Setibanya di rumah, seluruh keluarga sudah berkumpul. Papa dan Mama memalingkan muka saat melihat ku.
Aku digiring duduk oleh dua Bodyguard Oma, tapi tidak ada Aisyah disana. Kemana perempuan itu? Pasti dia yang sudah mengadu kepada Oma sehingga semua tahu aku pergi ke rumah Amira.
Oma duduk di kursi tunggal yang memang khusus untuk nya, seperti layaknya seorang Ratu di rumah ini.
" Mana Aisyah ?" Oma bertanya dengan nada datar.
Aku menggeleng, karena memang aku tidak tahu dia ada dimana ?
Mama bangkit dari duduknya, menghampiri ku. Tak dinyana ia menarik daun telinga ku.
" Aduh duh Ma... Sakit " Aku mengadu kesakitan, Mama memperlakukan aku seperti anak kecil.
" Biarin!!! Biar kamu tahu rasa!!! Kenapa kamu jahat sekali sama Aisyah ??!! Dia istri yang baik Wahyu !!! " Mama terus menarik daun telinga ku.
" I-iya lepasin dulu sakit Ma,,, "
Akhirnya Mama melepaskan telinga ku, rasanya panas dan perih sekali. Aku mengusap daun telinga supaya mengurangi rasa sakitnya.
" Kenapa sih ? Cuma Aisyah saja yang baik bagi semua orang ? Kenapa tidak ada yang berpikir bagaimana perasaan ku??"
Aku mulai menyuarakan isi hati ini, sudah cukup rasanya aku diam. Karena semakin diam aku semakin tidak dipedulikan. Semua yang aku lakukan selalu salah Dimata mereka.
" Kau masih bisa berpikir seperti itu Wahyu ?" Teriak Mama, tiba-tiba Oma mengangkat tangan nya. Ia memberi kode supaya Mamaku kembali duduk.
Mama patuh, dia memang menantu yang baik.
Oma menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan.
" Benar kau sudah menikah dengan Amira ?"
Sepertinya Aisyah sudah menceritakan semuanya, aku tidak punya alasan lagi untuk berbohong. Jadi ku iyakan saja pertanyaan itu.
Sekali lagi Oma menarik nafas dalam-dalam lalu sedikit menyender kan punggung nya. Pandangannya menerawang ke langit-langit rumah.
" Kami sebagai orang tua menginginkan yang terbaik untuk mu Wahyu, tapi jika kamu sudah menentukan pilihan mu? Oma tidak bisa berbuat banyak. Pergilah kau tinggal bersama Amira, untuk Aisyah.. Oma akan mengurusnya "
" Ma, gimana Aisyah ? Kemana gadis itu ?" Mama menutup wajahnya, ia nampak berusaha untuk tidak menangis.
" Aku akan meminta orang suruhan ku untuk mencari Aisyah. Widia... "
" Iya Ma" Mama menjawab ketika Oma menyebut nama nya.
" Cepat kemasi semua barang-barang Wahyu, dan antar kan dia ke rumah Amira. Ambil semua kartu kredit nya, kunci mobil dan kunci brankas. Dia aku keluar kan perusahaan "
Aku terkejut mendengar keputusan Oma.
" Oma, jangan gitu dong... Masa Wahyu harus dibuang hanya karena mengikuti keinginan Wahyu ? Wahyu juga ingin bahagia Oma" Aku berusaha membujuk dan menyadarkan Oma tentang kebenaran sikap ku.
" Ya sudah, kan kamu bahagia kalau hidup sama Amira ? Sekalian Oma pengen liat apa bener Amira mencintai kamu dengan tulus tanpa embel-embel kekayaan keluarga kita?"
Aku terdiam, kepala ku berdengung hebat.
" Sekarang pergi lah!!!, jangan kembali sebelum kau membuktikan ucapan mu"
Oma bangkit dari duduknya lalu pergi. Papa dan Mama pun angkat kaki, meninggalkan aku sendiri yang kebingungan. Apa yang harus ku perbuat saat ini?
Aku ditendang tanpa sepeserpun uang, tidak !! Aku harus membuktikan jika Amira memang tulus mencintai ku. Dia akan menerima ku apa adanya, Dan kami akan menjadi sepasang suami istri yang bahagia.
Mama mengantar ku sampai di depan rumah Amira, sejak berangkat kami sama-sama diam seribu bahasa.
" Kenapa Oma Setega itu sama Wahyu Ma?" Akhirnya aku memberanikan diri untuk bicara sebelum aku keluar dari dalam mobil.
