DIHINA

Ah...

Pria yang disebut Pak Rasyid jadi malu sendiri, ia salah tingkah dan berusaha untuk melakukan sesuatu yang mengembalikan air mukanya di depan Aisyah.

" Oh maaf Non Aisyah, saya khilaf dan tidak bisa mengendalikan diri" Ia tersenyum munafik.

" Hey!!!" Pria itu memalingkan muka padaku.

" Bersyukur kau ada Nona Aisyah, cepat bilang makasih sama Nona!!" Gertaknya tegas.

Aku melirik Aisyah, dan pandangan kami beradu. Tatapan nya tetap lembut, sudut matanya mengerut seperti dia tengah tersenyum.

" Te-terima kasih " Aku menganggukkan kepalaku.

Pria itu mendengus kasar, kemudian berbalik mengajak Aisyah melanjutkan perjalanan. Aku masih melihat jika Aisyah menengok ke belakang, saat ia berjalan pergi memasuki Lift.

" Aduh piye Iki " Yoko menghampiri ku, ia gusar menyaksikan sendiri hasil kerja ku.

" Wes, wes biar aku yang urus. Kamu pergi ke kitchen, cuci piring lalu masak air "

Aku mengangguk kecil lalu memberikan alat pel kepada si Yoko. Pikiran ku kalut, bukan karena takut dipecat. Tapi saat melihat Aisyah, entah aku tidak bisa mengartikan segala perasaan ku.

Ada rasa sedih, gundah, dan rasa bersalah. Tapi gadis itu tetap bersikap baik kepada ku. Disini aku seperti seorang pecundang, yang mendapatkan karma kilat atas tindakan konyol ku.

Coba saja aku tidak bertindak semaunya, menikahi Amira hanya karena cinta yang naif. Coba saja aku memilih untuk menjalani terlebih dahulu pernikahan ku dengan Aisyah, memberikan kesempatan diri ini untuk mengenal nya.

Disini aku menyesal dan baru menyadari, jika Oma sangat menyayangi ku. Ingin memberikan yang terbaik untuk ku.

Filing orang tua tidak pernah meleset, Oma tidak suka dengan Amira pasti karena sebab dia matre. Yang sebelumnya aku pikir itu sangat realistis.

" Sudah... Jangan terlalu dipikirkan " Aku tergagap begitu Yoko menyadarkan ku dalam lamunan yang cukup jauh.

" Cepat makan"

Aku mengangguk kemudian menyuapkan makanan ke dalam mulut ku. Sejak bertemu Aisyah, pikiran ku langsung kalut. Kerja pun jadi kurang bersemangat.

Di suruh membersihkan rumput malah aku cabut satu persatu. Padahal Yoko meminta ku untuk memangkas rumput tersebut. Tapi aku justru membuka nya gundul.

Yoko geleng-geleng kepala sembari menghela nafas berat. Untung dia sangat sabar mengajariku. Kalau orang lain, mungkin aku sudah disuruh pulang.

" Yu.. "

Aku menoleh ketika seseorang menyebut nama ku, rupanya Mahfud. Ia mendatangi ku sewaktu hendak masuk ke dapur.

" Bagaimana ? Suka kerja disini ?"

Aku tersenyum kelat sambil menganggukkan kepala.

" Baguslah, yang sabar ya.. " Mahfud menepuk pundak ku untuk menyemangati, sekali lagi ku jawab dengan anggukan kepala.

Sore harinya, sekitar jam empat sore. Yoko meminta ku untuk mengecek toilet. Kalau ada sampah atau pun toilet yang belum diflas, dia menyuruhku untuk membersihkan nya.

Meskipun rada risih, tapi itu semua adalah pekerjaan yang harus ku lakukan. Mau tidak mau aku harus menyelesaikannya.

Pada saat aku baru saja selesai mengecek toilet wanita, tiba-tiba aku berpapasan dengan Amira.

" Wahyu ??" Dia cukup terkejut melihat ku, apalagi dengan keadaan menenteng alat-alat kebersihan.

" Kamu kerja disini ?"

Rasanya enggan aku menjawab, tapi ku iyakan saja. Sudah kepalang tanggung.

" Oh my God... Jadi OB ??" ia tersenyum mengejek ku.

" Astaga Wahyu Wahyu.. Nggak nyangka aku.. Hanya pekerjaan ini yang bisa kamu dapatkan setelah diblacklist oleh keluarga mu sendiri "

Aku tak bergeming.

" Keputusan ku memang tidak salah untuk minta pisah dari mu, Gimana aku menjalani kehidupan ku kelak jika suami ku hanya bisa jadi seorang office boy?"

