gimana maag lo?" Ucap Haekal kepada Mora

"Udah ga sesakit kemarin, pusing juga udah hilang"

Haekal mengangguk paham, lalu melanjutkan makan nya.

"Ini tadi luka karna gue jatuh waktu main basket"

"Hah?"

"Gue ngasih tau doang si, barang kali lo penasaran asal muasal luka gue"

"Itu luka nya kalo mau mandi kapas sama plaster nya dibuka biar ga bonyok" ucap Mora kepada Haekal

"Iya bawel ya ternyata lo"

"Banyak orang ga tau soal ini, jadi aku ngasih tau kamu, kalo bonyok kan percuma diobati"

Haekal tertawa kecil mendengar perkataan itu "Tenang aja, gue udah sering luka gini jadi gue tau kok"

Mora mengangguk mengerti, bahkan tanpa Mora sadari ada seseorang yang sedang memotret mereka berdua.

_______________________________________

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!