" Kau yang tega kepada kami Wahyu "
Aku mengernyitkan dahi mendengar balasan Mama.
" Amira dan Aisyah itu sama saja menurut ku Ma, kalau Oma menilai Amira mencintai ku karena uang, bagaimana dengan Aisyah ? Dia juga pasti sama, cuma caranya saja yang beda. Amira membuat ku jatuh cinta, sedangkan Aisyah membuat Oma dan seluruh keluarga mencintai nya"
Sengaja ku buat perbandingan supaya Mama bisa berpikir dari dua sisi. Jangan hanya memikirkan dari segi kedudukan Aisyah saja. Itu tidak adil.
Mama menatap ku lekat.
" Jadi kamu berpikir Aisyah yang menginginkan pernikahan ini?"
Aku tercengang.
" Dan kamu pikir Aisyah menikah dengan mu karena uang ?"
Aku diam
" Kau salah besar Wahyu, Aisyah dan Amira bagai langit dan bumi. Kau bilang begitu karena kamu tidak kenal siapa Aisyah. Dan kami!! Kami sangat tahu siapa Amira. Kau saja yang bod-oh mencintai nya sampai tega menyakiti keluarga mu"
Aku tidak bisa berpikir jauh kenapa seolah-olah disini aku yang salah langkah. Mama menekan tombol kunci pintu mobil, mempersilahkan aku untuk keluar.
Dengan lemas aku pun keluar dari mobil Mama, mengambil koper lalu melangkah memasuki halaman rumah Amira.
Kedatangan ku disambut hangat oleh Amira, ia nampak bahagia sekali.
" Akhirnya kita bisa hidup bersama sayang " dia memeluk ku erat.
Aku tersenyum sumbang, bagaimana kalau Amira tahu aku sebenarnya sudah dibuang oleh keluarga ku?
" Aku senang sekali, doa-doa ku diijabah. Keluarga mu merestui hubungan kita"
Aku tetap diam.
" Ayo sayang, kita ke kamar. Aku akan ngasih tahu Ibu dan Bapak di kampung tentang ini. Pasti mereka akan sangat bahagia "
Ku ikuti saja keinginan Amira, masuk ke kamar nya kemudian merebahkan diri di kasur. Capek sekali rasanya, dari pagi naik pesawat, ketemu Amira dan digiring paksa pulang ke rumah. Sekarang aku diusir dari rumah. Kejadian nya sangat cepat sekali.
Eh iya.. Kemana si pengadu itu? Pendiam namun mematikan. Terlihat lugu, rupanya suhu. Setelah membuat porak poranda hidup ku, dia langsung menghilang. Sampai Oma mengutus spy untuk mencari nya.
" Mas.. "
Aku dikejutkan oleh suara Amira yang terdengar panik.
" Ada apa ?"
" Ini maksudnya apa ya?"
Amira menunjuk kan layar ponsel nya kepada ku. Ada sebuah notice pesan disana.
SAUDARA AMIRA HAYATI YANG TERHORMAT, KAMI SELAKU STAF DARI PERUSAHAAN SADEWA PRODUKSI INTERNASIONAL MEMUTUSKAN UNTUK MEMBERHENTIKAN ANDA SECARA SEPIHAK.
DAN UANG ROYALTI SERTA PESANGON SUDAH KAMI TRANSFER KE REKENING ANDA. TERIMAKASIH!
Mataku membulat setelah membaca pesan tersebut, jadi Amira pun dipecat dari perusahaan.
Amira menatap ku dengan cemas, mungkin dia sepemikiran dengan ku.
" Apa aku dipecat Mas?"
Semua terasa mencekik sehingga membuat ku kesulitan untuk menelan air liur.
" Kenapa aku dipecat Mas? Aku kan istri mu? Menantu keluarga Iman Sadewa ? Ah apakah aku akan di rumah kan? Emmm seperti Mama dan Oma yang katanya kamu tidak disuruh bekerja ? Begitu kan Mas?" Senyuman Amira mengembang sempurna.
Aku tidak bisa menjawab apa-apa, hanya bisa memejamkan mata. Berharap semua ini hanya mimpi buruk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
neng ade
itu akibat nya udah membuat kecewa keluarga suami nu .. mari kita lihat bagaimana ke depan nya karena sekarang suami mu itu juga udah di pecat
2024-11-02
0
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Rasain 😏
2024-11-07
0
Wandi Fajar Ekoprasetyo
hello.....Amira.....bangun ..... wooooy......jgn mimpi ya
2024-02-29
2