Kata-kata yang dilontarkan oleh Amira begitu merendahkan ku, ingin sekali ku sumpal mulut nya. Tapi nanti pasti akan mendapatkan masalah. Apalagi aku belum tahu kenapa Amira berada di tempat ini ?

Tadi Aisyah, sekarang Amira. Sungguh benar dunia tidak lah selebar daun kelor.

" Memang nya kenapa dengan seorang Office boy ?"

Sebuah suara menjawab, aku dan Amira refleks menoleh. Aisyah datang menghampiri, berdiri di antara kami.

" Ngapain kamu disini ??" reaksi Amira sama seperti diriku saat pertama kali melihat Aisyah berada di tempat ini.

" Kenapa ?? Apa ada yang salah ?" Enteng sekali Aisyah menjawab, ia masih sempat melirik ku disertai senyuman. Yang hanya bisa dilihat dengan kerutan halus di sudut matanya.

" Oh, jadi sekarang laki-laki pecundang ini kembali ke kamu? Yah nggak apa-apa sih, aku juga nggak mau bersuamikan seorang OB"

Amira melirik ku dengan tatapan merendahkan.

" Diam kau Amira !! Tidak perlu kau menghina orang yang dulu pernah kamu sayang " Cetus ku, muak sekali jika aku terus memilih untuk diam. Setidaknya aku bisa membalas kata-katanya meskipun sekedar sindiran.

" Yah... Aku akui itu karena kebodohan ku sendiri " Amira menghela nafas panjang, seakan-akan hubungan kami yang terjalin adalah sebuah kesalahan yang disesalkan.

" Aku yang terlalu bodoh percaya sama kamu Amira !!!"

" Aku juga terlalu naif, mengira jika kamu adalah seorang pangeran yang berharga. Tapi nyatanya, kamu tidak berarti apa-apa di mata keluargamu"

Tangan ini mengepal kuat, kalau saja yang ku hadapi adalah seorang pria. Mungkin sudah ku ton-jok saja mukanya.

" Ah sudahlah.. Buang-buang waktu saja bicara sama orang seperti mu, Minggir !!!"

Amira melewati ku lalu masuk ke dalam toilet. Geram sekali aku lihat cara dia mendengus di depan ku. Seperti orang yang tidak pernah ku kenal sebelumnya.

Pada saat itu, Aisyah melangkah pergi tanpa kata. Aku ingin memanggil nya, namun suara ku tertahan di tenggorokan ku. Dan lidah ini pun terasa kelu.

Entah disini aku merasa seperti tidak pantas bersikap mengenal nya. Aku takut jika tindakan ku akan mempengaruhi keberadaan nya ditempat ini.

Meskipun aku tidak tahu, alasan Aisyah berada disini itu apa? Amira pun sama, apa dia datang untuk melamar pekerjaan ?

Pulang kerja aku tetap ikut mobil Mahfud, dia tadi sempat menelpon agar menunggu diparkiran.

" Kamu kenapa ?" Tanya Mahfud memecahkan keheningan selama perjalanan pulang. Aku hanya bisa tersenyum kelat.

" Apa kamu tidak suka dengan pekerjaan ini?"

Cepat aku menggelengkan kepala.

" Terus kenapa kamu dari tadi diam terus ??"

" Aku bertemu Amira "

Mahfud langsung menoleh tapi itu tidak lama, ia kembali fokus ke jalan di depan yang sedikit macet.

" Dimana ?"

" Disana!"

" Kok aku nggak liat, ngapain dia di kantor ?"

Aku menggeleng lemah.

" Apa kalian tengkar ?"

Sekali lagi ku gelengkan kepala.

" Semakin lama semakin terlihat sifat aslinya, dia menghina ku habis-habisan karena aku menjadi OB"

Mahfud geleng-geleng kepala.

" Emang keterlaluan si Amira, sumpah aku nggak nyangka dia memiliki sifat seperti itu "

" Kamu hanya berteman biasa sama dia, aku?? Aku pacaran sama dia lama , dan baru tahu kalau sifat nya begitu. Pantas Oma tidak suka sama dia, rupanya dia sangat munafik "

Mahfud mengangguk setuju dengan penilaian ku terhadap Amira.

" Oh ya? Apa kamu tadi liat seorang wanita bercadar ?" Tiba-tiba aku memberanikan diri untuk bertanya kepada Mahfud, mungkin saja dia tahu.

" Oh itu, iya... Dia Aisyah.. Kamu ketemu dia dimana ?"

Eeemmmmm aku jadi bingung harus jawab apa ?

" Di.. Di toilet, dia yang menengahi hinaan Amira terhadap ku"

Mahfud tersenyum lebar, sebuah senyuman yang sangat sulit diartikan.

Terpopuler

Comments

Yuli Ana

Yuli Ana

kyaknya mahfud sk sm aisha deh...

2024-03-09

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!